Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

5 Alasan Drama Hush Layak Dipilih Jadi Koleksi

22 Mei 2021   17:24 Diperbarui: 22 Mei 2021   17:28 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Menjelang akhir episode 5 drama Hush, terdengar kalimat-kalimat berikut: "Tidak ada aturan dalam gim kejam bernama kenyataan. 

Orang yang lemah harus berkorban demi yang kuat. Para putra dan putri kita dirampok dari kesempatan yang adil dan meninggalkan kita dengan jasad yang dingin, tidak bisa membuka pintu terakhir." 

Atau, kalimat-kalimat seperti berikut: Jangan kehilangan semangatmu karena hal remeh. Mendidihlah lebih panas dan besar sepertiku. Gomtang. 

Drama Hush ini merupakan salah satu drama serius --sejauh ini-- dengan dialog-dialog yang relatif klise dan membosankan. Siapa juga yang tertarik pada kisah konflik pimpinan dan bawahan di sebuah kantor yang nyaris tidak ada penyelesaian seolah-olah sedang berbicara pada tembok. 

Namun, setelah menjalani hidup dan memiliki waktu yang lebih panjang dalam hidup ini untuk dijalani, kita akan tersadar bahwa hal-hal klise dan yang membosankan tersimpan kebenaran-kebenaran dalam hidup! 

Sekalipun  tidak banyak, ada beberapa hal yang membuat drama ini layak dijadikan koleksi untuk ditonton kali kedua dan seterusnya. Berikut 5 alasannya, antara lain:

1. Aktor dan aktris veteran
Jajaran aktor dan aktris veteran yang terlibat pada drama Hush ini menambah warna tersendiri. Hwang Jung Min adalah aktor dengan lebih banyak proyek film dibandingkan drama.

Kim Won Hae (Chocolate, Awaken, The Player, Where Stars Land, Signal), Park Ho San (Prison Playbook, Pegasus Market, Dinner Mate), Son Byong Ho (The Great Show, The Good Detective) , Yoo Sun (Criminal Minds, The Goddess of Revenge ) adalah deretan aktor dan aktris pendukung yang banyak terlibat di banyak proyek drama dan film. Masing-masing punya barisan pengalaman akting pada banyak genre yang tidak bisa dianggap remeh.
 
2. Slice of life
Kisah tentang orang-orang yang berjuang dan tetap gagal adalah kisah yang mendapat porsi besar di episode-episode awal. Bagaimana kekalahan-kekalahan terus menghantam orang-orang yang berjuang demi hidup yang lebih baik.

Juga tentang para reporter senior yang bertahun-tahun bekerja di satu kantor dan tetap bertahan walaupun banyak hal yang tidak sesuai dengan nurani mereka karena ada keluarga yang mereka harus hidupi. Kehidupan rumah yang dilakoni para reporter ini pun tak jauh dari persoalan.

3. Sinematografi yang indah
Banyak gambar-gambar indah yang menunjukkan beberapa kejadian yang justru paradoks. Beberapa perasaan hanya digambarkan oleh adegan dalam warna-warni. 

Aku sudah sempat bahas di tulisan sebelumnya. Berikut ini catatannya: di sini.

4. Soundtrack yang catchy listening
Say Hello to Me dan Sunset adalah lagu-lagu yang akan sering bergema sejak episode pertama. Nada yang lembut, suara yang tenang terus bergema di ruang rasa. Kesedihan dan kesendirian yang hendak disampaikan melalui lagu ini sangat mengguncang.

5. Nilai-nilai Hidup
Ada begitu banyak nilai hidup bertebaran di sepanjang 16 episode drama ini. Lakukan yang terbaik sampai akhir. Bartahanlah pada yang benar. 

Kesalahan berulang, kegagalan berkali-kali, meminta maaf untuk hal yang entah, perpisahan-perpisahan, dan masih begitu banyak peristiwa-peristiwa muram yang terus menghentak kesadaran bahwa tanpa berpegang pada nilai-nilai yang dihidupi entah bagaimana menjalani hidup.

Episode 7 diawali dengan status  online Ji Soo. Sulit menemukan bisnis menguntungkan yang membiarkan hati nuranimu tetap bersih. Pers dan media juga bisnis. 

Jadi, aku tidak bisa menyangkal kisah adalah produk juga. Tapi pers tidak boleh hanya menjual kisah cepat. Yang harus mereka jual adalah kisah yang dapat dipercaya. Tapi pers tidak boleh hanya menjual kisah cepat. Yang harus mereka jual adalah kisah yang dapat dipercaya. 

Maka, Apa yang bisa kita dapatkan jika mengabaikan kebenaran? 

Pertanyaannya sekarang : Apakah kita telah teredukasi atas setiap info yang menyerbu ruang baca kita melalui media online mulai subuh sampai malam hari? Ataukah kita menelan semuanya tanpa pernah mempertimbangkan kebenaran dibalik semua berita?
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun