***
Gustav Peek mempersatukan kisah hidup beberapa orang -baik secara paralel maupun secara bersilangan mempertemukan mereka- yang hidupnya saling melintasi namun dengan akhir kehidupan saling menjauh.Â
Penulis menggambarkan terbangunnya beberapa hubungan yang dimulai dari berpandang-pandangan dalam waktu yang panjang dan lama sampai ke hubungan yang saling menjaga karena menjadi (telah) orang asing di negeri yang asing pula.Â
Peek juga menggunakan frasa-frasa singkat yang mampu memberikan efek yang luar biasa pada keadaan yang hendak dijelaskan pada pembaca, seperti: Ia minum. Kebanggaan getir. Lalulintas padat. Ia bebas. Sebuah kafe. Bersulang. Tiba. Selamat datang. Aplaus singkat. Dunia putih. Cinta. Ia sendirian. Ia berpakaian. Udarapanas. Rumah.
Frasa-frasa pendek dan singkat ini makin mempertegas perasaan yang hendak disampaikan penulis pada para pembaca. Tentang keresahan tidak diterima di rumah sendiri, tentang kekhawatiran tidak bisa melihat hari esok disebabkan konflik berdarah perang saudara, tentang mimpi adanya damai dan sejahtera di negeri sendiri. Â
Faktanya, sampai sekarang masih banyak Negara yang mengusir penduduknya sendiri dengan beragam konflik dan ketidaksejahteraan dalam negeri.Â
Ada begitu banyak pencari suaka yang menempuh perjalanan jauh, yang kadang abai dengan keselamatan nyawa sendiri, meninggalkan negeri mereka demi aman di negeri yang baru. Masih banyak. (RS)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H