Toh hal tersebut cukup menguntungkan bagi tumbuh kembang musik jazz tanah air, audience yang datang mungkin tertarik dengan artis "non-jazz" yang ia gandrungi dan bukan tak mungkin audience akan terbuka hati tuk mengenal musik jazz lebih jauh dan dalam setelah mendapatkan experience dan bersentuhan dengan musik  jazz secara live.Â
Kita mengetahui jamak adanya satu festival digelar dengan menunggangi kata "jazz" dan diadakan di beberapa destinasi wisata, hal tersebut tentu bukan sesuatu yang haram dilakukan, dan tidak sepenuhnya salah karena disana ada strategi bisnis.Â
Jazz yang terlanjur diidentikkan dengan musik  orang kaya diharapkan akan menarik minat kedatangan orang berduit ini, mereka datang dan menghabiskan rupiah disana, sehingga berputarlah roda ekonomi dan mengangkat nama suatu destinasi wisata.Â
Bahkan  hal tersebut didukung oleh pemerintah daerah, kementrian BUMN dan korporat dengan program Corporate Social Responsibility mereka masing-masing.
hal tersebut tentu bukan sesuatu yang haram dilakukan, dan tidak sepenuhnya salah karena disana ada strategi bisnis. Jazz yang terlanjur diidentikkan dengan musik  orang kaya diharapkan akan menarik minat kedatangan orang berduit ini, mereka datang dan menghabiskan rupiah disana, sehingga berputarlah roda ekonomi dan mengangkat nama suatu destinasi wisata.
Tentang penampil ?, tak perlu nyinyir dan julid berlebih, karna kita ketahui bersama bersama bahwa di sekolah formal musik diajarkan bahwa untuk piawai dalam  memainkan semua genre musik kita harus belajar jazz,  bukankah begitu ?. Dan musik tetaplah musik, lebih pantas dinikmati daripada digunjingkan.
Daripada musik metal lebih baik musik jazz..aku suka..disko..!! (Musik Jazz by Seurieus Band)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H