3. Penegakan Hukum dan Konsistensi Nilai
Negara-negara maju seperti Jepang, Norwegia, Denmark, atau Finlandia dikenal memiliki tingkat korupsi yang sangat rendah serta budaya kebersihan yang tinggi. Yang menarik, negara-negara ini tidak dikenal sebagai negara yang sangat religius dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka memiliki sistem hukum yang kuat, serta budaya sosial yang menekankan pentingnya tanggung jawab individu terhadap masyarakat.
Di sisi lain, di Indonesia, hukum sering kali ditegakkan secara tidak adil---berlaku bagi rakyat kecil, tetapi bisa dinegosiasikan bagi mereka yang memiliki kuasa. Korupsi yang merajalela terjadi karena tidak adanya konsekuensi serius bagi para pelaku.
Selain itu, banyak individu yang mengaku religius tetapi justru menggunakan agamanya sebagai alat pembenaran atas tindakan yang merugikan orang lain. Misalnya, seseorang bisa menggunakan dalih agama untuk membenarkan ketidakjujurannya, atau menyalahkan pihak lain atas keburukan yang terjadi, alih-alih introspeksi.
4. Kejujuran dan Kebersihan sebagai Bagian dari Budaya, Bukan Sekadar Doktrin
Di negara-negara sekuler yang lebih maju, kejujuran dan kebersihan bukan hanya sekadar ajaran, tetapi sudah menjadi budaya yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dididik sejak kecil bahwa membuang sampah sembarangan adalah tindakan yang merugikan orang lain, dan berbohong atau mencurangi sistem adalah perbuatan yang tidak bisa ditoleransi.
Sebaliknya, di Indonesia, aturan kebersihan dan kejujuran sering kali hanya menjadi wacana. Kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan masih rendah, dan banyak orang hanya merasa perlu bersikap baik jika ada pengawasan atau hukuman yang mengancam.
5. Kesadaran Kolektif vs Kepatuhan Simbolik
Salah satu perbedaan mendasar antara masyarakat yang menjunjung tinggi agama dengan masyarakat yang menjunjung tinggi budaya moral adalah cara mereka memahami tanggung jawab sosial.
Masyarakat yang menjunjung tinggi agama sering kali lebih fokus pada kepatuhan simbolik---misalnya, menampilkan identitas religius di ruang publik, tetapi tidak selalu mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam tindakan sehari-hari.
Sebaliknya, masyarakat yang lebih sekuler justru cenderung memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, di mana setiap individu merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan kesejahteraan bersama, tanpa harus bergantung pada dogma tertentu.