Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Leksi Hedrifa memenuhi undangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi, untuk mengikuti Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan FGD ini diselenggarakan di Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta pada Sabtu (12/10/2024).
Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta merupakan sebuah museum yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, Bukittinggi. Letaknya berada di pusat kota dan berdekatan dengan area Pasar Bawah. Museum ini berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi.
Kegiatan FGD yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi ini bertepatan dengan peringatan Hari Museum Indonesia yang jatuh setiap tanggal 12 Oktober. Tema yang dibahas dalam FGD adalah "Kuratorial Bung Hatta Kecil dan Pendirian Ulang Rumah Kelahiran Bung Hatta".
Pelaksanaan FGD bertempat di lantai dua Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta. FGD dibuka dan diresmikan oleh Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi Heru Triastanawa. Heru yang mewakilkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menyampaikan apresiasi terhadap segenap stakeholder Kota Bukittinggi yang hadir dalam FGD kali ini.
Dalam sambutannya, Heru memaparkan urgensi pelaksanaan FGD dengan tema yang telah dipilih tersebut. Ia menyebut salah satu ciri khas yang bisa ditonjolkan dari Kota Bukittinggi adalah terkait Bung Hatta. Heru membandingkan brand yang dibangun Kota Blitar dengan membawa sosok Bung Karno sebagai identitas yang ditonjolkan. Jika Kota Blitar bisa, maka Bukittinggi pun bisa untuk mengangkat figur Proklamator Bung Hatta sebagai ciri khas.
FGD dimoderatori Irwan Setiawan. Sebagai penyaji pertama, hadir Noviyanty Awaluddin dari Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Beliau memaparkan materi terkait museum beserta serba-serbi pengelolaannya. Noviyanty yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Sumatera Barat, menekankan pentingnya tugas para pengelola museum, khususnya kurator.
Menurut Noviyanty, seorang kurator museum wajib memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan fungsi-fungsi museum sebagaimana mestinya. Secara garis besar, tugas kurator museum adalah research, preparation, dan communication. Ada proses panjang yang harus dilakukan seorang kurator, hingga akhirnya sebuah museum dapat terisi dengan koleksi-koleksi yang sesuai dengan tujuan didirikannya museum tersebut. Target pasar dari sebuah museum adalah spesifik, yakni kalangan pendidikan.
Sebagai penyaji kedua, hadir Yulfian Azrial dari AMIDA Sumatera Barat. Beliau menyampaikan materi soal tata ruang sebuah museum. Sesuai dengan tema FGD, Yulfian juga membahas sejarah Bung Hatta dan keluarganya, yang terkait dengan konsep pendirian ulang Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta.
Yulfian menegaskan perbedaan antara sebuah museum dengan galeri. Menurutnya, masih banyak orang yang menganggap bahwa museum dan galeri adalah dua tempat yang memiliki fungsi sama. Sebuah galeri digunakan untuk memamerkan benda-benda tertentu. Museum pun juga melakukan fungsi galeri ini. Namun, orientasi museum juga berkembang sebagai wahana edukasi, melalui benda-benda yang menjadi koleksinya tersebut.
Diskusi dalam FGD semakin menarik dengan hadirnya penyaji ketiga, yakni Silfia Hanani yang merupakan Rektor UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. Hadir pula Sovia Marni sebagai penyaji pamungkas. Kegiatan FGD juga dihadiri komunitas pecinta museum dan sejumlah mahasiswa perguruan tinggi di Bukittinggi.