Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perjalanan dan Ikhtiar (Part.2 - Welcome to Jakarta!!!!!)

22 Maret 2011   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Dan orang yang bersangkutan, wajib mempertanggungjawabkan pilihannya itu. Dari hal yang sifatnya rumit, hingga hal yang remeh-temeh. Salah satunya ini. Setiap orang berhak memilih acara kesukaannya. Televisi telah menyediakan puluhan channel tv untuk alternatif setiap pasang mata yang hendak menonton.

Begitu juga denganku. Berhubung aku belum mempunyai tanggung jawab yang berkaitan dengan pekerjaan. Maka akan banyak kutemukan waktu luang di sepanjang hari-hariku. Lalu, jadilah aku menonton tv di sore dan malam hari. Saat bosan menonton berita yang isinya cuma bencana dan lemahnya sikap penguasa, kupindah channel ke acara hiburan.

Salah satu hiburan yang tak bisa dihindari, tentu saja drama seri alias sinetron. Ada beberapa stasiun tv yang dari jam 5 sore, hingga jam 10 malam, slot acaranya diisi sinetron. Sinetron yang dihiasi wajah-wajah selebriti yang sedang jaya-jayanya di jagat hiburan.

Mungkin orang akan mengira, sinetron yang kutonton pastilah, kalau tidak rcti, ya indosiar. Kadang-kadang memang benar. Sekali-kali, tak ada salahnya menonton Cinta Fitri atau Putri Yang Ditukar. Dua sinetron yang konon, berada di garda terdepan dalam hal rating dan share pemirsa. Apalagi, 2 sinetron ini, ditayangkan nyaris bersamaan. Tinggal, siapa yang lebih menarik perhatian. Shireen sungkar dengan wajah arabnya. Atau nikita willy dengan raut abg-nya.

Tetapi suatu ketika, kebetulan aku tak memutar 2 sinetron itu. Perhatianku beralih ke sctv. Rasanya, sctv patut diacungi jempol. Drama seri atau sinetron yang ditawarkan sctv, tak hanya sekadar menghibur. Namun sekaligus BERISI. Tonton saja, Islam KTP. Juga, pesantren dan rock n roll. Meski sekilas 2 sinetron ini bertarget utama penonton Muslim, tapi dari segi cerita, saya kira semua kalangan bisa menontonnya. Sinetron ini hanyalah acara hiburan, walau pesan dakwah amat kentara disana-sini.

Kemudian, aku menonton sebuah adegan yang ditampilkan dalam sinetron pesantren dan rock n roll. Disini, sang tokoh berujar. Jika kita ingin memperoleh jawaban dari Allah, maka kita harus bersujud. Bersimpuh kepada Allah. Namun, cuma Allah yang tahu. Apa dan bagaimana jawaban yang akan diberikan-Nya kepada kita. Yang jelas, bagaimana dan kapan Allah menjawab, itu adalah hak prerogatif-Nya. Kita hanya bisa berdoa, memohon, dan berusaha.

Begitu terpananya aku, dengan adegan ini. Lantas, akupun tersenyum. Wajarnya, sinetron yang seperti inilah, yang harusnya memperoleh rating dan share yang tinggi. Bukan sinetron kacangan dan mendayu-dayu, seperti sinetron: dia jantung hatiku (rcti).

***

Benar. Apa, bagaimana, dan kapan Allah menjawab doa kita, hanya Dia yang berhak memutuskan. Seperti kisah yang sebelumnya sudah kubagi, saat ini aku adalah pengacara. Pengacara: pengangguran yang berusaha mencari-cari acara. Agar terlihat sibuk dimata tetangga-tetangga yang usil dan iri J......

Tak putus-putus aku berikhtiar. Agar segera mendapatkan apa yang kuinginkan. Apa yang kucita-citakan. Yakni, pekerjaan yang sesuai. Akupun cukup tahu diri. Indeks prestasi tak seberapa tinggi. Skill pun, pas-pasan dan standar. Bahasa inggris, dari skor toefl terbaru, rasanya skill bahasa inggrisku tak meningkat signifikan. Skor yang rata-rata.

Awal 2011 ini, segala perhatian dan energi tercurah ke usaha untuk memperoleh pekerjaan. Pekerjaan yang bukan asal pekerjaan. Ibarat mencari pasangan, mencari pekerjaan pun, juga harus ada seninya. Karena profesi, nantinya akan berhubungan dengan karir. Maka, meski latar belakang kuliahku cukup fleksibel dalam hal pekerjaan, namun aku tetap selektif dalam mengirim aplikasi lamaran, heheeee...........

Salah satu perusahaan yang "beruntung" kulirik adalah bca finance. Jujur, aku tak begitu paham, apa dan bagaimana perusahaan finance atau leasing ini. Secara, background-ku adalah komunikasi. Aku lebih familiar dengan media, jurnalistik, pencitraan, jika dibandingkan keuangan, ekonomi, dan semacamnya.

Kudapat bca finance dari jobfair yang berlangsung di fakultas ekonomi, universitas brawijaya, pada 11 februari 2011. Setiap aku menaruh lamaran, harapanku cuma satu. Semoga ini jodohku, amin.

Tak lama setelah jobfair berlangsung, aku ditelepon untuk mengikuti proses rekrutmen yang diadakan bca finance ini. Woow..... sekali lagi aku harus melakukan perjalanan ke utara, yaitu Surabaya. Akan kuceritakan detil, aku dihubungi pada 17 februari, untuk menjalani psikotes pada 22 februari 2011.

Tes bca finance ini dilaksanakan di Universitas Airlangga kampus b, di jalan airlangga, Surabaya. Tepat pukul 8 pagi, aku telah sampai di gedung fakultas hukum, tempat berlangsungnya tes. Ternyata, cukup banyak peserta tes hari ini. Aku mengantre beberapa saat, dan kembali aku akan mengadu nasib.

Tes di bca finance cukup banyak. Pertama dating, sudah disuruh menggambar orang dan pohon, seperti psikotes kebanyakan. Lalu, ada jeda pemaparan company profile. Kemudian rangkaian tes dilanjutkan kembali. Yakni diskusi kelompok, atau focus group discussion (fgd).

Mulai tahap fgd ini, berlaku sistem gugur. Bagi yang tak lolos, dipersilakan pulang. Sementara bagi yang lolos, lanjut untuk tahap selanjutnya. Alhamdulillah.... aku lanjut. Tes dilanjutkan dengan rangkaian psikotes. Cukup menguras energi dan membuat mata sepet. Apalagi tes menghitung cepat, fiuuhhh.....

Alhamdulillah.... aku masih berjodoh dengan bca finance. Tahapan dilanjutkan dengan wawancara konsultan. Kala itu, hari sudah sore, bahkan menjelang maghrib. Hanya ada beberapa orang yang berhak mengikuti wawancara. Jauh bila dibandingkan dengan jumlah peserta tadi pagi.

Setelah mengisi form calon pegawai, aku dipanggil untuk wawancara. Kebetulan, orang yang mewawancaraiku, adalah orang yang menilai dalam fgd yang kujalani sebelumnya. Sehingga aku tak terlalu deg-degan dalam proses face to face ini. Segala daya telah kulakukan. Niatku cuma satu, memberikan kesan terbaik, agar aku diperkenankan untuk mengikuti tahapan tes selanjutnya.

***

Semuanya telah digariskan oleh Allah. Dan kita, tinggal menjalaninya saja. Ikhtiar dan doa, sudah kuupayakan maksimal. Hanya tinggal menunggu takdir. Takdir yang dijatuhkan Allah dari langit.

Jumat, 4 maret 2011. Sore-sore seperti ini, aku lebih suka tiduran di kamar. Tiba-tiba, handphone yang tak jauh dari kepalaku, berdering kencang. Akupun segera meraihnya, karena aku memang hanya tiduran, bukan tidur beneran. Nomor yang tak kuketahui. Siapa ya, batinku?

Kuangkat. Dan...... hari itu mungkin akan menjadi salah satu hari yang akan kukenang. Bca finance mengabariku, aku harus interview panel di Jakarta. Benarkah?????!!!!!!!!!!!

Ya, benar!!!

Akhirnya. Finally. Tak bisa kupungkiri, aku adalah anak daerah. Mendengar kata Jakarta, akan timbul fantasi yang indah-indah. Meski aku juga menyadari, tak selamanya akan indah, hidup di ibukota.

Aku harus menjalani interview panel pada selasa, 8 maret 2011. Tempatnya? Di gedung wisma bca pondoh indah lantai 7, Jakarta selatan. Empat hari lagi. Ya, itu cuma 4 hari lagi. Tak ada banyak waktu. Aku harus segera bersiap. Siapa tahu, jodohku di bca finance.

Syukur....... adik dari ibu, alias om, ada yang berdomisili di Jakarta. Jadi aku punya jujugan jika sewaktu-waktu ada urusan di ibukota. Minggu siang, 6 maret, aku menggunakan bus malam dari terminal arjosari. Bus yang akan membawaku ke terminal rawamangun, terminal terdekat dari rumah om yang berada di kayu putih.

Masih begitu lekat di benakku. Raut-raut sumringah yang terbit di wajah bapak dan ibu. Mereka tentu senang, bila anaknya berhasil bekerja sesuai yang diingini. Terlebih aku. Sering aku berharap, untuk mengadu nasib ke Jakarta. Dan rupanya, Allah mengabulkan harapanku. Aku harus ke Jakarta, untuk melanjutkan ikhtiar menggapai bca finance.

Tapi, situasi di lapangan tak selamanya indah. Mungkin karena hari ini adalah senin. Pantura yang kulewati, tak jarang padat merayap. Harusnya aku sudah sampai di rawamangun paling telat jam 10 pagi. Namun karena macet di tegal, Cirebon, ditambah bus yang ganti ban di tengah perjalanan, membuat perjalanan ini nyaris sehari semalam.

Bergantian, sms dari bapak, ibu, maupun om, masuk ke handphoneku. Menanyakan sudah sampai mana. Akupun hanya menjawab pasrah. Karena macet dan bus yang ganti ban, akhirnya baru sekitar setengah 2 siang, aku menginjakkan kaki di bumi ibukota.

Alhamdulillah..... om telah menyuruh asistennya untuk menjemputku di terminal rawamangun. Sampai juga di rumah beliau di daerah kayu putih. Benar-benar perjalanan sehari semalam. Kemarin, dari Malang aku berangkat sekitar jam 13.30 wib. Sekarang, di jam yang sama, pada senin 7 maret, aku kembali menghirup udara Jakarta.

Welcome to Jakarta!!!!!!!!!!!!!

***

Selasa, 8 maret 2011. Judgement day.

Inilah ritual rutin warga Jakarta. Mungkin, tak berbeda jauh dengan warga kota atau daerah lainnya. Tetapi yang jelas berbeda adalah waktu. Setiap pagi, om bersama kedua putranya alias sepupuku, berangkat dari rumah jam 6 pagi. Para sepupu pergi ke sekolah, sementara om, tentu ke kantor. Kantor om memang cukup jauh dari rumah. Setahuku, berada di daerah kuningan. Huuffttt.....

Hari ini, aku mendapat jadwal interview pukul 14.30 wib. Agak siang. Namun, bukan berarti aku bisa lenggang kangkung bersantai ria. Awalnya aku hendak mencapai pondok indah sendiri. Tapi om tak membolehkanku. Takut aku nyasar di rimba beton yang bernama Jakarta ini, hahaaaa.......

Okelah. Aku manut om saja. Beliau sudah paham seluk-beluk ibukota. Jadi, setelah makan siang dan sholat dhuhur plus ashar (kujamak, karena takut tidak keburu, maklum..... kan sedang di perjalanan, heheheee), aku telah siap dengan pakaian terbaikku.

Sekitar jam setengah 1 siang, aku telah berangkat. Kata tante, jalan di Jakarta tidak bisa diprediksi. Termasuk siang, jalan tetap ramai karena waktu makan siang para karyawan. Tante adalah guru smp. Tapi beliau mendapat jadwal mengajar pada siang hari. Jadi, setelah mengantarkan tante ke sekolahnya, barulah asisten om mengantarku ke pondok indah.

Hujan. Hujan deras dan berangin. Aku jadi waswas melewati jalan tol, dengan cuaca seperti ini. Rasa khawatir juga dikatakan mas asisten padaku. Menurutnya, jika hujan begini, maka tol akan macet. Tak jauh berbeda dengan jalan biasa. Waduuhh........?!!

Tapi rupanya, ini hanyalah hujan lokal. Belum sampai keluar tol, hujan perlahan mereda. Dan, ketika keluar jalan tol, cuaca di Jakarta selatan cukup cerah. Bahkan amat cerah, dengan sengatan matahari khas dataran rendah.

Tak berapa lama, mas asisten telah mengantarkanku ke tempat tujuan. Mobil berhenti di depan sebuah gedung yang....... megahhhhhhh. Megah menurut orang kampung sepertiku. Jarinya menunjuk ke sebuah tulisan besar: wisma bca pondok indah. Aku sudah sampai.

Aku bilang pada mas asisten, tidak usah dijemput. Mungkin aku pulang naik taksi. Mas asisten meninggalkanku, dan aku segera berjalan masuk ke gedung ini. Aku masuk dengan bergetar, mungkinkah jodoh pekerjaanku di sini? Di Jakarta? Apakah aku akan hijrah ke ibukota? Untuk mencari sesuap nasi?

To be continued...........................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun