Oleh: Nevi Saniatul Fajria| Akuntansi| Fakultas Ekonomi dan Bisnis| Universitas Airlangga
Kamis, 09 Juni 2022
Pada 24 Februari lalu, Rusia menggemparkan dunia karena melakukan serangan militer ke sejumlah kota di Ukraina secara tiba-tiba. Akan tetapi, hubungan Rusia dengan Ukraina memang sedang memanas karena Rusia menganggap Ukraina menentang Rusia bahkan diduga akan bergabung dengan NATO.Â
Konflik yang terjadi di antara Rusia dan Ukraina tidak hanya menyebabkan permasalahan geopolitik, tetapi juga berpengaruh pada kondisi ekonomi global secara signifikan. Hal tersebut terjadi melalui tiga pintu utama, yakni sanksi ekonomi, peningkatan harga komoditas, dan gangguan pada rantai pasokan.Â
Perang antara Rusia dan Ukraina yang masih terus berkobar hingga detik ini mengancam dunia internasional berdasarkan penglihatan Bank Dunia akan potensi resesi yang terlihat di depan mata. Bahkan, Bank Dunia sendiri pesimis akan keberhasilan negara-negara internasional dalam mengatasi ancaman mundurnya roda ekonomi tersebut.Â
Rasa pesimis Bank Dunia terhadap negara-negara internasional itu disebabkan oleh besarnya kemungkinan inflasi yang cukup tinggi dimana tekanan ini tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi pada suatu negara. Kondisi ini diungkap dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP). Pertumbuhan ekonomi pada dua negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Cina juga mengalami pemangkasan.Â
Amerika Serikat dipangkas menjadi 2,5 persen, adapun Cina dipangkas menjadi 4,3 persen pada tahun ini. Tidak hanya negara maju, negara berkembang juga turun dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka. Brasil dipangkas menjadi 1,5 persen, dan India dipangkas menjadi 7,5 persen. Â
Berbeda dengan negara berkembang lainnya, ancaman resesi ekonomi dalam waktu dekat bagi sejumlah negara yang dikatakan Bank Dunia tidak berlaku bagi  Indonesia. Indonesia dapat dikatakan cukup aman terhadap ancaman resesi ekonomi ini.Â
Hal ini dikarenakan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia tetap tumbuh sebesar 5,1 persen. Bahkan, pada 2024, ekonomi RI diproyeksi tumbuh hingga 5,3 persen.Â
Perang antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan peningkatan harga komoditas memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dikutip dari data Bank Dunia.Â
Peningkatan harga komoditas ini memberikan dampak positif bagi Indonesia dikarenakan RI banyak mengekspor komoditas ke sejumlah negara. Oleh karena itu, ketika harga komoditas sedang tinggi, maka akan membawa keuntungan dengan meningkatnya penerimaan negara secara otomatis bagi Indonesia dari kegiatan ekspor komoditas tersebut.Â
Bank Dunia mengatakan bahwa harga ekspor komoditas yang lebih tinggi di Indonesia dan Malaysia mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Bijih nikel merupakan salah satu komoditas yang diekspor Indonesia. Di tengah pertikaian antara Rusia dengan Ukraina, komoditas tersebut tercatat naik sekitar 30 persen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H