Mohon tunggu...
Nevita Primalana
Nevita Primalana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

fashion

Selanjutnya

Tutup

Politik

Transformasi Partisipasi Politik Dalam Perspektif Pemilih Pemula Gen Z Pada Pemilu 2024

17 Desember 2023   17:28 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:56 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi partisipasi politik pada pemilih pemula Generasi Z dalam konteks Pemilihan Umum 2024 mencerminkan pergeseran paradigma yang signifikan dalam dinamika politik. Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menunjukkan karakteristik unik dalam berinteraksi dengan politik. Mereka tumbuh dalam era teknologi informasi dan konektivitas digital yang merajai kehidupan sehari-hari, membentuk pola pikir dan perilaku politik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Transformasi ini tidak hanya mencakup perubahan cara pemilih pemula Gen Z mengakses informasi politik, tetapi juga melibatkan cara mereka berpartisipasi dalam proses politik dan mempengaruhi agenda politik.

Dalam era di mana teknologi dan media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pemilih pemula Gen Z lebih cenderung mendapatkan informasi politik dari platform digital dibandingkan dengan sumber tradisional seperti surat kabar atau televisi. Keterampilan digital mereka yang tinggi memungkinkan mereka untuk meretas dan menyaring informasi, serta berpartisipasi dalam diskusi politik online. Dengan adanya media sosial, pemilih pemula Gen Z dapat dengan mudah berbagi pandangan politik mereka, membahas isu-isu terkini, dan membentuk opini politik mereka melalui interaksi online. 

Penting untuk diakui bahwa pemilih pemula Gen Z tidak hanya konsumen pasif informasi politik. Sebaliknya, mereka cenderung menjadi produsen konten politik dengan menghasilkan dan membagikan berbagai jenis konten, termasuk meme, video pendek, dan tulisan pendek. Hal ini menciptakan ruang partisipatif baru di mana pemilih pemula Gen Z dapat secara aktif menggambarkan pemikiran politik mereka melalui media yang lebih kreatif dan bersifat viral. Hasilnya, transformasi ini menciptakan narasi politik yang lebih dinamis dan beragam, sekaligus menghadirkan tantangan baru bagi partai politik dan kandidat untuk berkomunikasi secara efektif dengan pemilih muda.

Selain itu, peran aktivisme online semakin menjadi bagian integral dari partisipasi politik pemilih pemula Gen Z. Mereka menggunakan platform online untuk mengorganisir kampanye, petisi, dan protes virtual. Aktivisme ini mencerminkan keinginan mereka untuk membawa perubahan positif dan menyelesaikan isu-isu yang dianggap penting. Dalam beberapa kasus, gerakan online telah berhasil memobilisasi massa dan memberikan dampak konkret dalam kebijakan publik.

Namun, transformasi ini juga tidak terlepas dari tantangan dan risiko. Keberadaan berita palsu (hoax) dan filter bubble di media sosial dapat memperkuat polarisasi politik dan mengisolasi pemilih dalam silo informasi yang memperkuat pandangan yang sudah ada. Oleh karena itu, literasi digital dan kemampuan pemahaman kritis terhadap informasi menjadi keterampilan kunci yang harus dikembangkan oleh pemilih pemula Gen Z.

Partisipasi politik pemilih pemula Gen Z tidak hanya terbatas pada ranah digital. Ada juga tren meningkatnya keikutsertaan mereka dalam aksi langsung dan kampanye di dunia nyata. Meskipun teknologi memberikan aksesibilitas yang lebih besar terhadap informasi politik, kebutuhan untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan politik fisik tetap tinggi. 

Pemilih pemula Gen Z terlibat dalam demonstrasi jalanan, pertemuan umum, dan kampanye tatap muka untuk menyampaikan aspirasi mereka secara langsung.

Selain itu, perubahan pola partisipasi politik ini turut memengaruhi cara partai politik dan kandidat mengkampanyekan diri. Mereka harus lebih responsif terhadap isu-isu yang dianggap penting oleh pemilih pemula Gen Z, sekaligus memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk merancang pesan kampanye yang menarik dan relevan. Kreativitas dan inovasi dalam komunikasi politik menjadi kunci untuk menarik perhatian dan dukungan dari segmen pemilih ini.
Pentingnya isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial dalam pandangan pemilih pemula Gen Z juga menciptakan tekanan bagi partai politik untuk menyesuaikan agenda mereka. Kandidat yang dapat mengartikulasikan solusi konkret untuk isu-isu tersebut kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan yang kuat dari segmen pemilih ini. 

Oleh karena itu, Pemilihan Umum 2024 dipandang sebagai panggung untuk mengukur sejauh mana partai politik dan kandidat dapat beradaptasi dengan transformasi partisipasi politik yang terjadi.

Dalam konteks ini, pendidikan politik di sekolah dan perguruan tinggi memainkan peran penting dalam membentuk wawasan dan pemahaman politik pemilih pemula Gen Z. Kurikulum yang menyediakan pengetahuan tentang sistem politik, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta melibatkan pemilih pemula dalam simulasi pemilihan dapat membantu membangun dasar partisipasi politik yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun