Mohon tunggu...
GoDok Indonesia
GoDok Indonesia Mohon Tunggu... Editor -

Aplikasi kesehatan yang menyajikan layanan Tanya Dokter Gratis dan Ragam Artikel seputar kesehatan, gaya hidup, keluarga hingga ragam penyakit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seberapa Dalam Anda Mengenal Batuk Rejan?

8 Agustus 2017   15:49 Diperbarui: 8 Agustus 2017   17:50 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serba-serbi Batuk Rejan-- Batuk rejan dikenal juga dengan istilah 'batuk 100 hari'- merupakan kondisi yang umum dialami oleh anak-anak; meskipun faktanya, batuk jenis ini juga dapat diderita oleh orang dewasa dan manula. Eist, jangan anggap remeh! Jika tidak segera ditangani, batuk rejan dapat benal juga dengan istilah 'batuk 100 hari'- merupakan kondisi yang umum dialami oleh anak-anak; meskipun faktanya, batuk jenis berakibat fatal, lho! Demi menghindari hal tersebut, ada baiknya Anda kenali dulu serba-serbi  batuk rejan berikut ini:

Apa itu batuk rejan?

Batuk rejan -dikenal dengan istilah 'partusis' di dunia medis- merupakan sebuah penyakit menular yang ditandai dengan batuk berulang. Berbeda dengan jenis batuk lainnya, batuk rejan biasanya diawali dengan tarikan nafas panjang lewat mulut (whooping).Selain itu, batuk jenis ini juga bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 3 bulan. Karenanya, tidak heran jika kemudian masyaraat turut mengenal batuk ini dengan nama 'batuk 100 hari'.

Lantas, apa penyebab batuk rejan? Ternyata, batuk ini dipicu oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis.Awas! Jika tidak segera ditangani, toksin yang dihasilkan bakteri akan melekat pada bulu getar yang terletak di saluran nafas atas dan memicu timbulnya pneumonia.

Berikut gejala yang umumnya ditemukan pada penderita batuk rejan:

1. Gejala awal

  • Mata terlihat merah dan berair
  • Hidung yang tersumbat dan mengeluarkan lendir
  • Demam
  • Batuk

2. Gejala lanjutan

  • Sering merasa mual dan ingin muntah
  • Tubuh sering terasa lemah dan lemas
  • Wajah terlihat agak kemerahan atau biru
  • Saat menarik nafas, timbul suara tinggi dan melengking

Jika Anda atau anggota keluarga terbukti menderita batuk rejan, maka segera konsultasikan kesehatan ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko penularan dan munculnya risiko serta komplikasi kesehatan yang tidak diinginkan.

(Baca: Kejang Demam -- Gejala, Penyebab dan Penanganannya)

Komplikasi akibat batuk rejan

Selanjutnya, mengenai serba-serbi batuk rejan mengenai komplikasi akibat batuk rejan. Jika tidak segera ditangani, batuk rejan dapat memicu timbulnya beberapa komplikasi, seperti:

  • Kejang
  • Pneumonia
  • Kemunduran hingga rusaknya fungsi otak; hal ini dipicu oleh menurunnnya jumlah oksigen yang dipasok ke otak
  • Penurunan berat badan; hal ini biasanya dipicu oleh muntah yang terjadi secara berulang.
  • Masalah pada sistem pernafasan
  • Menurunnya tekanan darah
  • Gagal ginjal
  • Kematian

Hindari batuk rejan dengan cara...

Mengingat fakta bahwa batuk rejan yang tidak ditangani dengan tepat dapat memicu timbulnya risiko mematikan, selalu pastikan bahwa anggota keluarga Anda -terutama yang masih berusi kanak-kanak- sudah mendapatkan vaksin DPT. Lantas, di usia berapakah anak idealnya mendapatkan vaksin DPT? Berikut poin lengkapnya:

  • 2 bulan
  • 4 bulan
  • 6 bulan
  • 15-18 bulan
  • 4-6 tahun
  • 14-16 tahun (khusus boosteranti partusis)

(Baca: Pneumonia: Gejala, Penyebab dan Penanganan)

Itu tadi serba-serbi batuk rejan yang harus Anda ketahui. Ingat! Jangan anggap sepele penyakit yang satu ini. Mengapa? Sebab, selain bersifat menular, batuk jenis ini juga sangat rentan mendera anak-anak yang masih berusia dini. Inilah yang seringkali memicu timbulnya komplikasi berat. Mengapa? Karena pada anak, sistem kekebalan tubuhnya belumlah terbentuk secara sempurna. Karenanya, jangan tunggu lebih lama dan segera konsultasikan kondisi kesehatan Anda. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati? Semoga bermanfaat!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun