Yoon Hye Jin mendatangi sebuah kampung kecil tepi laut merayakan ulang tahun ibunya sambil mengingat kenangan yang dihabiskannya bersama orangtuanya di sana. Namun, Hye Jin harus kehilangan salah satu pasangan sepatu mahalnya yang dibelinya secara impulsif. Pasangan sepatu tersebut hanyut ke laut dan ditemukan oleh Hong Du Sik, seorang peselancar  yang baru kembali dari laut.
Hometown Cha-Cha-Cha adalah drama ongoing yang mulai tayang 28 Agustus lalu. Drama ini adalah remake dari film Korea Selatan tahun 2004 yang berjudul Mr. Handy, Mr. Hong.Â
Drama Hometown Cha-Cha-Cha berkisah tentang kehidupan penduduk yang di pesisir pantai yang kedatangan seorang dokter gigi cantik, Yoon Hye Jin, yang melarikan diri dari Seoul karena konflik dengan seorang dokter gigi lain yang lebih senior. Hye Jin, bertemu (lagi) dengan Du Sik yang kerjanya serabutan dan selalu terlihat sibuk di berbagai sudut desa. :)
Sungguh menyenangkan menyaksikan drama yang berkali-kali menampakkan bentang laut di kejauhan, kehidupan tepi laut dan pemandangan pantai. Laut berwarna hijau kebiruan dengan kapal-kapal nelayan yang melintas adalah pemandangan yang menghangatkan mata. Hmmmm... :)
Ada banyak nilai-nilai bajik yang muncul pada drama ini melalui hal-hal yang sederhana. Hal-hal sederhana dan menghangatkan hati yang muncul dan terlihat di 2 episode awal drama ini antara lain:Â
1. Menghargai kerja dan keringat orang lain
Du Sik nyaris terlihat di berbagai tempat di desa tepi laut ini. Menjaga kedai kopi, makelar rumah, memperbaiki saluran air, tukang cat rumah, menolong para lansia, mengantarkan paket. Nyaris semua pekerjaan yang bisa dikerjakan, ada Du Sik di sana.Â
Dan setiap pekerjaan, Du Sik meminta bayaran per jam yang nominalnya sama. Tidak pernah lebih! Nominal yang sama ini, jelas tidak menyulitkan orang yang ingin menggunakan jasanya dengan menebak-nebak berapakah bayaran Du Sik.Â
Apakah aku cukup percaya diri melakukan seperti yang Du Sik lakukan?
2. Pesta untuk warga senior
Otoritas setempat mengadakan acara kumpul-kumpul bagi warga senior (warga lanjut usia). Warga lain diminta untuk menghadiri sambil mambawa camilan. Para nelayan dan warga lain yang masih belum datang bahkan diminta untuk menghadiri pesta tersebut lewat pembesar suara yang terdengar sampai ke seluruh desa tepi laut.Â
Kumpul-kumpul berkala ini tentu saja menjadi hiburan yang sangat menghangatkan hati. Bukan sekedar kumpul-kumpul, namun ada juga acara menari dan bernyanyi bersama.
3. Koin sebagai alat bayar
Du Sik tidak alergi dengan uang koin sebagai alat bayar. Dia melakukan perhitungan sehingga sen terahir. Untuk nominal kecil, Du Sik tidak menambahkan nominalnya menjadi angka bulat yang utuh sehingga transaksi hanya menggunakan uang besar. Du Sik membawa dompet kecil berisi koin supaya bisa membayar atau memberikan kembalian. Pelit? Bukan! Menurutku, Du Sik menggunakan duit koin dengan peruntukan yang tepat guna. Tepat dan berguna.Â
Kapan, ya, uang dua-puluh-lima-rupiah mengalami penghargaan sedemikian besar? Sejauh ini, duit koin yang ada belum digunakan secara maksimal.
4. Beradaptasilah segera
Bagi seseorang yang tinggal bertahun-tahun di suatu tempat, beradaptasi dan menyesuaikan diri di tempat yang baru jelas butuh waktu. Du Sik berjuang sedapat-dapatnya menolong Hye Jin untuk beradaptasi dengan penduduk setempat. :)
5. "Tersedia semua" dalam 2 versi
Satu-satunya toko kelontong di wilayah pesisir ini mengklaim bisa menyediakan semua yang dibutuhkan. Namun, toko ini tidak menyediakan sampo tertentu (dan berharga mahal) yang digunakan Hye Jin.Â
"Tersedia semua" memang bergantung di mana kita tinggal. Hehehe.. :)
6. Memaknai arti kata "cukup" dengan baik
Tentu sangat sulit bagi Hye Jin untuk memilih ketika tidak punya pilihan lain. Ketika ada begitu banyak pilihan kedai kopi di kota besar, Hye Jin harus sanggup merasa "cukup" dengan hanya 1 kedai kopi yang citarasa kopinya bukanlah seleranya.Â
Ga enak kopinya, begitu menurut Hye Jin. Hanya rasa cukuplah yang bisa membuat Hye Jin bertahan. :)Â
Aku kebayang sulitnya. Sebagai pengunjung kedai kopi yang mampir secara berkala (terutama ketika negeri api belum menyerang negeri ini), jelas sulit sekali bagiku untuk memilih nongkrong di kedai kopi yang rasa kopinya tidak enak jika tidak ada pillihan lain selain kedai kopi satu-satunya itu yang bisa didatangi.
***
Ada begitu banyak hal-hal menghangatkan sepanjang 2 episode awal drama ini. Pastilah menyenangkan menyaksikan drama ini di episode-episode selanjutnya. (RS)
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H