Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

11:11 | Ternyata, Hidup Kita Bersisian Selama Ini

19 Januari 2022   00:48 Diperbarui: 19 Januari 2022   00:57 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Btari Mahalaksmi adalah pribadi yang tidak suka terhadap suasana yang sama sekali asing dan berada di lingkungan yang tidak diakrabinya. Saudara kandungnya adalah temannya. Ada keadaan yang membuatnya hanya memiliki saudara-saudaranya sebagai teman. Namun, Btari mencoba hal yang baru, ikut open trip! 

Empat minggu menjelang pernikahannya, Btari memutuskan ikut open trip 1 x 24 jam ke Malang. Bersama 12 orang lain, Btari akan menyusuri beberapa tempat di Malang sebelum berakhir dengan menyaksikan matahari terbit di gunung Bromo. Btari akan menapaktilasi  Malang yang adalah kota tempat Btari menghabiskan masa sekolahnya sebelum pindah ke Jakarta. 

Btari, menghabiskan masa kecil dan remajanya di Malang sebelum pindah ke Jakarta. Menjalani hidup sebaik-baiknya tanpa mengeluh sedikitpun termasuk perjodohannya dengan seorang pria, anak kenalan keluarga. Menjalani masa pacaran selama 4 tahun, bertunangan kemudian akan menikah. 

Dalam perjalanan 1 x 24 jam nya, tanpa menduga sama sekali, Btari berjumpa dengan Mikhael, salah satu teman masa kecilnya. Selama 8 tahun, mereka pergi ke sekolah yang sama. Mikhael pindah ke Jakarta sejak kuliah. Tujuan Mikhael ikut open trip Malang adalah hendak memotret Bromo. Mikhael masih mengingat Btari sekalipun tak banyak kenangan bersama yang berhasil dikumpulkan selain kenyataan bahwa Michael pernah sangat mengamati Btari.   

Dalam 24 jam tersebut Btari dan Mikhail bernostalgia tentang masa kecil mereka sambil menapastilasi beberapa peristiwa dalam hidup mereka berdua yang lintasannya bersilangan. Dan, detail-detail kecil yang bermunculan tak sengaja. Sudut-sudut masa kecil kadang serupa sarang yang terlalu hangat untuk ditinggalkan. (hal.16) 

Bertahun-tahun sebelumnya, Mikhail dan Btari, masing-masing mengunjungi Malang dan sesekali mampir ke rumah-sakit mencoba melihat kemungkinan berjumpa kembali. Rumah-sakit, tempat mereka menjadi akrab karena senasib. Akrab walaupun tidak banyak percakapan di dalamnya. Rumah-sakit, bukan sekolah. 

Di 24 jam tersebut, Btari menghadapi kenyataan betapa sederhananya Mikha memaknai hidup. Di 24 jam tersebut, Mikha menyadari kekagumannya pada anak perempuan cerdas dulu masih tersimpan dalam di sudut hatinya. Hening adalah jeda yang tidak menuntut, tapi bukan berarti tidak peduli.  (hal.77) 

Di 24 jam tersebut, Btari belajar dari Mikha bagaimana cara menentukan pilihan dan menjalani hidup dengan hati yang bebas. Mulai dari yang sederhana, seperti memesan makanan hingga yang sulit, seperti dengan siapa hendak menjalani hidup. Di 24 jam tersebut, Mikhail belajar dari Btari bahwa masih ada penerimaan yang manis dan keikhlasan menjalani hidup. 

Di 24 jam tersebut, mereka saling berbagi rahasia keluarga yang ada hubungannya dengan Talasemia. Baik Btari, maupun Mikhail. Percakapan-percakapan tentang masa lalu yang kemudian dilihat dengan perspektif masa kini, sungguh menenangkan. Betapa dalam 24 jam tersebut, bisa mengubah banyak hal dalam hidup seseorang. Juga tujuan hidup di masa mendatang. 

Dapatkah Btari yang dicarinya dari perjalanan 24 jam tersebut? Mampukah Mikhail menerima kenyataan tentang masa depannya? Mungkinkah seseorang menjadi tujuan hidup bagi yang lainnya?


Talasemia
Seketika ia lega tidak harus menikah dengan orang yang hanya tahu angka sebagai satuan untuk menghitung uang, dan bukan tentang hidup mati. (hal.127) 

Aku membaca sedikit tentang Talasemia bertahun-tahun lalu. Salah satu penyakit yang merusak kerja dalam darah. Orang yang hidup dengan Talasemia memiliki kemungkinan hidup yang tidak lama. Data 20-25 tahun lalu, kemungkinan hidup bahkan dibawah 17 tahun. Orang dengan pembawa gen talasemia dari orang tuanya pun memiliki kemungkinan yang nyaris tak berbeda. Bertahun-tahun kemudian, aku menemukan lagi kisah yang mengangkat topik tentang penyakit tersebut dalam 11:11. Tentu saja ada begitu banyak perubahan pada angka persentase kemungkinan hidup bagi pribadi yang hidup dengan Talasemia maupun memiliki gen pembawa. 

Dan entah, sudah seberapa banyak edukasi tentang Talasemia ini tersebar pada masyarakat sampai saat ini. 

Lucia Priandini, terima kasih, telah membawa cerita milik Btari dan Mikhail. ( (RS)
***
Karya Lucia Priandini, 11:11, diterbitkan oleh PT. Grasindo tahun 2016.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun