Jujur kali ini, aku memang terinspirasi dari dua hal yang sudah kububuhkan pada judul di atas. Yang pertama adalah Puteri Indonesia. Sedangkan kedua, adalah sebuah penyakit yang bernama vitiligo. Aku ingin membahas hal yang pertama dulu. Kurasa, masyarakat Indonesia cukup familiar dengan sosok Puteri Indonesia.
Puteri Indonesia adalah sebuah ajang pemilihan ratu kecantikan (beauty pageant) yang bisa dibilang tertua di tanah air. Ajang ini telah digeber sejak 1992, dimana pemenang pertamanya adalah Indira Soediro. Puteri Indonesia diselenggarakan oleh sebuah yayasan bernama Yayasan Puteri Indonesia (YPI).
Meski sempat terhenti di tahun 1997-1999, namun Puteri Indonesia kembali digelar pada 2000. Dan sejak itu rutin diadakan setiap tahunnya. Yang paling terbaru, tentu kalian semua familiar dengan Erina Gudono. Erina merupakan perwakilan provinsi DI Yogyakarta pada pemilihan Puteri Indonesia tahun 2022. Wanita ayu ini berhasil menduduki 11 besar di ajang tersebut.
Barangkali Erina Gudono merupakan sekelumit alumni Puteri Indonesia yang cukup dikenal masyarakat. Bagaimana tidak? Di akhir 2022 kemarin, Erina disunting Kaesang Pangarep. Dan resmi menjadi menantu Presiden Jokowi. Seperti kedua kakaknya, pernikahan Kaesang diselenggarakan secara meriah dan tentunya diliput oleh media-media nasional, serta ditayangkan secara live di berbagai saluran televisi nasional.
Kembali ke ajang Puteri Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, ada sebuah brand kosmetik lokal yang berada di balik keberadaan Puteri Indonesia. Namun di luar itu, Puteri Indonesia dipandang sebagai salah satu sosok yang anggun. Tak hanya rupawan, tetapi juga memiliki kecerdasan dan budi pekerti yang baik.
Bagi remaja maupun wanita muda Indonesia masa kini, ada hal menarik yang bisa mereka dapatkan kala berhasil menjadi seorang Puteri Indonesia. Mereka bisa mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang beauty pageant level internasional. Salah satunya adalah Miss Universe.
Namun sayang, sejak 2023 ini pemenang Puteri Indonesia tak lagi berkesempatan melenggang ke ajang Miss Universe. Diketahui, lisensi Miss Universe di Indonesia tak lagi dipegang oleh Yayasan Puteri Indonesia. Terbaru, tiga pemenang utama Puteri Indonesia mempunyai kesempatan untuk berlaga di kompetisi Miss International, Miss Supranational, dan Miss Charm.
Saat ini, sedang berlangsung proses pemilihan Puteri Indonesia edisi 2023. Dilansir dari akun instagram resmi Puteri Indonesia (instagram.com/officialputeriindonesia), sudah terpilih 39 finalis yang mewakili 34 provinsi yang ada di tanah air. Rencananya, malam final akan digeber pada 19 Mei mendatang.
Namun ada yang menarik dari perhelatan Puteri Indonesia ini. Tahun ini tidak hanya menghadirkan 39 finalis yang berhak menyandang gelar Puteri Indonesia di level provinsi. Ada pula Puteri Indonesia Favorit yang sudah terpilih dari tiap-tiap provinsi. Para Puteri Indonesia Favorit ini masih memiliki kesempatan untuk berlaga di kompetisi nasional. Slot yang tersedia untuk finalis favorit adalah empat orang. Dan empat tiket wildcard ini ditentukan melalui voting dari masyarakat.
Puteri Indonesia dan Vitiligo
Dari sekian Puteri Indonesia Favorit tahun 2023 ini, ada satu sosok yang menarik perhatianku. Dia adalah Salma Kyana. Namun sebelum aku bercerita lebih lanjut, tolong jangan anggap tulisanku ini sebagai bentuk promosi. Apalagi Salma sedang mengikuti proses voting untuk mendapatkan slot wildcard di Puteri Indonesia 2023.
Hanya saja, aku salut dengan figurnya. Dilansir dari akun instagramnya (instagram.com/salmakyn), dia merupakan seorang dokter yang memperoleh gelar Puteri Indonesia DKI Jakarta Favorit 2023. Yang membuatku salut adalah, Salma mengidap penyakit vitiligo. Dan hal ini tidak ditutup-tutupinya.
Dikutip dari alodokter.com, vitiligo adalah penyakit yang menyebabkan warna kulit memudar. Area kulit yang memudar biasanya bertambah besar seiring waktu. Selain bisa menyerang area kulit mana pun di tubuh, vitiligo juga dapat terjadi di bagian dalam mulut, mata, rambut, dan area kelamin.
Vitiligo tergolong penyakit kulit tidak menular dan dapat menyerang semua orang. Vitiligo umumnya menyerang kelompok usia 10--30 tahun dan lebih jelas terlihat pada orang yang berkulit hitam. Meski bukan penyakit yang dapat mengancam jiwa, tetapi penyakit ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami stres dan gangguan citra diri akibat penampilannya.
Coba bayangkan, tatkala bangun di pagi hari dan mendapati kulitmu dijejali warna-warna yang tidak senada, tentu menjadi hal yang tidak menyenangkan. Meski kita sadar akan pepatah don't judge a book by its cover, namun secara alamiah, kita sering menilai seseorang dari penampilan fisiknya terlebih dahulu. Dan bagi orang yang mempunyai kekurangan secara fisik, hal ini tentu sangat menyakitkan dan kadang membuat down.
Begitu juga dengan para penderita vitiligo. Adanya warna-warna yang tidak senada di permukaan kulit yang tampak secara lahiriah, tentu menjadi hal yang sulit. Kenyataan ini bisa jadi membuat penderitanya merasa rendah diri dan tidak berharga.
Namun, kita mempunyai pilihan untuk menyikapinya. Dari seorang Salma Kyana, aku belajar banyak. Yang pertama adalah self acceptance atau penerimaan diri. Jika Tuhan sudah menakdirkan sesuatu, kita bisa apa...? Seperti terjangkit penyakit vitiligo, tentu Salma dan para penderita lainnya tidak pernah meminta untuk terkena penyakit seperti itu.
Apa yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan menerima. Menerima dengan ikhlas tentu bukanlah perkara mudah. Proses ini membutuhkan waktu dan setiap orang tentu berbeda-beda kisahnya.
Tidak hanya penerimaan atas keadaan diri, aku juga belajar self confidence atau kepercayaan diri. Menjadi seorang penderita vitiligo namun tetap berkeinginan untuk mengikuti Puteri Indonesia, adalah hal yang patut diapresiasi. Bahwa menjadi Puteri Indonesia tidak sekadar fisik semata. Tetapi ada value lain yang bisa ditonjolkan.
Barangkali, dengan keikutsertaan Salma Kyana di ajang Puteri Indonesia ini, akan membuka mata masyarakat untuk mendobrak stigma kecantikan yang hanya didasarkan pada aspek lahiriah saja. Budi pekerti yang luhur, kecerdasan dan kepedulian terhadap sesama, tentu menjadi nilai yang bisa membangun kecantikan sejati seorang perempuan.
Aku ingin memberikan apresiasi kepada Yayasan Puteri Indonesia karena memberikan kesempatan kepada Salma Kyana. Kesempatan ini mungkin bisa menjadi momen exposure. Momen untuk menyebarluaskan nilai dan pandangan baru kepada segenap masyarakat. Bahwa kecantikan tidak bisa dipandang dari sisi lahiriah saja. Namun, ada hal-hal lain yang sanggup membangun kecantikan itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H