RAMADHAN ADALAH KEGEMBIRAAN.
Ramadhan telah tiba, bulan suci yang selalu dinantikan kehadirannya oleh setiap Muslim dari berbagai sudut dunia. Bulan dimana selama sebulan penuh Tuhan menempa umat-Nya dengan puasa disiang hari, dari mulai Subuh hingga adzan Magrib berkumandang.
Ya, bulan Ramadhan taun ini memasuki hari ke-6, dimana shaf sholat Tarawih di Masjid-masjid kita masih penuh dan meluber hingga serambi. Tarawih terkadang menjadi momen silaturahmi, dimana warga yang dekat tempat tinggalnya dari Masjid bersua dengan warga yang tinggal terbilang jauh dari Masjid.Â
Tarawih mempertemukan kita disela kesibukan dan aktivitas sehari-hari yang tak memberikan jeda hanya tuk sekadar bertemu, Tarawih memaksa kita untuk pergi berangkat ke rumah Tuhan disela kesibukan, dan kitapun bertemu.
Tarawih adalah momen dimana Tua-Muda, anak-anak hingga dewasa dan para orang tua berbondong mendatangi masjid untuk beribadah mendekatkan diri kepada Illahi. Ada yang memilih untuk menggelar Tarawih dalam 11 rakaat, dan ada pula yang memilih mendirikan rakaat Tarawih dalam bilangan 23.
Tarawih adalah ke-khusyuk-an diri, walau terkadang momen itu sedikit terganggu dengan ulah dan tingkah para bocil kematian. Yakni para anak-anak yang usil, gaduh, serdadu perang slepet sarung dan sebagainya.
APA MASALAHNYA?
Anak-anak balita dan sekolah dasar, apun itu bermain adalah dunia mereka. Dunia yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, pun pula ketika mereka mengikuti orang tua mereka ber-Tarawih di masjid
Tak sedikit dari kita para orang tua yang kesal, melarang, bahkan memarahi para bocil kematian tersebut. Seolah Tuhan murka atas kegaduhan yang tercipta, seolah rumah Tuhan harus steril dari jerit dan gelak-tawa dan canda riang para anak-anak.
Adalah sesuatu yang kurang tepat memarahi anak-anak yang belum akil baliqh ketika mereka bercanda dengan sebaya di Masjid, tak jarang karena ke-egoisan kita para orang tua, dimana kita memarahi bahkan menghardik anak-anak kita yang berakibat mereka enggan dan takut untuk ke Masjid.