Mohon tunggu...
Nevita Primalana
Nevita Primalana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

fashion

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yoan Ristama, Seorang Dosen yang Awalnya Tidak Berniat Menjadi Seorang Dosen

7 Desember 2023   17:49 Diperbarui: 7 Desember 2023   17:54 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yoan Ristama, S.Sn., M.Sn., akrab dipanggil dengan nama Yoan, Pak Yoan, dan juga
Kak Yoan. Merupakan seorang dosen dari Universitas Lampung yang lahir di Lampung.
Tepatnya di Desa Kenali, Kabupaten Lampung Barat, pada tanggal 6 Mei 1986 lalu. Walaupun
berasal dari Lampung, Yoan pernah memutuskan untuk mengenyam pendidikan di Pulau Jawa,
dan menadapatkan beberapa pengalaman yang menarik selama tinggal di Pulau Jawa.
Tepatnya, ia pernah berkuliah di ibu kota Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung. Selain
berkuliah di Kota Bandung, Yoan juga pernah menjadi seorang pengajar kursus di Kota Cimahi
yang letaknya tidak jauh dari Kota Bandung tersebut. Lantas bagaimana lika-liku perjalanan
Yoan dari masa ke masa hingga ia bisa menjadi seorang dosen seperti pada saat ini?

Riwayat Pendidikan
Seperti anak-anak pada umumnya, Yoan menempuh pendidikan seperti biasanya yang
di mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Hanya saja, karena Yoan berasal dari Lampung,
maka riwayat pendidikannya berada di daerah tersebut. Yoan sendiri mengenyam pendidikan
di tempat yang biasa saja, tidak seperti generasi masa kini (millennial) yang cenderung mencari
tempat pendidikan yang keren dan juga bergengsi. Hal tersebut di sebabkan karena dirinya
dilahirkan dari keluarga yang sederhana dari Kabupaten Lampung Barat.
Saat SD, Yoan mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten tempat ia
tinggal bersama keluarganya, yaitu di SD Kenali Lampung Barat. Sedangkan saat SMP, Yoan
melanjutkan pendidikannya di ibu kota Provinsi Lampung, yaitu di Bandar Lampung. Tempat
di mana ia mengenyam pendidikan di Bandar Lampung tersebut adalah SMP 9 Bandar
Lampung, dan bangku SMA pun ia lanjutkan di Bandar Lampung tepatnya di SMA 2 Bandar
Lampung.

Memutuskan Untuk Hijrah
Setelah lulus dari bangku SMA, Yoan memutuskan untuk hijrah ke Pulau Jawa,
tepatnya di ibu kota Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung. Disana, ia melanjutkan
pendidikannya ke salah satu Perguran Tinggi Swasta (PTS) di Kota Bandung, yaitu di
Universitas Pasundan (UNPAS). Di Universitas Pasundan, ia melanjutkan pendidikannya di
jenjang S1 pada program studi Seni Musik hingga lulus pada tahun 2010. Yoan melanjutkan
studi di jenjang S2 pada tahun 2015 hingga tahun 2017 di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI)
Bandung, yang letaknya berada di Jalan Buah Batu, Kota Bandung.

Cita-cita dan Pengalaman
Yoan sendiri tidak pernah bercita-cita ingin menjadi seorang pengajar atau dosen seperti
apa yang ia lakoni saat ini. Dalam keterangannya, ia mengatakan bahwa tujuannya mempelajari
seni musik yaitu untuk menjadi seorang player musik atau praktisi musik yang bisa masuk
kedalam blantika musik di Indonesia. Bisa dikatakan ia ingin masuk kedalam industri
permusikan yang ada di Indonesia. Namun dalam kenyataannya pada masa kini, ia menjadi
seorang pengajar di Perguruan Tinggi yang disebut dengan dosen.
Pengalamannya menjadi seorang pengajar dikarenakan sebuah kejadian pada tahun
2006 yang lalu, tepatnya pada bulan Mei. Mei 2006 silam, pada saat itu ia masih di jenjang S1
dan baru menginjak semester 2. Kurang lebihnya, ia baru setahun mengenyam pendidikan di
Perguran Tinggi. Namun Yoan sendiri sudah mulai menyibukkan diri dengan mencari kerja
agar bisa mengajar di tempat kursus musik. Akhirnya pada saat itu, ia pun diterima sebagai
pengajar di tempat kursus musik bernama ‘Maestro Music Course’ yang terletak di Kota
Cimahi. Hal tersebut masih Yoan ingat hingga saat ini, bahkan hingga tahun dan bulan saat ia
diterima untuk mengajar di tempat kursus tersebut masih ia ingat. Yoan pun melakoni
pekerjaannya sebagai pengajar di tempat kursus musik tersebut hingga tahun 2010, tepatnya
sampai ia lulus dari bangku kuliah dari jenjang S1 studi seni musik.
Setelah lulus dari S1 studi seni musik dan tidak mengajar di tempat kursus musik, ia
pun mencoba untuk mencari tempat lain untuk mengajar. Beruntungnya, ia banyak menerima
tawaran untuk mengajar di beberapa tempat kursus musik ternama, diantaranya seperti ‘Elfa
Music Studio’, ‘Purwacaraka Music School’, ‘Manson’, dan ada juga ‘Yamaha’, yang sekarang
dikenal dengan ‘Braga Music’. Selain mengajar di tempat kursus musik, Yoan juga pernah
mengajar di sebuah Sekolah Dasar (SD) yang terletak di Kota Cimahi, tepatnya di SD Fitrah
Insani Cimahi pada tahun 2010. Pengalaman mengajar di tempat kursus musik, dan juga
pengalamannya mengajar di Sekolah Dasar tersebutlah yang menjadi dorongan Yoan untuk
bisa menjadi seorang pengajar dan dosen pada saat ini.
Pada saat studi di jenjang S1, studi yang Yoan tempuh bukanlah studi yang berfokus
pada pendidikan. Namun lebih berfokus pada industri musik itu sendiri, karena awalnya ia
ingin menjadi seorang yang terjun ke dunia permusikan. Sehingga ia merasa bahwa keinginan
menjadi seorang pengajarnya tersebut datang setelah ia mengajar di beberapa kursus dan juga
guru di salah satu Sekolah Dasar pada saat itu. Bahkan pada saat mengenyam studi jenjang S2
di tahun 2015 pun, ia tidak mengambil studi yang berfokus pada Pendidikan Seni Musik,
melainkan berfokus pada Pengkajian dan Penciptaan Seni. Sehingga ia rasa, pengalaman
mengajar di kursus dan juga mengajar di Sekolah Dasar yang menuntunnya untuk menjadi
seorang pengajar bahkan hingga menjadi seorang dosen hingga sampai saat ini. Bukan dari
cita-cita dan keinginan untuk menjadi seorang pengajar maupun dosen.
“Jadi saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang dosen, tetapi karena pengalaman
dan juga jatuh cinta terhadap dunia mengajar tersebutlah yang membuat saya merasa tertuntun
untuk menjadi seorang dosen.” – Yoan Ristama.

Menjadi Seorang Dosen Bukanlah Sebuah Tujuan Akhir
Walaupun sekarang sudah melakoni pekerjaan sebagai dosen, bukan berarti menjadi
dosen merupakan sebuah tujuan akhir dari karir dan juga keinginan yang ingin Yoan tempuh.
Kini Yoan sudah kembali ke tempat kelahirannya, Lampung, dimana pada saat ini ia juga tetap
menjadi seorang pengajar di tempat kursus musik di Lampung. Selain dengan profesinya yang
ia lakoni sekarang sebagai seorang dosen, kini Yoan juga mengajar kursus musik secara
langsung dengan metode home visit atau private atas nama dirinya sendiri. Yoan sendiri
mengajar sebanyak 30 murid perminggunya dengan secara bergantian, dalam waktu
pelaksanaannya sebanyak 4 kali pertemuan dalam seminggu, dan dengan durasi waktu selama
1 jam tiap pertemuan.

sumber:Nevitaap
sumber:Nevitaap

Kembali ke Tanah Kelahiran, dan Menjadi Seorang Dosen
Sejujurnya, ia lebih senang dengan kegiatannya sebagai pengajar musik di tempat
kursus musik maupun secara home visit alias private. Namun ia memutuskan untuk menjadi
seorang dosen dikarenakan pada tahun 2017 setelah melihat pembukaan penerimaan dosen di
Universitas Lampung tempat ia mengajar sekarang. Ia tertarik karena pembukaan penerimaan
dosen tersebut dibuka untuk program studi Pendidikan Seni Musik. Dengan adanya penerimaan
tersebut, ia memutuskan untuk mendaftar sebagai seorang pengajar di Perguruan Tinggi
Lampung tersebut. Apa yang ia lakukan ternyata tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang
sangat manis, keputusannya tersebut tepat. Hingga membuatnya menjadi seorang dosen di
Universitas tersebut. Sejak saat di tahun 2017 tersebut, ia pun pulang kembali ke tanah
kelahirannya, Lampung dan menjadi seorang dosen.

Ketertarikan terhadap dunia musik
Yoan memiliki ‘darah’ seni dalam dirinya, terutama seni musik. Hal ini dimulai dari
sang Ayah, hingga sang Kakek. Sang Kakek sendiri merupakan seorang pemain alat musik
tradisional khas Lampung yang bernama Gamolan, yang di Pulau Jawa disebut dengan
Gamelan. Sedangkan sang Ayah merupakan seorang pemain gambus, pemain biola, dan juga
pandai memainkan alat musik lainnya. Hal itu yang menyebabkan Yoan memiliki ketertarikan
terhadap dunia musik karena memiliki ‘darah’ musik dalam dirinya.
Yoan sendiri bukan seseorang yang memang ingin sekali untuk belajar musik, namun
ia sudah melihat anggota keluarganya tersebut seperti sang Kakek dan sang Ayah yang
memainkan alat musik sedari ia masih kecil. Hal tersebut ia lihat secara berulang kali, dari pagi,
siang, sore, hingga malam secara terpola. Hingga akhirnya ia tertarik untuk mempelajari alat
musik, hingga mencari guru/pengajar untuk melatihnya. Yoan pun akhirnya memulai kursus
musik di usia yang cukup muda, yaitu dari kelas 3 SD. Kursus musik yang ia ikuti cukup lama,
karena ia sendiri mengakhiri kursus musiknya saat lulus dari SMA. Dengan pengalamannya
yang mengikuti kursus musik dengan waktu yang cukup lama, itulah yang memberanikannya
untuk melamar pekerjaan menjadi seorang pengajar di sebuah tempat kursus musik pada masa
ia kuliah jenjang S1 dulu.
“Darah musik ada dalam diri saya, karena Ayah dan Kakek saya merupakan seorang
pemusik. Saya melihat mereka bermain musik sejak hari secara terpola, sehingga saya tertarik
untuk belajar memainkan alat musik dan mengikuti kursus musik pada saat kelas 3 SD hingga
lulus SMA. Itu juga yang menjadikan saya nekat untuk menjadi seorang pengajar di tempat
kursus musik saat zaman kuliah.

Dukungan dari Keluarga Untuk Yoan
Para anggota keluarga besar Yoan hampir seluruhnya sangat menyukai dunia seni
apalagi seni musik, sehingga ia pun mendapat dukungan yang sangat besar dari para anggota
keluarganya tersebut. Terlebih lagi, diantara para anggota keluarga besarnya tersebut tidak ada
yang menekuni dunia seni terutama musik secara mendalam dan melalui dunia akademis.
Dapat dikatakan, bahwa para anggota keluarganya tidak ada yang mengikuti sekolah berbasis
seni ataupun sejenisnya. Sehingga ia pun di dukung secara penuh oleh para anggota
keluarganya dalam menempuh pendidikan tinggi yang berbasis seni tersebut.
Selain di dukung dalam menempuh pendidikan tinggi yang berbasis seni, Yoan juga di
dukung dalam menjadi akademisi atau pengajar atau dosen seperti yang ia lakoni saat ini.
Selain anggota keluarga, sang Istri pun juga turut mendukung dengan apa yang Yoan lakoni
pada saat ini.

Semangat Perjalanan Yoan
Perjuangan Yoan patut kita tiru, bagaimana tidak? Walaupun ia sudah memiliki sebuah
kesempatan, bukan berarti ia harus menjalaninya dengan bersungguh-sungguh. Bahkan ia tidak
putus asa dalam mengejar mimpinya walapun ia tidak menjalani kehidupan seperti yang ia
inginkan. Walaupun sudah terlahir dari keluarga musisi dan memiliki darah seni terutama seni
musik, tidak menyurutkan semangatnya untuk mengejar pendidikan akademik yang lebih baik.
Apalagi ia diberi dukungan yang sangat besar oleh para anggota keluarga besarnya di Lampung
pada masa itu hingga sekarang ini.
Walaupun pada awalnya ia bercita-cita ingin menjadi seorang pemusik, namun pada
akhirnya Yoan tidak menjadi seorang musisi yang terjun ke blantika musik Indonesia seperti
dengan apa yang ia harapkan. Hal itu tentu saja tidak membuatnya patah semangat untuk
menjalani kehidupannya. Ia tetap mencari alternatif lain selain menjadi seorang musisi, yaitu
menjadi seorang pengajar di tempat kursus musik. Apa yang ia lakukan pada masa kuliah
tersebut membuahkan hasil sampai saat ini.
Keputusannya dalam hijrah untuk menuntut ilmu sangat membuahkan hasil. Selain
untuk menuntut ilmu, dia juga mengambil keputusan yang cukup nekat. Dimana saat di bangku
kuliah ia mencoba untuk melamar sebuah pekerjaan, hingga pekerjaan tersebut ia lakoni hingga
setelah lulus SI. Setelah lulus jenjang S1, akhirnya ia menerima banyak tawaran mengajar di
tempat kursus musik lainnya. Selain ia mengajar di tempat kursus musik, ia juga mencoba
untuk menjadi seorang guru seni bagi anak Sekolah Dasar. Dengan hal tersebutlah yang
membuah Yoan tertarik akan dunia mengajar, hingga ia menjadi seorang dosen. Keputusannya
untuk mendaftarkan diri menjadi seorang dosen ternyata sangat tepat. Keputusannya tersebut
membuatnya untuk kembali pulang ke tanah kelahirannya, yaitu Lampung dan menjadi seorang
dosen. Tidak hanya dosen, ia tetap menjadi seorang pengajar di tempat kursus musik maupun
secara private.

Dapatkah kita mengikuti semangat Yoan?
Kita dapat mengikuti semangat Yoan dengan mengejar mimpi secara bersungguh-
sungguh. Selain memiliki keunggulan karena memiliki ‘darah’ pemusik dari keluarganya, Yoan
juga berusaha mengikuti kursus musik selama di bangku sekolah demi mendalami
keinginannya untuk bermusik. Selain mendalami alat musik melalui kursus musik, Yoan juga
berusaha untuk menempuh pendidikan tinggi yang berhubungan dengan seni musik.
Untungnya, Yoan mendapat dukungan penuh dari keluarga karena ia merupakan salah satu
orang yang menempuh pendidikan tinggi demi mengejar mimpinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun