Setelah aku melihat siapa kader Berkarya yang mengambil nomer undian, muncullah pertanyaan di benakku. Kalau Tommy menjabat sebagai ketua majelis tinggi dan ketua dewan pembina, lalu siapakah ketua umum dari parpol ini?
Rasa penasaran inilah, yang membuatku segera googling.Akhirnya aku menemukan laman resmi dari Berkarya. Melalui informasi yang kubaca-baca di berkarya.id,ternyata ketua umum dari Berkarya adalah Neneng A. Tuty.
Hmm..., siapakah dia? Dari info yang kubaca di web resmi partai, Neneng pernah berprofesi sebagai aktris film layar lebar. Dijelaskan pula, wanita ini pernah menduduki jabatan utama di federasi olahraga tinju nasional.
Aku pribadi hanya bisa mengomentari seperti ini, ya. Karena kesan ini kutangkap cuma berdasar wawancara singkat berdurasi sepuluh menit. Tentu tidak merepresentasikan sosok asli dari Neneng. Barangkali ia memang mempunyai kapasitas yang mumpuni, hingga bisa menjabat sebagai ketua umum dari Berkarya.
Atau, jabatan ketum tersebut lantaran Neneng merupakan orang dekat dari Tommy Soeharto?
Entahlah. bisa jadi seperti itu. Kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin saja Neneng memanglah 'tangan kanan' yang menjadi salah satu orang kepercayaan dari Tommy. Hingga sang pangeran cendana mempercayakan ketua umum kepadanya.
Tetapi dari wawancara kepada Neneng A. Tuty, aku memperoleh dua pernyataan. Yang pertama, Berkarya merupakan satu parpol, yang berupaya meneruskan program-program Soeharto yang tertunda. Program-program yang belum sempat terlaksana. Dari pernyataan ini, pantaslah jika menyematkan Berkarya sebagai partai sempalan Orde Baru.
Yang kedua, Neneng sempat menjelaskan, bagaimana peran Tommy Soeharto di dalam parpol. Menurut Neneng, walaupun Tommy merupakan ketua majelis tinggi dan ketua dewan pembina, namun ia tidak dominan. Segala keputusan terkait partai, tidak diambil Tommy secara mutlak. Ada mekanisme musyawarah yang melibatkan jajaran dan kader lainnya.
Well,apakah pernyataan tersebut benar adanya. Atau sekadar lip service untuk menutupi dominasi seorang Tommy Soeharto di dalam Partai Berkarya, kita tidak tahu. Toh, sebagai wong cilik,kita sudah terbiasa dibuai oleh kata-kata manis dari para politisi.