Mohon tunggu...
Newsantara
Newsantara Mohon Tunggu... -

Portal Informasi Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Getar Gafatar

28 Januari 2016   18:07 Diperbarui: 4 Februari 2016   10:58 2258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sepatutnya, apa yang sudah dijalankan mereka mampu menjadi contoh bangsa ini untuk bisa membunyikan jargon ‘Revolusi Mental’-nya. Revolusi yang manfaatnya bisa dinikmati oleh warga nya sendiri secara nyata. Sebuah peringatan keras bagi pemerintah yang tersaingi Gafatar karena belum secara optimal mampu mengayomi, melindungi, bertindak adil dan bahkan memberikan pencerahan bagi warganya dalam menyikapi persoalan bangsa hari ini.

Tidak sedikit anggota mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi dan kalangan mampu secara ekonomi. Hal ini mematahkan tuduhan iming-iming ekonomi bagi para anggotanya. Anggota mereka yang sudah mapan itu rela ‘beralih’ menyelami dunia pertanian, meski berasal dari beragam latar belakang pendidikan.

Terkait pendidikan, Gafatar juga dikenal gencar menyuarakan program Homeschooling. Namun, sekali lagi, tuduhan yang dialamatkan kepada mereka adalah sebuah kelompok yang tidak peduli pendidikan anaknya karena tidak mau menyekolahkan anaknya. Padahal, tidak sekolah belum tentu tidak belajar?

Mengapa homeschooling begitu dipermasalahkan. Padahal tidak sedikit kasus anak-anak yang duduk di bangku sekolah terjerat kasus narkoba, tawuran, hingga pelecehan seksual. Mereka adalah anak-anak yang kekurangan porsi kasih sayang karena minimnya waktu sang orang tua yang melulu sibuk mengejar ekonomi.

Sama halnya dengan pemerintah sebagai orang tua dan rakyatnya sebagai anak. Hari ini rakyat seolah tidak berdaya menghadapi kebijakan-kebijakan ekonomi dari pemerintah. Melambungnya harga-harga kebutuhan pokok membuat rakyat  semakin mengencangkan ikat pinggangnya, sementara pemerintah hanya bisa mengupayakan impor untuk mengatasi ketidakmandiriannya sendiri.

Terlepas keyakinan Gafatar yang saat ini dianggap sesat oleh sesama ormas lainnya. Tulisan ini mencoba mengangkat sisi upaya revolusioner Gafatar dalam mengubah cara pandang ribuan anggotanya untuk keluar dari pola pikir mainstream saat ini. Keluar dari zona nyaman mereka.  Keluar dari kebekuan tradisi suku, ras, dan agama yang dicairkan oleh pemahaman spiritual ala Millah Abraham.

Singkatnya, mereka sanggup keluar dari pola kehidupan lama mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Demi tujuan kolektif mereka, yaitu kehidupan yang damai sejahtera di Nusantara. Bukankah itu juga yang menjadi tujuan Negara Republik Indonesia ini?

Sepatutnya pemerintah mengapresiasi upaya anak bangsa yang mau membantu Negaranya yang sedang dalam kesulitan. Anak bangsa yang tidak hanya sekedar numpang hidup, tapi menghidupi negerinya sendiri. Namun, justru pemerintah malah ingin meredam getar Gafatar dengan menuduh upaya mereka sebagai makar. Alangkah lucunya negeri ini.

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun