Ahmad Dhani menjabat presiden di republik yang ia bangun, tanpa pernah terdengar sinyalemen pergantian kekuasaan, arogan? Itulah Ahmad Dhani.
Untuk membandingkan dua living legend di industri musik nusantara  ini, maka selayaknya kita harus menampilkan versi terbaik dari keduanya.
Versi terbaik dari Slank disebut-sebut adalah Slank formasi 13, Dengan Kaka sebagai Vokal, Pay Burman pada Gitar, Bongky Marcell di Bass, Indra Qadarsih sebagai Kibordis dan Bim-bim pemain Drum.
Sedang versi terbaik dari Dewa 19 adalah terletak pada album ke 4 dengan personil Ari Lasso (Vokal), Erwin Prasetya (Bass), Andra Ramadhan (Gitar), Ahmad Dhani (Kibod) dan  Aksan (Drum).
Karya terapik Slank ada pada album Minoritas, album yang dirilis pada 20 Januari 1996 silam. sedangkan Dewa 19 menerbitkan album Pandawa Lima setahun kemudian tepatnya pada 25 januari 1997.
Keduanya juga tercatat sebagai album terakhir sebelum Slank formasi 13 pecah dan Dewa 19 formasi keluarga Pandawa Lima bubar jalan.
Slank menyebut diri kaum minoritas yang memainkan musik minor dan berbicara tentang hal-hal minor bangsa Indonesia, sedang Dewa 19 menyebut diri sebagai kaum Pandawa. Ningrat, bangsawan nan rupawan yang berdiri di sisi putih dalam melawan pihak hitam.
Musik bukanlah arena perlombaan dimana pihak yang tak berdiri di sisi yang sama adalah lawan, pun bukan arena adu mekanik dimana pihak yang satu dianggap lebih mumpuni dan lebih terdepan dari pihak yang lain .
Namun jika harus dibanding-bandingke dan disaing-saingke, komparasi antara keduanya sangat menarik. Slank si kaum minoritas ini memiliki Pay yang disebut-sebut sebagai salah satu gitaris terbaik negri ini, sayatan gitarnya terlihat rumit  walau begitu tetap terdengar elok ditelinga. Pay terhitung  banyak membantu proses rekaman artis-artis nasional pada saat itu, pun hari ini ia masih tetap bermusik dengan BIP dan General Maya.