Ruang publik yang ada di Indonesia masih terbilang jauh dari kata sempurna, dari kalimat itulah para pemimpin dari setiap kota berlomba- lomba untuk mewujudkan keinginannya dalam menyempurnakan ruang publik yang dijadikan ikon atau symbol dari kota itu. Meskipun saya tinggal jauh dari perkotaan namun tidak dapat dipungkiri keinginan membenahi ruang publik begitu melekat pada diri ini, memang saya tidak merasakan bagaimana tinggal di sebuah kota yang sudah memiliki tatanan ruang publik yang sudah bagus itu. Namun tak dipungkiri juga kami umumnya orang dari kampung ingin mempunyai sebuah ruang publik yang memadai. Hanya alun- alun ruang publik yang kami punya satu- satunya, alun- alun ditempat saya sama halnya dengan alun- alun pada umumnya yang hanya sebatas lahan kosong didasari dengan tembok dan ditumbuhi dengan satu dua pohon saja. Tak jarang alun- alun tersebut terlihat kumuh dan kotor.
Orang- orang kadang bertanya mengapa ruang publik begitu dibutuhkan? Jawabannya sederhana karena setiap manusia pasti membutuhkan orang lain dan pada dasarnya manusia itu tidak dapat bisa hidup sendiri. melalui adanya sebuah ruang publik kita bisa lebih saling mengenal satu sama lain dan orang- orang kampung awamnya orang yang pemalu mereka suka mengurung diri dirumah dan hanya keluar ketika ada keperluan yang penting saja.
Dalam mewujudkan sebuah ruang publik khususnya alun- alun kita pasti memiliki beberapa kriteria supaya ruang publik itu menjadi tempat kedua kita setelah rumah, beberapa kriteria yang mungkin juga diinginkan oleh sebagian orang, antara lain.
- Kenyamanan yang tak terkalahkan.
Nyaman adalah kunci utama. Orang kampung umumnya memiliki sifat kekeluargaan yang, jika sudah mengobrol panjang lebar pastilah mereka akan lupa waktu apalagi ketika mereka ada pertalian kekerabatan. Tempat yang nyaman dan pas untuk kami yang senangnya mengobrol tak lain dan tak bukan adalah sebuah ruang publik dengan adanya fasilitas yang menunjang kenyamanan. Jika tempat tersebut sudah dikategorikan sebagai tempat terbuka yang nyaman maka tak segan orang akan berlama- lama di tempat tersebut. Melihat beberapa orang yang duduk dengan bersenda gurau dan tertawa lepas, maka pasti beberapa orang akan berpikiran betapa nyamannya duduk berlama- lama disana. Hal tersebut bisa menarik beberapa orang untuk mencoba merasakannya juga.
- Bersih dari sampah.
Jika membicarakan tentang sampah maka tidak akan pernah ada habisnya, pada umumnya watak orang kampung itu senang membuang sampah sembarangan contoh kecil jika kita sedang berada di alun- alun yang jarang dijumpai tetap saja selalu terpampang satu atau dua buah sampah yang berjejer. Meskipun begitu tak sedikit orang juga memperhatikan kebesihan yang terbebaskan oleh sampah. Siapa orang yang tidak menyukai kebersihan ? Semua orang pasti menginginkannya, berbagai cara mereka lakukan untuk terus menjaga lingkungannya agar tetap bersih. Sebagian orang bahkan rela membayar orang lain supaya bisa menjaga kebersihan dari sampah- sampah. Melihat keadaan lingkungan yang bersih juga membuat kita merasa senang, berbeda ketika kita melihat tempat yang kotor sudah pasti kita tak ingin singgah di tempat tersebut. “Jagalah Kebersihan” slogan tersebut sudah sangat kita kenal diberbagai tempat sekolah, taman, stasiun,dll. Jika disetiap tempat ditempeli slogan tersebut maka pasti bahwa kebersihan itu sangat berpengaruh terhadap kita terutama jasmani.
- Si hijau yang dirindukan.
Sejuk dan rindang, membayangkannya saja sudah membuat kita merasa bahagia, hamparan rumput yang bersih dinaungi dengan beberapa pohon hijau nan lebat yang menutupi langit dan tidak memberikan celah masuk untuk terik matahari. Alun- alun kami hanya terdapat satu saja pohon yaitu pohon beringin yang tumbuh dan berada ditengah- tengah, memang terlihat besar namun kepercayaan penduduk terhadap hal- hal yang berbau mitos menimbulkan dipotongnya beberapa ranting pohon tersebut sampai memendek maka semakin panaslah tempat itu, dibawahnya terdapat tempat duduk yang melingkar mengikuti diameter pohon itu. Meskipun kami tinggal didekat kaki gunung suhu udara disini pun sangat panas. Pohon yang tumbuh disekitar ruang publik akan memberikan nilai tersendiri, walaupun hanya sedikit.
- Modern Dan Tradisional Berdampingan.
Modern satu kata yang terucap dari kami untuk menggambarkan keadaan ruang publik yang berada di kota- kota besar. Sederhana kata yang pas untuk ruang publik yang kami punya. Alun- alun yang ada disini umumnya tak pernah tersentuh oleh kata modern, hanya itu- itu saja membuat orang- orang malas untuk mengunjunginya. Kami menginginkan sebuah tempat yang berbasis modern namun tak luput dari tradisional, seperti memiliki tempat yang khusus untuk anak- anak yang suka berkreasi memberikan mereka ruang untuk menonjolkan karyanya didepan umum. Supaya mereka tidak sembarangan lagi menggambar ditempat- tempat umum, dan alun- alun yang menjadi tempat bagi anak- anak yang memiliki hobi memainkan alat musik tradisional.
- Berbasis teknologi.
Teknologi di era sekarang memang sudah melekat didalam kehidupan kita, kita tidak bisa melepaskan terknologi tersebut walau hanya satu detik. Jika bisa dilihat sekarang orang- orang lebih menyukai berlama-lama menatap layar datar itu, melihat antusiasme masyarakat yang begitu besar terhadap perkembangan tekonolgi maka produsen- produsen terus gencar membuat produk- produk baru yang lebih canggih lagi. Mungkin jika diaplikasikan kedalam sebuah ruang publik atau lebih tepatnya alun- alun, kita bisa mengaplikasikannya terhadap penerangan. Penerangan yang ada dialun- alun hanya sebuah lampu yang memancarkan satu cahaya, namun jika seperti dikota- kota penerangan dengan lampu yang berwarna- warni mungkin menggugah para warga untuk berkunjung karena
Kami juga disini menginginkan ruang publik yang layak supaya kami tak perlu menaiki kendaraan yang menghabiskan berjam- jam demi menikmati sebuah ruang publik. Dan kami akan sangat bahagia jika alun- alun kami dapat dibenahi menjadi layaknya sebuah alun- alun yang tanahnya tertutupi rumput hijau bak permadani, pohon- pohon tumbuh disekitarnya, sampah yang tak terlihat lagi, tempat bagi anak- anak yang suka berkreatifitas, fasilitas- fasilitas yang nyaman untuk dipergunakan, sampai penerangan yang memadai. Jika sebuah ruang publik yang tersedia sudah memberikan kepuasan terhadap kita/ pemerintah sudah menjalankannya dengan baik, bukankah keinginan kita mendapatkan ruang publik yang nyaman, bersih, sejuk maka sikap kita sekarang adalah menjaganya seperti yang dikatakan pada awal tadi sebuah kerja keras tak berguna jika kita tak ingin bekerja sama dalam menjaganya. Menjaga ruang publik bukan hal yang gampang, selalu saja ada oknum- oknum yang tidak bertanggung jawab dalam setiap tindakannya. Untuk itu kita harus bersama- sama bergandeng tangan untuk melindungi dan menjaga tempat yang kita punya dengan bersungguh- sungguh disertai dengan keikhlasan. Sebuah pekerjaan tanpa dilandasi dengan keikhlasan maka hasilnya itu hanya akan sia- sia saja. Beberapa sikap kita yang bisa meminimalisir kerusakan- kerusakan yang dibuat oleh orang yang usil, antara lain
- Tumbuh sikap saling menghargai.
Sikap orang kampung yang selalu bergotong royong lantas melahirkan rasa saling menghargai. Jika kita selalu ingat bagaimana susahnya membuat sebuah alun- alun, maka tidak ada lagi orang yang tega merusak. Melihat sebuah perjuangan dalam membangun ruang publik, tidak hanya satu orang yang terlibat dalam pembangunannya. Beberapa orang pun ikut berpartisipasi walau mereka mendapat upah, mereka bekerja dibawah terik matahari tak kenal lelah, rela warna kulitnya berubah untuk mewujudkan keinginan kita. Tanpa kita sadari jika dengan merusaknya kita bisa melukai hati seseorang pembuatnya, kita tidak menghargai jasa yang telah mereka berikan untuk kita.
- Buang sampah pada tempatnya.
Hal ini berkaitan dengan yang diatas jika kebersihan yang kita inginkan, maka kesadaran dalam membuang sampah pun harus diterapkan. Jika satu orang berpikiran hanya dialah yang membuang sampah tidak pada tempatnya, namun bagaimana jika 20 orang memiliki pemikiran yang seperti itu. Sampah yang berserakan yang tak terbendung lagi, kesannya terlihat kotor. Sedikit solusi untuk menguranginya yaitu kita mengambil beberapa kantong kresek lalu menyimpannya didalam tas jika tempat sampah terlihat jauh dan kita malas untuk membuangnya kesana karena hanya satu, pastilah diantara beberapa orang menyelipkannya ditempat yang tidak terjangkau. Maka kita keluarkan kantong kresek tersebut dan membuangnya ketika kita akan bpulng sempatkanlah untuk melewati tempat sampah yang tadi terlihat jauh tersebut
- Tidak mencorat- coret dan tidak merusak.
Dengan tersedianya tempat yang dikhususkan untuk orang- orang yang sukanya corat- coret atau yang selalu berkreasi, maka tidak ada lagi tangan- tangan yang usil mencorat- coret fasilitas yang telah disediakan, seperti mencoret- coret tempat duduk, tempat sampah, bahkan di jalanan pun sering ada. Hal tersebut tidak terjadi pada satu atau dua taman tetapi hampir beberapa.
Jika semua orang dapat bekerja- sama dalam melindungi, menjaga, bahkan sampai merawatnya, maka tak dipungkiri alun- alun tersebut akan tetap langgeng sampai beberapa tahun kedepan. Semoga dengan ini kita menjadi lebih sadar akan betapa pentingnya sebuah ruang publik untu kami yang jauh dari hiruk pikuk keadaan kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H