Neylasari # 16
“Kamu... Iya kamu...”
“Kenapa harus aku ?”
Entah, aku sendiri pun tidak tahu apa jawaban atas pertanyaanmu. Bagiku, itu pertanyaan yang sulit kutemukan jawabannya.
“Kamu masih muda, cantik, cerdas. Apalagi ?” katamu seraya menghela nafas, dan terus menatap ke depan.
“Entahlah...” hanya itu juga yang mempu terucap dari mulutku.
“Sepertinya, kamu salah menilaiku. Aku tidak sebaik yang kau kira.”
“Aku tidak peduli...”
“Tidakkah kau takut, hanya kupermainkan saja ?”
Aku terdiam.
Sudah lama... Ya, sudah lama rasanya aku tidak merasakan perasaan sehebat ini. Sudah lama rasanya aku tidak merasakan rasa sesakit ini. Kali ini, jika aku harus patah hati dan menyadari bahwa cintaku ini kalah, bagiku lebih baik aku mati saja.
Ku pandangi lagi wajahnya. Kulihat siluet hidungnya, yang sesekali temaram tersinari oleh lampu kendaraan yang berpapasan. Satu kata... Dia sempurna...
Tidak ada kata yang terucap. Tercekat di tenggorokan saja.
Aku menahan nafas.
Sakit... sakit menghujam jantungku.
Dengan begitu dia menolakku. Dengan berkata begitu dia tidak menginginkan aku.
Dan memang, dia sempurna... dan aku bukanlah siapa-siapa.
Aku menghela nafas panjang. Dan mengikutinya dalam kebisuan malam, hanya menatap kedepan. menatap pada laju kendaraan yang entah berpacu dengan siapa.
lalu, dibelokkan mobilnya menepi, berhenti. Dipagutkan bibirnya padaku. Dan aku terdiam. Hanya kesakitan...
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community http://www.kompasiana.com/fiksianaComunity
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community https://www.facebook.com/groups/175201439229892/867233050026724/?notif_t=group_activity