Sebulan yang lalu, aku berkesempatan melakukan perjalanan ke Kalimantan Barat. Rasanya sungguh senang tak terkira, lantaran aku telah berhasil mewujudkan salah satu bucket list yang kumiliki. Bucket list yang kupunya ini adalah daftar tempat yang ingin kudatangi.
Ya, sederhana saja. Salah satu bucket list-ku adalah ingin menapakkan kaki di Kalimantan Barat. Mengunjungi Tugu Khatulistiwa, dan mengabadikan foto untuk kenang-kenangan bahwa aku pernah menjejak di garis lintang nol derajat. Garis yang tepat membagi bumi menjadi dua bagian, utara dan selatan.
Jujur, aku masih belum bisa move on. Ingin rasanya aku mempunyai waktu yang lebih lama, untuk mengeksplorasi bumi Kalimantan Barat. Momen jalan-jalan adalah kegiatan yang amat kusuka. Bertualang sesuka hati. Mengunjungi tenpat-tempat yang belum pernah kudatangi.
Namun apa daya, aku tidak bisa leluasa untuk berlibur. Sebagai seorang pegawai, dalam setahun aku cuma memiliki cuti sebanyak 12 hari. Tetapi hal ini tak menyurutkan semangatku untuk berlibur. Sejumlah libur tanggal merah yang berdekatan, harus sungguh dicermati. Semata agar kesempatan liburan bisa berdurasi lebih panjang. Hahaa.
Pada artikel sebelumnya aku sudah bercerita. Jika kamu belum membacanya, sila mampir di sini. Karena cerita kali ini merupakan lanjutan dari tulisan tersebut. Bulan Februari kemarin, ada libur tanggal merah yang berentetan. Dimulai dari peringatan Isra Miraj pada 8 Februari. Kemudian cuti bersama Imlek pada 9 Februari. Dan disusul Tahun Baru Imlek pada 10 Februari.
Libur yang berentetan itu kumanfaatkan betul. Tahun baru Imlek. Hhmm, sontak aku langsung terpikir untuk mengunjungi Singkawang. Yippiiee ... ! Tekadku sudah bulat. Aku tak perlu menunggu akhir tahun untuk berlibur.
Aku menyusun rencana perjalanan dengan rapi. Aku akan mengambil cuti tahunan sebanyak empat hari. Ditambah libur pemilu pada 14 Februari. Jadi total, aku bisa berlibur sebelas hari! Horeee.
Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 10 Februari. Waktunya sungguh pas, dan membuatku tak berpikir lama untuk mewujudkan keinginanku untuk menyambangi Singkawang. Aku ingin tahu saja, seperti apa suasana perayaan Imlek di kota ini. Kota yang pernah tersemat sebagai kota paling toleran di Indonesia. Keren.
Sejak aku menonton film "Aruna dan Lidahnya", aku sungguh ingin tahu, seperti apa Kota Singkawang itu. Menurut yang kutahu, kota ini amat kental dengan nuansa Tionghoa. Singkawang dikenal sebagai Kota Seribu Kelenteng.
Keinginanku terwujud pada 9 Februari. Tepat di malam Imlek, aku berkesempatan menghampiri Singkawang. Dari Pontianak, aku menempuh waktu sekira tiga jam untuk sampai ke sana. Aku menggunakan mobil travel untuk menuju Singkawang. Warga lokal menyebutnya dengan taksi.