Perhelatan Puteri Indonesia 2018 baru saja dilangsungkan. Pada Jumat tengah malam, 9 Maret kemarin, perwakilan Bangka Belitung, Sonia Fergina Citra, akhirnya berhasil mengungguli 38 finalis lainnya dan berhak menyandang gelar Puteri Indonesia 2018. Mahkota merah beraksen Borobudur, dengan anggunnya disematkan ke gadis 25 tahun itu oleh pendahulunya, Bunga Jelitha.
Aku sengaja menuliskan artikel ini, anggap saja sebagai lanjutan dari tulisanku sebelumnya, yang sekadar membahas ketua DPR Bambang Soesatyo, yang terlibat menjadi juri dalam gelaran Puteri Indonesia barusan. Bagi yang belum membacanya, silakan baca Menjadi Juri Puteri Indonesia, "Tugas" Baru Bambang Soesatyo.Â
Ya, sebelumnya aku tertarik membahas perhelatan Puteri Indonesia, karena tak sengaja melihat dokumentasi yang diunggah Pak Bamsoet di akun instagram miliknya. Dari informasi yang kuhimpun, ternyata Bamsoet ikut menjadi juri dalam sejumlah tahapan penilaian, ketika karantina Puteri Indonesia sedang berlangsung. Pria ini menjadi salah satu tim penilai, untuk sesi malam bakat dan wawancara mendalam.
Rasanya unik saja. Seorang ketua Dewan Perwakilan Rakyat, yang 'turun tangan' langsung untuk memilih siapa-siapa yang layak untuk menyandang gelar Puteri Indonesia di tahun ini. Padahal, kita semua mafhum. Ketua DPR biasanya 'cuma' berkecimpung di ranah yang serius-serius. Membahas kebijakan pemerintah, memproduksi undang-undang, atau urusan lainnya yang bersifat kenegaraan.
Tetapi tidak untuk tahun ini. Sang ketua DPR, mendapat 'tugas istimewa'. Tugasnya barangkali terlihat tidak begitu berat. Yah..., anggap saja, menjadi salah satu juri di perhelatan Puteri Indonesia, adalah kesempatan untuk sedikit 'rehat' dari dunia serius yang bernama politik.
Aku pribadi menjadi tertarik. Excitedterhadap ajang Puteri Indonesia 2018, yang pada Jumat lalu ditayangkan secara livedi stasiun Indosiar. Hahaa..., sebenarnya bukan hanya karena ingin menonton para finalis dari Sabang hingga Merauke, yang berkompetisi untuk meraih predikat prestisius itu. Namun aku lebih tertarik ingin menontonnya, lantaran juri-jurinya yang dahsyat!
Bagaimana tidak dahsyat...? Gara-gara tak sengaja menemukan foto Pak Bamsoet jadi juri, aku kemudian mencari-cari informasi lainnya. Hingga akhirnya aku memperoleh informasi dari akun instagram milik ketua dewan pembina Yayasan Puteri Indonesia (YPI), Putri Kuswisnuwardani. Lewat unggahannya di @putri_k_wardani209Â beliau menayangkan sebuah foto, dimana terdapat sembilan orang yang akan bertugas sebagai juri di malam final Puteri Indonesia 2018.
Di 2018 ini, juri-jurinya nampol abies!Ketua DPR, Bambang Soesatyo, rupanya tidak berhenti di sesi penyisihan saja. Ia turut serta menjadi juri di malam final. Tak hanya Bamsoet. Ada pula Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Selain Puan, dari jajaran Kabinet Kerja juga menghadirkan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Dan tak lupa, ada Kepala Bekraf, Triawan Munaf.
Keempat figur yang sudah aku sebutkan diatas, bisa disebut sebagai elitis di negeri ini. Yang satu adalah ketua DPR. Sementara ketiga lainnya merupakan pucuk-pucuk pimpinan di kementerian atau lembaga yang berada di dalam pemerintahan Presiden Jokowi.
Tak hanya berasal dari 'golongan' politik. Ada dua sosok cantik yang turut duduk di 'kursi panas' juri Puteri Indonesia 2018. Mereka adalah Riyo Mori, Miss Universe 2007 dari Jepang. Dan juga Kezia Warouw, Puteri Indonesia 2016. Kehadiran mereka berdua, kurasa mewakili sosok-sosok yang expertuntuk urusan kecantikan dan penampilan di panggung beauty pageant.
Puan Maharani dan Bambang Soesatyo Jadi Juri, Puteri Indonesia "Beraroma" Politik?
Barangkali ini cuma pikiranku saja yang terlalu ngalor ngidul.Hanya saja, tatkala melihat Puan Maharani dan Bambang Soesatyo duduk menjadi juri, sepertinya Puteri Indonesia tak lagi sekadar ajang kecantikan semata. Bagiku, Puteri Indonesia telah menembus dimensi lain, yaitu 'bersentuhan' dengan dunia politik.
Sebenarnya, bukan kali ini saja 'figur politik' dilibatkan menjadi juri dalam ajang Puteri Indonesia. Dari pengamatanku sejak beberapa tahun terakhir, ada sejumlah politisi yang pernah duduk di 'kursi panas' sebagai juri. Pada edisi 2010, ada politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka. Lalu di edisi 2013, Puan Maharani untuk pertama kalinya menjadi juri. Jadi, pada edisi 2018 barusan, Puan sudah kedua kalinya menjadi juri.
Berlanjut ke edisi 2014. Kala itu ada sosok Titiek Soeharto dan Fadli Zon yang berkesempatan menjadi juri. Menapak ke edisi 2015, ada Budiman Sudjatmiko. Tak cuma Budiman, ada pula istri Djarot Saiful Hidayat, yakni Happy Farida, yang juga menjadi juri.
Berlanjut ke 2016. Kala itu ada Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang menjadi juri. Dan di tahun 2017 lalu, selain hadir Arief Yahya, ada pula Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Kepala Bekraf Triawan Munaf. Jadi, Imam Nahrawi dan Triawan Munaf sudah dua kali menjadi juri.
Kalau menurutku, hadirnya tokoh-tokoh elit tersebut, barangkali salah satu tujuannya untuk menaikkan prestise dari ajang Puteri Indonesia. Untuk saat ini, kontes kecantikan di dalam negeri bukanlah Puteri Indonesia semata. Oleh sebab itu, YPI berusaha 'menggandeng' banyak pejabat dan public figure sebagai juri, untuk menunjukkan strata ajangnya yang merupakan tertua di Indonesia. Tertua sekaligus terdepan.
Yah..., positive thinkingsaja. Mereka para tokoh politik tersebut, adalah orang-orang yang profesional di bidangnya masing-masing. Mereka bisa menggunakan pengalamannya yang segudang, untuk memilih sosok Puteri Indonesia yang terbaik. Sosok perempuan yang diharap mampu merepresentasikan wanita Indonesia, dan menjadi inspirasi untuk semua kalangan.
Well,selamat untuk para pemenang Puteri Indonesia 2018. Khususnya untuk Sonia Fergina Citra. Dia merupakan pemenang kedua dari Bangka Belitung, setelah Artika Sari Devi di edisi 2004.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H