Tak terasa, tahun 2024 sudah memasuki triwulan terakhir. Di sepanjang tahun ini, aku sudah menghampiri bioskop beberapa kali. Tentu saja untuk menonton film-film yang menarik perhatianku. Tapi jujur, aku adalah pecinta film Indonesia. Aku lebih suka merogoh kocekku untuk menonton karya-karya sineas lokal.
Nah, menjelang pengujung tahun seperti ini, biasanya akan diselenggarakan Festival Film Indonesia (FFI). Aku paling suka dengan acara award atau penghargaan seperti FFI. Jadi aku punya gambaran, seperti apa film berkualitas menurut para juri FFI.
Dari pengamatanku selama ini, film-film yang berjaya di ajang penghargaan biasanya bukanlah film yang populer di tengah-tengah masyarakat. Film-film yang kerap menang penghargaan ini, kadang memiliki jumlah penonton yang biasa-biasa saja. Meski ada pula film yang mampu menyedot jutaan pemirsa, namun juga sukses di ajang penghargaan.
Aku mengikuti akun FFI di instagram (@festivalfilmid). Pada 27 September, FFI mengunggah film-film panjang yang lolos dan menjadi film yang direkomendasikan sejumlah asosiasi profesi perfilman. Selanjutnya, 20 film rekomendasi tersebut akan memasuki tahapan nominasi yang ditentukan oleh anggota Akademi Citra FFI 2024.
Dari kedua puluh film panjang ini, aku cukup excited! Ada sejumlah film yang sudah kutonton di bioskop, dan masuk ke dalam daftar 20 besar ini. Mereka adalah Dua Hati Biru, Hamka & Siti Raham Vol. 2, Ipar Adalah Maut, Jatuh Cinta Seperti di Film-film, Petualangan Sherina 2, Sehidup Semati, The Architecture of Love, dan Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.
Sayangnya, ada beberapa film yang menurut seleraku harusnya bisa masuk bursa, namun tidak masuk ke dalam list 20 besar yang dirilis FFI tersebut. Pada Desember 2023, aku amat antusias kala Layangan Putus The Movie rilis di bioskop. Di film ini, meski pemeran Kinan tak lagi dibawakan oleh Putri Marino dan digantikan oleh Raihaanun, tetapi filmnya masih memikat. Film ini merupakan lanjutan dari versi series yang telah tayang dan viral sebelumnya.
Selain Layangan Putus The Movie, aku sempat menonton Badarawuhi di Desa Penari pada momen Lebaran 2024. Film produksi MD Pictures ini merupakan sekuel dari KKN di Desa Penari yang rilis pada 2022 lalu. Aku pribadi mengakui, Badarawuhi di Desa Penari tak sefenomenal KKN yang amat booming hingga mampu mengumpulkan penonton lebih dari 10 juta. Walau kupikir secara sinematografi apik dan layak masuk bursa FFI, Badarawuhi ternyata tak masuk daftar 20 film panjang nominasi FFI 2024.
Oh ya, pada Mei lalu aku sempat menonton Glenn Fredly The Movie. Film ini merupakan biopik yang menampilkan sosok musisi Glenn Fredly. Bagiku, Glenn Fredly The Movie bisa juga dianggap sebagai film musikal. Hal ini lantaran sepanjang film, penonton disuguhkan sejumlah karya Glenn Fredly yang sungguh membumi di telinga masyarakat Indonesia. Seperti lagu Januari, Kasih Putih dan Kisah Romantis.
Marthino Lio didapuk menjadi aktor yang memerankan Glenn Fredly. Namun begitu, secara keseluruhan film ini belum mampu menembus top 20 film cerita panjang yang bersaing di gelaran FFI 2024. Â
Siapa Layak Masuk Nominasi FFI 2024?
Aku kembali ke daftar 20 film panjang yang direkomendasikan pada FFI tahun ini. Dari film-film yang sudah kutonton di bioskop dan masuk ke dalam daftar, aku notice kepada Hanung Bramantyo. Sejak mengenal Hanung Bramantyo lewat film Brownies yang rilis pada 2005 silam, aku mulai terpukau dengan sosok sutradara yang satu ini.
Bagiku, film-film yang disuguhkannya tidak kacangan. Pria asal Jogja itu mempunyai standar tersendiri dalam menyajikan sebuah karya yang diputar di layar lebar bioskop. Setelah Brownies, karya Hanung Bramantyo yang mencuri perhatianku tentu saja adalah Ayat-ayat Cinta (2008). Selanjutnya adalah Perempuan Berkalung Sorban (2009) dan Kartini (2017).
Memasuki tahun 2024, aku kembali terpukau dengan karya Mas Hanung yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Waoow, film ini bagiku amat menarik dan berani. Berani menyampaikan sesuatu yang sensitif, khususnya bagi umat Muslim di tanah air. Tuhan, Izinkan Aku Berdosa menampilkan sejumlah aktor papan atas tanah air. Mereka adalah Djenar Maesa Ayu, Donny Damara, Nugie, Samo Rafael dan Nikita Mirzani. Namun, aku memberikan kredit kepada Aghniny Haque yang menjadi pemeran utama.
Aghniny Haque memerankan karakter utama yang bernama Kiran. Kiran merupakan seorang mahasiswi yang terjebak dalam kelompok ekstremis garis kanan. Kiran kemudian sadar dan mencoba mendobrak kebatilan yang terdapat di kelompok tersebut. Jalan yang harus dilaluinya sungguh terjal, hingga Kiran merasa sudah pada titik muak dengan segala kemunafikan yang dihadapinya.
Menurutku, penampilannya sebagai Kiran di Tuhan, Izinkan Aku Berdosa, adalah salah satu penampilan terbaik yang pernah disuguhkan oleh Aghniny Haque. Sebelumnya Aghniny pernah tampil di Mencuri Raden Saleh, KKN di Desa Penari dan sejumlah film layar lebar lainnya. Satu nominasi aktris pemeran utama terbaik, menurutku layak disematkan kepada Aghniny Haque. Secara overall, nominasi film terbaik bisa diberikan kepada Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.
Selain Tuhan, Izinkan Aku Berdosa, karya Hanung Bramantyo yang menarik perhatianku adalah Ipar Adalah Maut. Pada pertengahan Juni 2024, Mas Hanung menghadirkan sebuah film yang diadaptasi dari kisah nyata. Ipar adalah Maut merupakan film produksi MD Pictures.
Seperti judulnya, Ipar Adalah Maut merupakan film drama yang menyuguhkan konflik dalam hubungan antarsaudara. Tokoh utama yang bernama Nisa (Michelle Ziudith) mempunyai seorang suami bernama Aris (Deva Mahenra). Lantaran sesuatu hal, adik Nisa yang bernama Rani (Davina Karamoy) harus tinggal serumah dengan Nisa-Aris. Dari sinilah konflik bermula. Aris ada main dengan Rani, yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Menurutku, ceritanya tak begitu istimewa. Namun, apa yang digambarkan dalam Ipar Adalah Maut merupakan kisah yang bahkan bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ya, perselingkuhan bisa terjadi pada siapapun, selama ada kesempatan dan peluang untuk melakukannya.
Akting Michelle Ziudith dan Davina Karamoy cukup menarik bagiku. Namun entah, apakah mereka bisa menembus persaingan di FFI dan setidaknya masuk sebagai nominasi. Kita tunggu saja.
Satu aspek yang menonjol dari Ipar Adalah Maut adalah lagu soundtrack-nya. Ada dua lagu yang sempat populer, yang merupakan lagu tema dari Ipar Adalah Maut. Pertama berjudul Tak Pantas dan dibawakan oleh Mytha Lestari. Kedua berjudul Tak Selalu Memiliki yang dinyanyikan oleh Lyodra. Menurutku, salah satu dari kedua lagu ini akan memenangkan kategori lagu tema terbaik. Kita tunggu saja, hehee.
Tidak hanya film besutan Hanung Bramantyo. Film berikutnya yang menarik perhatianku adalah Dua Hati Biru. Film ini merupakan sekuel dari film Dua Garis Biru yang rilis pada 2019 lalu. Dua Hati Biru masih berkutat dengan dua tokoh utama yang merupakan suami istri: Bima dan Dara.
Jika di Dua Garis Biru pemeran Dara adalah Adhisty Zara, maka di Dua Hati Biru pemeran Dara digantikan oleh Aisha Nurra Datau. Dua Hati Biru menceritakan Dara yang sudah pulang dari Korea. Dara dan Bima tak lagi long distance dan bisa bersama dalam mengasuh Adam, anak mereka.
Konflik berputar di antara Bima, Dara dan keluarga besar mereka. Bima dan Dara yang masih amat muda, diharuskan mengambil peran sebagai orangtua dari seorang bocah. Mereka berdua berjibaku dengan berbagai tantangan dan perbedaan pandangan soal berbagai hal.
Bagiku, Dua Hati Biru masih memikat seperti Dua Garis Biru. Bahwa sebuah film tidak sekadar menjadi media hiburan. Namun, sebuah film bisa masuk ke dalam dimensi lain. Film sanggup menjadi media untuk menyampaikan sesuatu. Ada sepaket pesan dan makna, yang mampu diungkapkan oleh sebuah film.
Bagiku, Aisha Nurra Datau sudah memerankan karakter Dara dengan cukup apik dan meyakinkan. Kupikir satu nominasi aktris pemeran utama terbaik bisa diberikan kepadanya. Dan bahkan, Dua Hati Biru menurutku layak memperoleh satu nominasi film terbaik FFI tahun ini.
Berikutnya, film yang ku-highlight adalah The Architecture of Love. Film yang bersetting di New York ini, diperkuat dua aktor kelas A sebagai pemeran utamanya. Mereka adalah Nicholas Saputra sebagai River, dan Putri Marino sebagai Raia. Hhmm, cerita film ini bagiku sangat sweet. Namun tetap menghadirkan plot twist yang sungguh di luar dugaan.
Menurut penilaian awamku, Nicholas Saputra layak mendapatkan nominasi aktor pemeran utama terbaik. Begitu juga dengan Putri Marino yang harusnya bisa menyabet satu nominasi aktris pemeran utama terbaik dalam FFI kali ini.
Sebagai penutup dari artikelku ini, dari kedua puluh film panjang yang masuk rekomendasi, ada sejumlah potensi nominasi yang bisa mereka dapatkan. Vino G. Bastian bisa memperoleh nominasi aktor pemeran utama terbaik lewat film Hamka & Siti Raham Vol. 2.
Petualangan Sherina 2 masih mampu mencuri spotlight. Sekuel Petualangan Sherina ini bisa memperoleh nominasi di lagu tema dan penata musik terbaik. Sementara film Sehidup Semati besutan Upi, bisa mendapatkan nominasi aktris pemeran utama terbaik lewat Laura Basuki. Dan nominasi aktris pemeran pendukung terbaik lewat Asmara Abigail.
Inilah film-film unggulan FFI jagoanku. Beserta prediksi nominasi ala-ala aku. Kita tunggu pengumuman nominasi resmi pada 18 Oktober nanti. Just wait and see.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H