Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Faktor X, Hal yang Menarik pada Otak Manusia

23 Juli 2022   02:29 Diperbarui: 23 Juli 2022   02:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku sudah merampungkan Reply 1988, beberapa waktu yang lalu. Ada sedikit dalam beberapa cuplik drama ini yang berkisah tentang Baduk. Di negerinya, permainan baduk dikenal juga dengan nama permainan Go. Baduk atau Go adalah salah satu permainan strategis menggunakan papan permainan berpola kotak-kotak dan butir-butir batu berukuran lonjong berwarna hitam dan putih. Kurang lebihnya, seperti catur. Sama seperti catur yang merupakan permainan olah otak, pada Baduk, permainan ini pun bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan satu babak.

Pada masa itu, di sekitar tahun 1988an, ada seorang atlet Baduk terkenal yang bernama Lee Chang Ho. Chang Ho memulai karir sebagai pemain baduk sejak usia muda. Bukan hanya terkenal di Korea Selatan. Kemampuannya mendunia. 

Sejak memutuskan menjadi pemain Go internasional, tidak ada satupun yang bisa mengalahkannya bermain baduk. Dalam banyak pertandingan dengan durasi waktu yang sangat panjang, kemahirannya bermain Go memukau banyak orang, baik penggemar permainan Go maupun penikmat permainan ini.Bagi para juniornya di bidang permainan Go, Chang Ho termasuk pemain Go yang sangat disegani dan dihormati. Keinternasionalan Chang Ho mendorong generasi lebih muda untuk makin menekuni permainan Go.

Beberapa bulan kemudian, lama sesudah aku merampungkan Reply 1988, aku menonton salah satu acara talk show yang dipandu oleh Lee Dong Wook (Goblin, Touch Your Heart, Bad and Crazy). Salah satu tamu yang diundang adalah Lee Se Dol. Lee Se Dol adalah seorang pemain Baduk international. Kemampuan Lee Se Dol tak kalah dibandingkan Chang Ho.

Dalam cakap-cakap tersebut, Se Dol menceritakan apa yang sedang dilakukan pemerintah untuk  melatih generasi muda Korea menjadi pemain Baduk yang mumpuni. Pusat-pusat pelatihan pun didirikan.

Kecakapannya yang tak tertandingi tersebut mendorong beberapa ilmuwan dan periset untuk melakukan penelitian terhadap langkah-langkah taktisnya bermain baduk. Semua rekaman permainannya dikumpulkan, diamati dan diteliti. Bukan hanya langkah demi langkah Se Dol yang dikumpulkan. Reaksinya terhadap lawan lawan maupun langkah sendiri dalam bentuk perubahan pupil mata dan gesture tubuh mulai dikumpulkan untuk ditelaah lebih lanjut. Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa mendapatkan pola-pola dan metode tertentu untuk selanjutnya menggunakan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan dibentuk pola tertentu yang bisa membaca beberapa langkah lawan lebih awal. Tepatnya, langkah Se Dol!

Latih Tanding dengan Artificial Intelligence

Se Dol menerima tantangan melakukan latih tanding dengan robot dengan kecerdasan buatan yang telah terprogram dengan baik merujuk pada semua kemampuan dan langkah Se Dol. Bahkan ada sensor dan kamera yang mengamati perubahan pada wajah Se Dol baik ketika giliran Se Dol yang melakukan langkah Go maupun lawannya. Dengan demikian, robot tersebut sudah menyiapkan lebih dari 10 langkah cadangan untuk mengantsipasi apapun langkah yang diambil Se Dol.

Sekalipun kenyataan bertanding dengan komputer (dengan semua teknik miliknya)  seperti melawan diri sendiri tersebut sangat membuatnya sedih, namun Se Dol perlu membuktikan bahwa manusia adalah yang terbaik dalam permainan Go.

Komputer diciptakan dengan perintah terprogram

Dengan teknologi saat ini, acapkali robot dengan kecerdasan buatan justru bisa melakukan banyak hal dengan sangat baik, bahkan sampai nihil kesalahan.

Beberapa pabrik pun mengurangi tenaga kerja manusia dan menggantinya dengan mesin. Komputer diciptakan dengan perintah terprogram yang dapat memberikan hasil banyak dengan waktu yang singkat.

Artificial Intelligence vs Manusia

Maka, ketika Se Dol berhadapan dengan AI, langkah-langkahnya bisa di-counter AI dengan baik. Se Dol bisa melihat beberapa langkah antisipasi, bahkan sebelum dirinya memindahkan batu miliknya. Dalam waktu berjam-jam, Se Dol dikalahkan robot AI sebanyak 2 kali.

Pada kesempatan ke-3, Se Dol yakin tidak akan bisa mengalahkan robot AI. Tanpa sengaja, Se Dol melakukan langkah acak. Langkah-langkah tanpa pola tersebut, tidak bisa dideteksi segera oleh robot AI. Spontanitas Se Dol terus berlanjut. Langkah-langkah yang diambil tidak terduga. Sekalipun membutuhkan waktu berjam-jam, Se Dol berhasil mengalahkan robot AI.

Tidak ada ruang untuk kesalahan

Manusialah yang memiliki ruang kesalahan dalam otaknya. Manusialah yang punya potensi melakukan kesalahan. Dalam banyaknya kemungkinan salah atas apa yang telah dilakukan tersebut, manusia memilliki kehendak dan kemauan bebas dalam melakukan sesuatu.

Komputer tidak memiliki spontanitas karena sistemnya telah diprogram. Faktor x dalam manusialah yang terus menjadi variabel yang sangat berpengaruh sehingga semua teknologi secanggih apapun tidak bisa menandinginya. Sudah semestinya, kita menggunakan semua ruang tersebut dengan sebaik-baiknya. :) (RS)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun