Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Crash Course in Romance: Melihat Dedikasi Orangtua demi Pendidikan Anaknya

21 Januari 2023   00:41 Diperbarui: 21 Januari 2023   00:52 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tokoh utama drama yang sedang ongoing ini, Nam Haeng Sun, punya kedai makanan. Ibu Haeng Sun mewariskan kecakapan memasak pada Haeng Sun. Lauk pauk yang dijual secara prasmanan dan bisa dipilih sendiri sesuai selera pembeli. Waktu kali pertama lihat kedai makanan, pikiranku segera mengambil kesimpulan kalau tema utamanya adalah makanan dan si jago masak. Terlalu awal mengambil kesimpulan.. Hehehe..

Kalau tentang masakan atau makanan, lalu apa maksud kata "kursus" (course = kursus) dalam judul itu?

Crash Course in Romance memiliki judul lain yaitu One Shot Scandal. Setelah menonton 2 episode drama, aku tertarik melihat kehidupan seseorang yang memutuskan menjadi wali -- merawat keponakan dan menjaga adik - di usia yang sangat muda. Drama ini menceritakan pertemuan kembali seseorang dengan citarasa makanan yang dulu kelezatannya pernah menjadi salah satu penghiburannya ketika hidup menjadi sangat sulit.

***

Betapa orangtua berjuang demi mendapatkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya ditunjukkan dengan gamblang di drama ini. Hanya untuk mendapatkan tiket untuk mendaftar ke sebuah akademi (kalo di sini kursus atau bimbel) yang guru matematika popular, orangtua (kebanyakan ibu-ibu) rela antri sejak pagi. Tiket baru dibagi mulai jam 10 pagi dan terbatas hanya untuk 100 orang.

Nam Haeng Sun adalah atlet muda atletik potensial. Demi merawat Nam Hae Yi, keponakannya yang masih kecil, dan menjaga Nam Jae Woo, adiknya. Haeng Sun meletakkan impiannya dan meninggalkan klub. Menjadi ibu dan wali di usia sangat muda, membuatnya sangat sibuk di kedai makanan miliknya.

Choi Chi Yeol adalah seorang guru matematika yang sangat popular. Kelasnya selalu penuh. Penuh dalam arti yang sebenar-benarnya. Kelasnya berisi 100 siswa!

Tempat les maupun bimbingan belajar (bimbel) di manapun jarang sekali berisi sampai 100 orang. Semakin sedikit jumlah siswa belajar dalam sekelas malah semakin diminati. Tetapi, kelas pak guru Choi sangat diminati!

Hae Yi ingin masuk kelas matematika Choi Chi Yeol. Haeng Sun mencari info tentang kelas tersebut dan mengetahui betapa sulitnya mendapatkan kursi di kelas seorang guru popular. Maka, Haeng Sun bertarung waktu dengan orangtua lain demi mendapatkan peluang menerima tiket kursi kelas matematika untuk Hae Yi.

Guru Akademi vs Guru Sekolah

Terlepas fakta bahwa, Chi Yeol mengajar di akademi (disini: bimbingan belajar, lembaga pendidikan atau kursus), namun konsep pikirnya sebagai pendidik tidak hilang. Disela-sela sesi mengajarnya, Chi Yeol memberikan nasehat pada murid-murid yang mengikuti kelasnya (baik luring maupun daring) tentang kegigihan dalam belajar.

Namun, setelah menonton 2 episode drama ini, ada hal yang sangat menonjol antara guru akademi dan guru sekolah.

Chi Yeol (pemilik akademi sekaligus guru matematika) menerbitkan modul yang menjadi bahan belajar siswa mereka. Untuk yang persiapan tes instansi tertentu atau perkuliahan, biasanya soal-soal yang cenderung muncul akan ada dalam modul tersebut.

Karena peran guru akademi yang sangat besar dalam perkembangan nilai, acapkali anak-anak lebih menghormati dan segan pada mereka dibandingkan guru di sekolah. Keadaannya jadi berbalik, guru di sekolah diperlakukan selayaknya tutor; sedangkan guru di akademi dianggap sebagai guru. Hal tersebut yang kadang membuat guru di sekolah kecil hati.

Guru sekolah bukanlah tidak banyak bersiap dibandingkan guru akademi. Namun tidak ada waktu bagi mereka untuk melakukannya. Guru di sekolah melakukan berbagai tugas administrasi seperti mengerjakan dokumen kedinasan, melakukan bimbingan dan membuat laporan inventaris. Jelas pekerjaan ini sangat menyita waktu dan perhatian.

Guru-guru di sekolah tidak mungkin menjual merchandise dengan wajah mereka di sana. Namun pak guru Choi menjual tumbler dengan gambar wajahnya di sana. Iklannya pun diletakkan di sisi-sisi mobil box dan papan reklame di dekat halte bus.

Guru-guru di akademi cenderung memiliki pengajaran yang menyenangkan. Saking menyenangkannya, setiap selesai mengajar, pak Choi akan menerima begitu banyak hadiah dari murid-muridnya. Sedangkan guru di sekolah, tidak selalu menerima hadiah dari muridnya setelah sesi mengajar di kelas.

Sama seperti guru di mana pun, setiap soal yang ada harus dipelajari dan dikerjakan terlebih dulu sebelum kemudian diajarkan ke murid-muridnya. Setelah sesi online mengerjakan soal-soal dari ujian sebelumnya, pak Choi mengakui bahwa soal-soal yang sulit selalu dilatihkerjakan terlebih dulu.

***

Tidak tahu apakah kita sedang mengalami masa ini, ketika bimbel menjadi tempat yang paliing sering dituju. Namun, pada masanya di waktu lampau, banyak nama lembaga pendidikan yang sangat menasional. Menjamur sampai jauh. Menjelang ujian akhir sekolah maupun ujian penerimaan mahasiswa baru, tempat kursus dipenuhi oleh pelajar yang menghabiskan waktunya belajar sampai sore.

Setelah ada kebijakan sekolah bisa berkegiatan sampai sore, antara pkl14.30 -- 15.30, banyak tempat kursus kemudian menghilang. Ada banyak yang berubah menjadi sekolah. Namun yang menghilang lebih banyak lagi.

Tentu saja berbeda keadaannya dengan di sana. Beberapa drama yang pernah aku tonton menunjukkan durasi belajar yang militan. Ada yang menggambarkan kegiatan belajar di sekolah sampai jam 9 malam. Biasanya belajar mandiri. Ada yang menggambarkan kegiatan belajar di akademi sampai jam 11 malam. Bahkan ada study caf yang buka selama 24jam. Dalam drakor Reply 1988, setelah dari sekolah mereka belajar mandiri di ruang belajar sampai malam.  

Energi dan ketahanan mereka untuk belajar memang luar biasa. Dedikasi mereka untuk mendapatkan nilai sempurna sudah dimulai sejak mereka masih sekolah. Adalah wajar jika perseksionis dan gigih menjadi bagian mereka menjalani kehidupan.

***

Masih ada banyak episode lagi di minggu mendatang. Pastilah menyenangkan menikmati pertemanan pak guru cerdas dengan seorang mantan atlet yang jago masak. :) Setelah menonton episode-episode Recipe for Farewell, setiap kali ada drama dengan adegan di kedai makanan, pikiranku jadi ke makanan juga.. ;) (RS)

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun