Mohon tunggu...
Satya Hedipuspita
Satya Hedipuspita Mohon Tunggu... -

Nama saya Satya, diambil dari bahasa Sanskrit yang berarti kebenaran. Kebenaran sejati bukan saya, tetapi saya mengikuti Dia yang adalah kebenaran sejati dan kehidupan sejati. Karena nama ini diberikan orang tua saya bagi saya, maka saya akan berjuang sebagai pewarta kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Entrepreneur dan Enterprise

15 Februari 2016   07:36 Diperbarui: 15 Februari 2016   07:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keadaan minggu-minggu terakhir sangat diwarnai dengan simpang siur berita tentang buruh dan PHK dari beberapa perusahaan besar di Indonesia di awal tahun ini. Sesimpang siur apapun, dalam dunia bisnis, pemutusan hubungan kerja adalah hal yang biasa, selama aturan diterapkan secara benar. PHK adalah sebuah akibat logis dari adanya hubungan kerja yang diawali dengan rekrutmen. Dalam rekrutmen, pencari kerja, merasa sulit sekali mendapatkan pekerjaan, bahkan untuk pekerjaan yang rasanya lebih rendah dari kemampuannya. Di sisi lain sebagai pencari pekerja, rasanya sulit mendapatkan pekerja yang tepat untuk kebutuhan yang tersedia dan mendesak.

Secara mendasar kita memahami bahwa praktek pendidikan di Indonesia masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenag kerja. Fakta dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa semakin hari semakin banyak lulusan pendidikan tinggi yang mendapatkan pekerjaan dibawah kualifikasinya, demikian juga yang terjadi di Indonesia. Disisi lain perusahaan juga merasa bahwa lulusan pendidikan tinggi sering kali tidak mencerminkan kualifikasi yang diharapkan sesuai pendidikannya. Dalam keadaan seperti inilah pendidikan entrepreneurial ditawarkan dan mendapat sambutan yang hangat, karena harapan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Bukan hanya menjadi buruh di perusahaan orang tetapi bisa menjadi pengusaha itu sendiri.

Entrepreneur merupakan kata bahasa Inggris yang merupakan serapan dari bahasa Perancis, sebuah kata benda yang secara langsung diterjemahkan sebagai Pengusaha. Jadi kalau entrepreneurial adalah adjective dari entrepreneur, yang diterjemahkan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan pengusaha. Ketika marak sekolah yang menekankan entrepreneurial, pertanyaan bodoh saya adalah, “Apakah semua lulusannya akan didorong jadi pengusaha?” Tentu tidak. Dari 100 orang lulusan mungkin 10 orang jadi pengusaha sudah bagus. Kemudian apa gunanya pendidikan entrepreneurial itu? Bila kita meyakini bahwa setiap pengusaha tentu memiliki perusahaan, baik besar maupun kecil perusahaannya. Salah satu terjemahan bahasa Inggris untuk perusahaan adalah enterprise, namun kata enterprise ternyata tidak hanya berarti perusahaan. Arti lain dari enterprise adalah keberanian berusaha dan inisiatif serta tenaga.

Dari penjelasan di atas tentu kita mendapatkan sebuah pemikiran bahwa pendidikan entrepreneurial tentunya bukan hanya mengajarkan hal-hal teknis untuk menjadi pengusaha, namun lebih dari itu hal yang utama harus diajarkan adalah karakter luhur seorang entrepreneur. Kata karakter belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi tahun 2002 karena kata ini merupakan serapan dari kata character pada tahun-tahun berikutnya. Bila kita memperhatikan KBBI 2008, dalam versi onlinenya, kbbi.web.id, Karakter diterjemahkan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedaakan seseorang dengan yang lain / watak. Watak sendiri dipahami sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. Atau bila kita telusuri kata perkata terus menerus kita akan berkesimpulan bahwa karakter adalah keadaan batin seseorang batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk yang tercermin dari cara khas seseoang dalam menanggapi berbagai macam fenomena yang terjadi dalam hidupnya secara bermutu mulia.

Sejauh pengalaman saya dididik dan mendidik, pendidikan karakter luhur tidak bisa dilakukan dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan, tidak mungkin dilakukan dalam hitungan hari atau jam saja. Pendidikan karakter membutuhkan keterikatan karakter, transfer jiwa, yang perlu dilakukan dan dihayati secara bersama oleh mereka yang mendidik maupun mereka yang dididik. Bahkan harusnya dilakukan secara integral oleh semua pihak, baik lembaga pendidikan maupun keluarga dan masyarakat yang menjadi basis dari peserta didik.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa setiap institusi pendidikan yang mengedepankan entrepreneurial tentu juga akan mengutamakan pendidikan karakter bagi peserta dididiknya. Hal ini menjadi fondasi pendidikan entrepreneurship itu sendiri, tanpa pendidikan karakter yang berkesinambungan dan tersinergi dengan baik maka institusi tersebut tidak jauh beda dengan institusi lain. Pendidikan entrepreneurial ini akan dapat mencapai hasilnya yang optimal ketika keluarga juga mempersiapkan dan terlibat dalam proses pendidikan. Bagaimana dengan anda dan sanak keluarga anda, sudahkah mendapatkan pendidikan karakter yang mempersiapkan untuk masuk dunia entrepreneurial?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun