Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nge-MC dan Cerita-ceritanya

15 Juni 2023   10:42 Diperbarui: 15 Juni 2023   10:53 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic source: dok. pribadi

Saat ini, aku bekerja di sebuah lembaga perpustakaan plat merah di Bukittinggi. Kau tahu Bukittinggi 'kan? Sebuah kota wisata yang berada di perbukitan Bukit Barisan, di Provinsi Sumatera Barat. Tak terasa, sudah lebih empat tahun aku mengais nafkah di sini. And still counting.

Alhamdulillah, latar belakang kuliahku adalah Ilmu Komunikasi. Dan saat ini jobdesc utamaku adalah staf Humas. Ya, hubungan masyarakat. Oleh karena itu, setiap harinya silih berganti aku bertemu dengan banyak orang. Dengan banyak pihak. Termasuk menemani dan mendampingi pimpinan di kantor tempatku bekerja ini.

Aku berusaha menikmati setiap momen yang menghampiriku setiap hari. Khususnya, kala harus menghadapi orang-orang baru. Pihak-pihak yang hendak berurusan denganku atau dengan kantorku.

Satu yang kupegang erat soal kehumasan ini. Bahwa peranku adalah sebagai "jembatan". Acap kali aku mesti menjadi penghubung, antara kantorku dengan segenap pihak eksternal. Aku sungguh bersyukur. Pekerjaan ini telah memberiku kesempatan untuk berjumpa dengan aneka ragam manusia.

Honestly, ada beragam cerita yang akhirnya kudapatkan saat bercengkerama dan berinteraksi dengan mereka. Karena aku percaya, setiap wajah membawa satu cerita. Dan cerita seseorang, tentu berbeda dengan cerita orang-orang lainnya.

Bagiku, menjadi seorang staf Humas telah memberiku pengalaman tersendiri. Bagaimana menjadi "jembatan" yang baik. Bagaimana memahami maksud dan tujuan dari pihak-pihak yang berdatangan ke kantor kita. Ini semua telah memberiku bekal. Bekal berharga yang memberikan pelajaran kepada diriku sendiri. Bagaimana bersikap dan berlaku secara profesional.

Berbicara soal bekerja, salah satu pekerjaan yang biasa kulakukan adalah menjadi pembawa acara atau master of ceremony. Alhamdulillah ... untuk pekerjaan yang satu ini, aku selalu mencoba untuk menikmatinya. Karena basic-ku adalah Ilmu Komunikasi, maka aku mempunyai pengetahuan dasar untuk berbicara di depan umum atau public speaking.

Bagiku, melakukan public speaking sudah menjadi makanan sehari-hari. Kali ini aku bukan sedang membanggakan diri sendiri. Melainkan, hanya berbagi sesuai kenyataan yang kurasakan di lapangan. Bahwa menjadi seorang staf Humas, mewajibkanku untuk lihai tatkala berinteraksi dengan orang-orang lain. Dengan berbagai pihak eksternal yang datang silih berganti.

Pekerjaan apapun, selalu menghadirkan tantangan tersendiri. Termasuk menjadi seorang MC. Kalau aku, aku selalu mempunyai pakem kala dipercaya menjadi MC dalam sebuah acara. Bagiku, momen menjadi pembawa acara adalah kesempatan emas untuk "menjual diri".

Tunggu, jangan berasumsi negatif dulu. Itulah sebabnya, aku menulis menjual diri di atas dengan tanda kutip. Karena buatku, menjadi MC adalah kesempatan untuk menunjukkan kemampuan diri. Bahwa aku bisa meng-handle sebuah acara.

Salah satu pakem yang kulakukan kala nge-MC adalah, aku selalu berusaha untuk menyebutkan namaku di depan khalayak yang kuhadapi. Ya, urusan memperkenalkan identitas diri bagiku adalah penting saat nge-MC. Aku selalu memperkenalkan diriku kepada audiens. Dengan begitu aku berharap, bahwa mereka tahu dan sadar, bahwa acara yang sedang mereka ikuti dibawakan oleh Mas Jojo selaku MC.

Nge-MC dan Cerita-ceritanya

Kali ini aku hendak bercerita. Soal pengalamanku lantaran telah menjadi pembawa acara di suatu acara. Beberapa waktu yang lalu, saat berada di bulan Ramadan. Aku mampir ke sebuah swalayan. Tatkala selesai berbelanja dan hendak mengambil tas yang kuletakkan di penitipan, ada seorang pria yang menghampiriku.

"Bang ... parfumnya?"

Rupanya, dia sedang menjajakan parfum. Aku tak langsung menanggapinya. Hanya, aku spontan mengamati lapak parfum yang dibukanya di selasar bangunan swalayan.

"Ini, silakan testernya ... ?"

Si penjual parfum kembali menawariku. Cuma sebuah tester, batinku. Aku pun tak menolaknya. Si penjual kemudian menyemprotkan contoh parfum yang dibawanya ke atas punggung tangan kiriku. Tak cuma itu, ia juga membubuhkan parfum ke jaket yang sedang kupakai.

Masyaallah ... aku jadi wangi, hahaa. Tetapi dengan berat hati aku menolak tawarannya. Hal ini lantaran parfum yang kupunya masih ada. Jadilah si penjual parfum kembali ke lapaknya dengan tangan hampa.

Namun, cerita ini belum selesai. Belum lama ini, tepatnya pada Jumat, 26 Mei 2023. Aku kembali berbelanja di swalayan itu. Dan aku juga meniatkan untuk membeli parfum kepada si penjual yang tempo hari menawariku.

Aku pun menghampiri lapak parfum. Si penjual menyambutku dengan semringah. Aku pun memilih-milih parfum yang bakal kubeli. Di tengah-tengah kami saling berinteraksi, si penjual berujar.

"Abang dari Pustaka Bung Hatta ya ... ?"

Mendengar ini, aku terkejut. Aku menjawabnya, "Oiya Bang. Kok tau?"

Ternyata si penjual parfum adalah peserta workshop bertema transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang telah diadakan oleh kantorku. Lebih tepatnya workshop tentang foto untuk komersialisasi produk.

Aku bahagia sekaligus terharu. Workshop yang diikuti si penjual parfum sudah terlaksana pada November 2022. Tetapi dia masih mengingatku sebagai MC yang membawakan acara workshop tersebut selama tiga hari di Bukittinggi. Dan alhamdulillah, si penjual parfum memberiku diskon atas parfum yang baru saja kubeli. Senangnya.

Impact yang kuperoleh tatkala sukses membawakan sebuah acara, tidak berhenti sampai di situ. Pada Minggu, 28 Mei 2023, aku bertugas untuk menjaga layanan mobil perpustakaan keliling di Lapangan Kantin, Bukittinggi. Saat itu aku sedang beberes untuk merapikan buku-buku yang ada di mobil puskel. Tiba-tiba ada dua orang ibu yang mendekat kepadaku.

"Selamat pagi, Mas Jojo ... ?"

Kontan aku terkejut karena disapa oleh salah seorang ibu itu. Masalahnya, aku bukan orang Bukittinggi. Aku adalah pendatang di kota ini. Jadi aku sungguh terkejut kala ada orang "asing" yang menyapaku di tempat umum.

Ibu-ibu ini mungkin menyadari kalau aku bingung karena telah disapa. Si ibu kemudian kembali berkata.

"Saya peserta workshop di Hotel Grand Rocky."

Oalah, aku paham. Beliau adalah peserta workshop foto produk yang pernah diadakan oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Si ibu dan temannya kemudian melanjutan menyapaku. Dan ada kemungkinan mereka akan menjadi peserta workshop yang diselenggarakan oleh kantorku di tahun ini.

Baiklah. Setelah puas menyapaku, mereka berlalu. Tetapi aku sungguh senang dengan momen yang baru saja kualami. Masyaallah ... tak kusangka bahwa upaya untuk menjadi MC pada sejumlah acara workshop di kantorku telah berkesan bagi banyak orang. Alhamdulillah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun