Go Dok-Di sosial media dewasa ini muncul istilah "generasi micin" untuk menyebut anak-anak yang melakukan hal aneh. Disinyalir penyebabnya adalah terlalu banyak mengonsumsi micin. Bahkan, sejak zaman dulu kita sering mendengar orang tua melarang anaknya mengonsumsi makanan yang mengandung micin karena menyebabkan kebodohan. Lantas benarkah mitos micin membuat orang menjadi bodoh ini? Sebelum kita menyimpulkan, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu micin.
Apa itu micin?
Micin merupakan salah satu zat aditif pada makanan yang berupa kristal putih dan tidak memiliki rasa. Fungsinya adalah membuat masakan terasa lebih gurih. Micin dikenal pula dengan istilah monosodium glutamat (MSG) atau umami. Istilah umami muncul sehubungan dengan proses penggunaan MSG untuk pertama kali oleh seorang profesor Jepang bernama Kikunae Ikeda yang berhasil mengekstrasi glutamat dari kaldu ganggang laut yang membuat rasa supnya menjadi lebih lezat.
Saat ini, rasanya hampir tidak ada makanan yang tidak mengandung MSG. Â FDA (U.S. Food and Drugs Administration) -lembaga yang mengatur penggunaan obat-obatan dan makanan di Amerika mengkategorikan penambahan MSG pada makanan sebagai Generally Recognize as Safe/GRAS atau secara umum diakui aman. Meskipun dikategorikan aman, beberapa orang melaporkan bahwa dirinya mengalami gejala alergi terhadap MSG, seperti mengalami sakit kepala dan mual. Bahkan, MSG memiliki efek yang berbahaya karena mengandung racun yang memicu diabetes, serangan jantung, tekanan darah tinggi, menaikkan berat badan, stroke, dan gangguan kesehatan lainnya. Fenomena ini dimulai sejak tahun 1960-an di mana orang-orang mulai membicarakan "Sindrome restoran Cina", yakni munculnya gejala-gejala akibat konsumsi micin.
Namun para ilmuwan menemukan bahwa tidak ada reaksi alergi yang berkepanjangan dari penggunaan MSG. Berdasarkan laporan penelitian Federationof American Societiesfor Experimental Biology(FASEB) pada tahun  1990-an, reaksi sementara dari penggunaan MSG seperti sakit kepala, mati rasa, jantung berdebar, mengantuk, dan gejala lainnya, hanya terjadi pada orang yang memiliki alergi terhadap MSG saja (gejala yang sama dapat terjadi pada orang yang alergi terhadap kepiting, kacang, dan bahan makanan lain).  Selain itu, dapat pula terjadi pada orang yang mengonsumsi MSG sebanyak 3 gram atau lebih sehari tanpa mencampurnya dengan makanan. Jadi, tidak masalah jika dalam sehari kita hanya mengonsumsi 0,5 gram micin pada semangkuk bakso.
Lantas, Benarkah micin membuat orang menjadi bodoh?
 Sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan mitos mengonsumsi micin membuat orang menjadi bodoh. Namun, bukan berarti Anda boleh memakan micin dalam jumlah banyak, sebab segala hal yang berlebihan tentu akan mendatangkan kerugian, termasuk dalam hal mengonsumsi micin atau MSG. Konsumsi berlebihan pada micin hampir sama reaksinya dengan konsumsi berlebih pada garam, yakni dapat memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penggunaan MSG pada makanan yang kita konsumsi perlu dibatasi bahkan dikurangi.
Berikut ini Go Dok berikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi micin.
- Selektiflah dalam memilih makanan. Selalu lihat komposisi makanan pada label. Jika persentase kandungan monosodium glutamat atau mononatrium glutamat tinggi, sebaiknya pilih produk yang lain.
- Konsumsilah micin dalam jumlah kecil pada masakan Anda. Batas aman penggunaan micin adalah 3 gram per hari.
- Gantilah micin dengan penyedap alami seperti tomat atau gula.
Itulah ulasan Go Dok mengenai mitos micin membuat orang menjadi bodoh. Untuk menjaga selalu kesehatan Anda gunakan Go Dok untuk tanya dokter onlie seputar permasalahan kesehatan Anda. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H