Konteks di tulisan saya ini adalah yang berkaitan dengan 'Hutang Negara. Mungkin Presiden dan Para Menteri terkait tertawa sinis baca tulisan ini dan mencibir kepada si penulisnya, saya penulisnya, hanya anak, saya garis bawahi, hanya anak seorang 'ekonom' jaman Belanda, yang mesin hitungnya masih pakai 'sempoa' atau 'swipoa' cetak-cetek. karena pabrik pembuat kalkultor belum dibangun.
Silahkan saudara jawab, faktor X, apakah masuk dalam pemikiran pengambilan kebijakan 'Hutang Negara'?
Diantaranya : Faktor X sbb.
- Bencana alam.
- Gangguan cuaca ekstrim, perubahan iklim.
- Serangan hama dan wabah penyakit, epidemi.
- Presiden ganti, masa jabatan habis dan atau mangkat.
- Menteri ganti.
- Negara kacau, teror, kerusuhan, perang.
- Penyalah gunaan dana pinjaman.
- Korupsi, salah perhitungan.
- Hal-hal yang terjadi diluar rencana.
- Penghambat ketepatan waktu.
Dan, masih banyak faktor yang mempengaruhinya. Termasuk berpacu dengan waktu. Saat kita hutang, waktu seakan terlalu cepat berlalu, dan mengejar tanpa ampun.
Bayangkan, kemarin baru hari Kamis, besuk kok sudah akhir pekan hari Sabtu, ini seperti 'joke' tapi ini kenyataan yang menyakitkan,Â
Akhirnya, kambing hitam yang jadi sasaran atau 'faktor X' yang disalahkan.
Presiden, Menteri ganti, beban hutang diwariskan, Presiden dan Menteri pengganti? Males deh.
Lagi-lagi beban ditimpakan kepada Rakyat.
Seperti sekarang, ucapan Menteri Keuangan yang terhormat.
Beban hutang tiap orang / warga negara sebesar 13 juta rupiah, disampaikan biasa tanpa emosi, tanpa beban, tega-teganya, sangat kejam.Â