Mohon tunggu...
GoDok Indonesia
GoDok Indonesia Mohon Tunggu... Editor -

Aplikasi kesehatan yang menyajikan layanan Tanya Dokter Gratis dan Ragam Artikel seputar kesehatan, gaya hidup, keluarga hingga ragam penyakit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sering Mengantuk Sehabis Makan? Ini Dia Penjelasannya!

26 April 2017   13:32 Diperbarui: 26 April 2017   22:00 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GoDok - Bagi sebagian orang, kantuk merupakan musuh utama yang harus dihindari karena kemunculannya dapat menghambat dan menurunkan produktivitas kerja. Berbagai cara ditempuh untuk menghindari deraan kantuk, salah satunya dengan melewatkan sarapan atau makan siang. Alasan utamanya adalah karena mereka percaya  bahwa perut yang terlalu kenyang dapat menyebabkan seseorang mengantuk. Benarkah seperti itu?

Ternyata, kepercayaan di atas benar adanya. Ini dia penjelasan ilmiahnya:

1. Aktivasi sistem saraf parasimpatetik

Tahukah Anda, bahwa pada saat perut kenyang, terjadi perubahan kontrol tubuh terhadap sistem saraf  simpatik dan parasimpatik? Seperti yang telah Anda ketahui, kedua sistem saraf tadi memiliki fungsi yang berlawanan. Jika saraf simpatik berfungsi untuk meningkatkan kinerja organ tubuh, maka saraf parasimpatik bekerja sebaliknya. Ketika perut dalam keadaan kenyang, akan terjadi perubahan tingkat aktivitas pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) dan sumsum lanjutan (medula oblongata).  Kondisi tubuh yang bersiap-siap untuk mencerna makanan akan meningkatkan reaksi medula oblongata yang merupakan pangkal saraf parasimpatik dan merelaksasi medula spinalis yang merupakan pangkal saraf simpatik. Hasilnya, Anda akan merasa mengantuk dan lesu karena aktifnya saraf parasimpatik meyebabkan produksi hormon adrenalin menurun, detak jantung melambat, serta pupil menyempit.

2. Meningkatnya kinerja enzim

Enzim dalam tubuh dapat diibaratkan sebagai pekerja yang bertugas untuk memecah makanan yang dikonsumsi menjadi unit-unit yang lebih kecil sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Sesaat setelah makan, dua jenis enzim tubuh diaktivasi untuk membantu proses pencernaan. Enzim yang dimaksud adalah enzim pencernaan serta enzim metabolik. Perlu Anda ketahui bahwa semakin banyak kalori yang dikonsumsi, semakin besar pula energi yang dibutuhkan tubuh untuk memacu kinerja kedua jenis enzim tadi. Maka, wajar jika setelah makan besar, Anda akan sering menguap dan mengantuk karena tubuh harus berusaha ekstra untuk mencerna setiap makanan yang dikonsumsi.

3. Berkurangnya pasokan oksigen

Menurut para ilmuwan,  perut yang telalu penuh ternyata mengakibatkan kadar oksigen tubuh  menurun hingga 20-40%. Berkurangnya jumlah oksigen dalam darah mengakibatkan otak mengirim sinyal pada tubuh untuk mencari pasokan oksigen lebih. Kondisi inilah yang dinamakan dengan hiperventilasi.

Hiperventilasi ditanda dengan beberapa kondisi, salah satunya adalah meningkatnya intensitas menguap. Meskipun tidak selalu disangkut pautkan dengan mengantuk, namun banyak orang menganggap bahwa menguap merupakan sinyal yang dikirm tubuh karena kurangnya jam tidur. Jadi, tidak aneh bukan jika setelah makan, Anda malah ingin berbaring di ranjang?

4. Kebiasaan tidur Anda

Jika Anda tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup di malam hari, maka risiko munculnya kantuk setelah makanpun akan meningkat. Menurunnya kinerja saraf simpatik setelah makan akan membuat tubuh rileks. Hasilnya, kantuk pun semakin sukar dihindari.  Solusi paling mudah yang dapat dicoba adalah dengan mengembalikan pola dan durasi tidur menjadi kembali normal dengan menghindari kebiasaan begadang dan menurunkan level stres. Mudah, bukan?

5. Masalah kesehatan

Pada beberapa kasus, timbulnya rasa lelah atau kantuk merupakan sinyal yang dikirim tubuh untuk memberi tahu Anda bahwa ada yang salah dengan kondisi kesehatan. Segera Tanya  dokter jika kantuk semakin sering muncul karena bisa saja hal tersebut merupakan tanda beberapa penyakit, seperti diabetes, anemia, hingga gangguan kelenjar tiroid.

Baca artikel seputar kesehatan menarik lainnya di Go-Dok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun