Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mother: Parenting Issues, Sumber dan Solusi (Bagian 1)

7 November 2021   23:30 Diperbarui: 7 November 2021   23:48 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Drama Mother yang tayang tahun 2018 ini penuh dengan interaksi seorang anak dengan orang dewasa baik ibu kandungnya maupun beberapa orang gurunya. Dalam drama 16 episode berdurasi 65-70 menit setiap episodenya penuh dengan hal-hal yang berhubungan dengan parenting.

Berikut ini adalah hal-hal yang orang-orang dewasa harus ingat berdasarkan drama yang memiliki judul lain Call Me Mother, antara lain:

1. Binatang tidak bisa membaca surat

Fakta bahwa binatang tidak bicara saja semestinya sudah diberitahukan pada anak-anak sejak dini. Sayangnya, banyak buku cerita anak-anak yang menggambarkan tokoh utamanya adalah binatang dan mereka bisa berbicara, makan dan menangis.

Namun, adalah bijak ketika ibu guru Kang Su Jin membenarkan fakta binatang tidak bisa membaca. Namun, adalah baik bisa mengekpresikan kesedihan karena kehilangan melalui ucapan yang dituliskan dalam bentuk surat.

2. Tidak menganiaya anak perempuan, binatang dan yang lebih lemah lainnya

Dikisahkan ada seekor bebek yang mati. Belakangan diketahui ada 2 orang yang menenggelamkannya. Penting untuk mengedukasi anak-anak untuk tidak menganiaya teman yang lebih lemah dari mereka, Juga, tidak menganiaya binatang.

3. Membaca adalah tantangan

Setiap anak memiliki tantangannya sendiri dalam belajar membaca. Adalah baik untuk mendampingi belajar secara intens. Dalam drama ini di episode awal ditunjukkan ketika Hye Na sedang berlatih membaca dengan 2 buah huruf konsonan di akhir kata. Apakah kata-kata dalam bahasa Indonesia memiliki kesulitan-kesulitan yang kurang lebih sama?

4. Tidak membiarkan anak-anak berjalan sendiri

Kim Hye Na sudah berjalan sendirian sejak berumur 5 tahun. Responku: sangat terkejut! Lima tahun terlalu muda untuk berjalan sendiri terutama ketika langit menggelap malam.

Jangan biarkan anak-anak berjalan sendiri, apalagi sendirian.

5. Anak-anak sebaiknya tak mengkonsumsi kopi

Anak-anak sebaiknya tak mengkonsumsi kopi sejak dini. Mungkin lebih tepat jika disarankan sebaiknya anak-anak belum minum kopi dulu. Ternyata, selain tidak bisa tidur dengan nyenyak, kopi bisa mempengaruhi kinerja otak dan pertumbuhan tinggi tubuh lambat. Apa kata penelitian? Belum tahu!

6. Disiplin menjaga kebersihan diri

Mama Hye Na sering terlambat pulang. Maka ibu gurunya mengingatkan kebersihan diri yang harus dilakukan sendiri, yaitu: menggunting kuku, keramas, gosok gigi, ganti kaos kaki dan celana dalam, ganti baju terutama jika sudah kotor (tentu saja tingkat kekotoran baju pada masing-masing pribadi beda.. 🙂 ), 

7. Kotor adalah tanda tidak ada yang merawat

Kotor pada baju dan atau bagian tubuh bisa muncul pada saat bermain. Namun, jika kotor pada baju dan atau bagian tubuh masih tetap ada padahal tidak sedang bermain adalah salah satu tanda tidak ada yang merawat.

Tentu saja anak-anak yang kukunya atau bajunya selalu terlihat kotor sangat mudah dijadikan bahan ejekan.

8. Orang dewasa perlu dan harus mengajarkan dan melatih anak-anak untuk menjaga diri mereka sendiri

Anak-anak tidak bisa mendadak mampu gunting kuku secara mandiri. Setiap orang pernah melukai sudut jarinya ketika masih belum mahir menggunakan gunting kuku. Maka, anak-anak masih harus ditolong ketika menggunting kuku.

9. Anak-anak melihat keberanian orang dewasa

Tidak semua anak-anak berani menunjukkan luka-luka mereka. Namun, keberanian orang dewasa menunjukkan luka mereka mendorong anak-anak berani menunjukkan luka mereka.

Butuh hati yang kuat dan tangguh untuk memberi diri dilihat dan diperhatikan oleh anak-anak.

10. Besarnya otoritas orangtua terhadap hidup anak-anak

Para guru sangat mempercayai besarnya otoritas orangtua terhadap hidup anak mereka. Itulah sebabnya, sekalipun menemukan bekas luka pada tubuh seorang anak, guru memilih memanggil orang tua untuk berdiskusi.

Di sana, guru dan polisi sudah teredukasi untuk menunggu jawaban orangtua sebelum polisi memproses orangtua secara hukum jika guru menemukan memar dan atau bekas luka di tubuh anak-anak.

11. Menenangkan anak-anak dengan uang jajan

Suatu hari, si ibu menemukan Hye Na berada dalam plastik hitam besar tempat sampah. Ternyata, sang pacar mengajak Hye Na bermain petak umpet. Sungguh berbahaya! Namun si ibu menenangkan Hye Na dengan menyuruhnya jajan.

Sampai berapa lama, uang jajan bisa menenangkan kegelisahan anak-anak?

12. Meluangkan waktu melihat alam dan fenomenanya

Soo Jin mengenalkan kehidupan burung-burung bermigrasi yang menjadi sumber penelitiannya. Hal-hal tersebut sangat menakjubkan bagi Hye Na.

Rasa takjub tersebut kelak menumbuhkan rasa syukur dan hal tersebut muncul dalam bentuk pertanyaan dari Hye Na "Bagaimana rasanya terbang sejauh itu?"

13. Jangan menjanjikan sesuatu yang tak bisa ditepati

Soo Jin berjanji akan mengajak Hye Na untuk melihat burung-burung bermigrasi. Sayangnya, janji tersebut tak bisa ditepati karena Soo Jin mendapat tugas ke tempat lain. Sedihnya, janji tersebut diingat terus oleh Hye Na. Membuatnya perlahan mulai meragukan orang dewasa yang lain.

***

Masih ada kelanjutannya. Nanti, aku lanjutkan lagi catatannya, ya.. 😁 (RS)

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun