Bukan apa-apa, hanya mungkin akan lebih mudah diterima  apabila saya menjelaskan  sikap duduk saya tersebut jika saya utarakan sebagai "meniru seorang artis", walaupun dikemudian hari malah anggota keluarga saya tak pernah menyinggung sama sekali perihal saya makan dengan posisi duduk tersebut.
Kami berbincang sejenak di ruang tamu, seolah tahu tentang pertanyaan yang hendak saya lontarkan, beliau langsung bercerita awal mula hijrah, ketakutan beliau akan kematian dan secuil cerita ketika beliau masih berkarir di dunia musik, uraian mas Salman kurang lebih semacam prolog di buku beliau "Markas Cahaya" yang dituturkan secara lisan kepada saya.
Sebuah pertemuan singkat, kami bertukar cerita. Saya berkisah tentang ikhwal suatu pagi di hari minggu  nan gabut, saya browsing media sosial dan mendapati mas Salman memposting perihal acara kajian di salah satu sekolah SMA di bilangan Jalan Magelang, saya perlihatkan postingan tersebut pada istrinda, gayung bersambut istrinda  mengiyakan untuk datang ke acara tersebut.
Hingga pada akhirnya kami tiba di lokasi acara, kami hanya duduk di luar dan mengamati dari luar tempat kajian berlangsung, lucu dan geli jika mengenang saat itu, pasalnya maksud hati mengikuti kajian dari eks Sheila On 7 gagal kerana acara tersebut diperuntukkan bagi kaum Putih Abu-abu, hahaa..
Namun berkat takdir  Tuhan pada akhir Desember kemarin kami dipertemukan dalam suasana santai dan baik, jazzakallah mas Salman..
Beribu tanya tersirat, terjawab pasti terjawab, pecahkan teka-tekiNya dengan panduan yang tersurat..
Selamat pasti selamat, ikuti simbol rambu-Nya.. Ambil kesempatan waktunya kedalam Markaz Cahaya..Â
("Markaz Cahaya" oleh Wowok ERWE Band)
Â
~Berteman hujan di petang jelang bedug Magrib, Berbah, 10 Januari 2021.