Adapun Jusuf Kalla dipecat pada tanggal 24 April 2000 atau tiga minggu sebelum pembatalan pemenangan proyek penuh aroma KKN sebagaimana diuraikan di atas.
Grup Bosowa milik Aksa Mahmud, ipar Jusuf Kalla adalah salah satu dari debitur macet Bank Mandiri yang terbesar berjumlah Rp. 1,4trilyun. Saat itu Jusuf Kalla menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bosowa sedangkan Aksa Mahmud sebagai Direktur Utamanya. Berdasarkan laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Mandiri pernah menghapus hutang tersebut di atas. Menurut temuan The Politic edisi 13 - 26 Juni 2014 halaman 7, alasan Bank Mandiri menghapus hutang Grup Bosowa adalah karena saat Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden, dia menekan direksi Bank Mandiri agar menghapus hutang-hutang grup Bosowa.
Pada masa Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden adalah masa-masa kelompok usaha milik Jusuf Kalla yaitu Bukaka, Bosowa. Kalla dan Intim Group memanen hak istimewa dalam mendapatkan banyak sekali proyek besar, antara lain:
1. Bukaka mendapat proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air/PLTA di Ussu, Kabupaten Luwu senilai Rp. 1,44trilyun.
2. Pembangunan pipa gas alam oleh PT Bukaka Barelang Energy dari Pagar Dea, Sumatera Selatan ke Batam senilai Rp. 7,5trilyun.
3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas/PLTG di Pulau Sembilang senilai Rp. 920miliar.
4. Pengadaan Helikopter Bencana pasca tsunami di Aceh dan Nias yang dibeli lewat PT Air Transport Services milik Bukaka Group (tahun 2006) dan sempat tertahan di Bea Cukai karena belum membayar pajak impor sebesar Rp. 2,1miliar.
5. Dan masih banyak lagi, termasuk proyek pembangunan jalan tol Trans-Jawa yang dimenangkan konsorsium milik PT Bukaka Teknik Utama, prpoyek Pembangkit Listrik Tenaga Batubara yang dibiayai lewat surat utang dari pemerintah senilai USD 2,5miliar/tahun selama tiga tahun yang dibangun oleh konsorsium PT Bukaka Teknik Utama, konversi minyak tanah ke gas yang tabungnya dipasok oleh perusahaan anak dan menantu Jusuf Kalla dengan mencuri start hingga penunjukan langsung operator Blok Natuna.
Dalam waktu lima tahun menjabat sebagai Wakil Presiden, perusahaannya makin gemilang. Itu tidak mengherankan mengingat group-group usahanya memperoleh berbagai proyek infrastruktur.
Kelompok-kelompok bisnis seperti Bukaka, Bosowa , dan Intim (Halim Kalla) masuk dalam paket kontraktor pembangunan 19 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kelompok Bosowa mendapat order pembangunan PLTU Jeneponto di Sulsel, tanpa tender (Rakyat Merdeka, 7 Juni 2006).
Kelompok Intim milik Halim Kalla, yang juga salah seorang Komisaris Lion Air, akan membangun PLTU berkapasitas 3 x 300 MW di Cilacap, Jateng. Proyek ini mengandalkan pasokan bahan baku batubara dari konsesi pertambangan batubara seluas 5.000 ha milik kelompok Intim di Kaltim (GlobeAsia, Sept. 2008, hal. 38).