Mohon tunggu...
armand yazin
armand yazin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - #inarmandastheniawetrust

IG: @armandasthenia | penabuh drum tingkat pemula | cityzen di Manchester City FC | just talk and write about music and football

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik Jazz dan Fenomena Festival Musik "Bukan Musik Jazz Fest"

18 Juli 2020   22:42 Diperbarui: 18 Juli 2020   22:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumentasi pribadi

Apa yang terlintas di benak ketika pertama kali mendengar kata jazz ?, musik yang rumit, njlimet, susah dicerna, membosankan ? musiknya orang tua ? atau musiknya orang kaya..?

Tentang musik jazz sebagai musiknya orang kaya ini menarik, entah darimana asal-muasal hingga musik dihubung-hubungkan dengan  strata sosial, musik jazz untuk kalangan menengah atas dan lalu musik dangdut diidentikkan dengan musik rakyat jelata. Padahal sejatinya musik tiada korelasinya dengan kelas sosial. Bahkan dari asalnya sono di negri Paman Sam musik jazz ditemukan oleh para budak Afrika.

Musik yang rumit, njlimet, susah dicerna, mungkin itu yang kita tangkap ketika memergoki musik jazz. Musik jazz memang identik dengan hal yang rumit, chord  yang aneh dan susah dimengerti. Dan terkadang dalam satu nomor terjadi banyak improvisasi, bahkan nomor yang sama pun akan beda aransemen ketika dimainkan di kesempatan yang lain.

Dewasa ini, musik jazz mulai bersinggungan dengan genre musik lain sehingga terdengar lebih populer, mudah dicerna. Pun pula musik jazz kini jua digandrungi anak muda. Tengoklah akan banyaknya panggung musik jazz yang digelar di kampus-kampus, tak lupa juga ajang tahunan pencarian bakat musisi jazz yang digelar oleh produsen rokok tanah air.

Pun biar begitu skill bermusik musisi jazz boleh dibilang diatas rata-rata, dan menikmati musik jazz kadang seperti menyimak dialog antara musisi via instrument mereka masing-masing, bahkan terkadang kita disuguhi monolog dimana satu musisi bermain solo menunjukkan keahlian dalam bermain alat musik, namun sialnya apa yang mereka obrolkan dalam dialog kadang kita tak pahami. Runyamlah sudah.

Awam mungkin boleh terkesima dengan penampilan musisi rock yang gahar, aransemen musik distorsi nan keras dan tempo cepat. Tapi musisi jazz berada di level yang berbeda, dengan tampilan yang umumnya classy dan elegan dan musik yang relatif santuy jika meminjam istilah para millenial masa kini. 

Musik jazz sangat istimewa, bahkan band rock macam Seurieus mengabadikan pujian akan musik jazz dalam lirik lagunya : "daripada musik metal lebih baik musik jazz..aku suka music jazz..!!".


Jika kita personifikasikan musik jazz adalah seni tari dan musisi jazz adalah penari, tentu ada banyak jenis tarian. Ada tarian klasik yang tampak mudah, gerakan pelan dan anggun, namun ketika kita praktikkan sungguh sangat sulit. Musisi rock jika kita personifikasikan adalah sebagai pelari cepat. Tentu tiap orang hampir bisa jika hanya "sekedar berlari" cepat  apabila berlatih dengan benar dan tekun. Tapi tidak semua orang bisa menari dengan indah, anggun dan mengagumkan. Dan satu hal, cepat dan keras tiada korelasinya sama sekali dengan musikalitas.

Ada banyak jenis musik jazz. Bebop, Swing, Bossanova, Acid, Funk, Fusion dan lain-lain. Tapi kita tidak sedang membahas jenis-jenis musik ini, kita akan menyinggung tentang fenomena banyaknya festival musik yang mengatasnamakan musik jazz, karna terbukti kata "jazz" cukup menjual apabila disematkan sebagai judul festival, ambilah contoh misalnya sebuah festival musik berjudul Blablablajazz , terdengar cukup menjual bukan?, atau mungkin untuk menjual suatu wilayah atau daerah tertentu dibuatlah judul Antahbarantahjazz.

Musik jazz dengan citranya yang wah seakan menjadi magnet untuk menggaet massa, berapa banyak festival musik yang menunggangi kata "jazz" untuk mengangkat citra dan menggaet massa, walaupun line-up artis yang tampil tak sepenuhnya musisi jazz tulen. 

Toh hal tersebut cukup menguntungkan bagi tumbuh kembang musik jazz tanah air, audience yang datang mungkin tertarik dengan artis "non-jazz" yang ia gandrungi dan bukan tak mungkin audience akan terbuka hati tuk mengenal musik jazz lebih jauh dan dalam setelah mendapatkan experience dan bersentuhan dengan musik  jazz secara live. 

Kita mengetahui jamak adanya satu festival digelar dengan menunggangi kata "jazz" dan diadakan di beberapa destinasi wisata, hal tersebut tentu bukan sesuatu yang haram dilakukan, dan tidak sepenuhnya salah karena disana ada strategi bisnis. 

Jazz yang terlanjur diidentikkan dengan musik  orang kaya diharapkan akan menarik minat kedatangan orang berduit ini, mereka datang dan menghabiskan rupiah disana, sehingga berputarlah roda ekonomi dan mengangkat nama suatu destinasi wisata. 

Bahkan  hal tersebut didukung oleh pemerintah daerah, kementrian BUMN dan korporat dengan program Corporate Social Responsibility mereka masing-masing.

hal tersebut tentu bukan sesuatu yang haram dilakukan, dan tidak sepenuhnya salah karena disana ada strategi bisnis. Jazz yang terlanjur diidentikkan dengan musik  orang kaya diharapkan akan menarik minat kedatangan orang berduit ini, mereka datang dan menghabiskan rupiah disana, sehingga berputarlah roda ekonomi dan mengangkat nama suatu destinasi wisata.

Tentang penampil ?, tak perlu nyinyir dan julid berlebih, karna kita ketahui bersama bersama bahwa di sekolah formal musik diajarkan bahwa untuk piawai dalam  memainkan semua genre musik kita harus belajar jazz,  bukankah begitu ?. Dan musik tetaplah musik, lebih pantas dinikmati daripada digunjingkan.

Daripada musik metal lebih baik musik jazz..aku suka..disko..!! (Musik Jazz by Seurieus Band)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun