Duhai sepotong hati....
Bersabarlah menerima belati...
Memberi cinta dalam pelukan api...
Duhai sepotong rindu...
Bersemayamlah dikau dalam kalbu...
Menerima ikhlas dalam jeritan pilu...
Duhai sepotong wajah...
Berzikirlah dalam tasbih bisu...
Membenamkan luka di masa lalu...
Jika nanti, kutemui belati itu menikam jantungku, merobek hatiku, mengalirkan derasnya darah yang telah tumpah...
Maka, temuilah ajalku dalam duka yang nyata...
Temuilah jiwa-jiwaku bersemayam dalam pedihnya penerimaan.
Jika nanti, ku temui ajal itu...
Maka, berbisiklah kepada angin agar menitipkan pesan kesakitanku...
Kealfaan itu sesungguhnya adalah hatiku...
Kekhilafan itu hanyalah keabsuban jiwaku...
Dan sakit ini hanyalah satu dari sekian luka yang mewakili pedihnya sandiwara itu...
Dan nanti...
Baik aku atau dirimu akan mengerti...
Bahwa cinta itu tidak pernah ada yang hakiki
Bahwa cinta sejatinya adalah penerimaan...
Sebuah kerelaan...
Keikhlasan...
Lalu... melepaskan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H