Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Hush, What a Paradox Through Beautiful Cinematography

16 Mei 2021   23:04 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:18 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Keuntungan dari menonton film dan atau drama adalah menyaksikan keindahan pesan yang ditampilkan melalui gambar, adegan dan warni-warni untuk menyatakan dan atau mengekspresikan sesuatu bagaimanapun keadaannya entak baik maupun buruk. 

Aku menikmati beberapa adegan indah yang muncul di drama Hush ini, yang dalam satirnya hidup menampilkan gambar-gambar kebalikan sebagai pernyataan paradoksnya hidup. 

1. Kimbab yang terjatuh dan bunga mungil di dinding
Adegan ini, bisa dikatakan parallel. Ketika Soo Yeon melompat, ada bunga mungil yang disorot. Di meja tempat sebelumnya Soo Yeon bekerja, handphone Soo Yeon berdering. 

Letak kimbap berada di atas handphone. Getaran yang ditimbulkan handphone menggerakkan letak gimbap menuju ujung meja. Ketika gimbap akhirnya terjatuh, terdengar suara benda yang tertimpa benda berat di luar. Bunyi suara tubuh Soo Yeon yang menghantam meja mendahului gerak lambat kimbab yang akan terjatuh.

2. Matahari sore di atas permukaan perairan
Jun Hyuk menatap lama matahari terbenam sebelum memutuskan ke kantor setelah berita kematian Soo Yeon diberitakan di televisi. 

Keindahan matahari yang akan tenggelam menjadi latar kesedihan dan betapa terpukulnya Jun Hyuk. Keindahan yang tidak bisa mengusir kenyataan bahwa sedang ada yang sangat berduka!

3. Air mata pada buku yang terbuka
Jun Hyuk menelpon ayahnya yang sedang dirawat karena kanker pankreas. Alih-alih menceritakan kecemasannya, Jun Hyuk bertanya apa yang ingin ayahnya makan supaya Jun Hyuk bisa mampir ke rumah sakit. Namun, ayahnya justru menyuruhnya pulang dan beristirahat. Setelah menutup pembicaraan, ada tetesan air mata yang jatuh ke permukaan buku yang sedang dibaca sang ayah.

4. Post-it warna-warni
Dalam keadaan mabuk, Jun Hyuk menempelkan pada dinding kantor Harian Korea selembar tisu yang bertuliskan mosi ketidakpercayaannya pada Harian Korea.  

Ji Soo memotretnya dan mengunggahnya di social media miliknya dengan mosi tidak percaya yang sama.

Esoknya, dinding kantor penuh dengan kertas post-it warna-warni cerah menyatakan ketidakpercayaan pada Harian Korea. Mengapa ketodakpercayaan dinyatakan dalam warna-warni cerah?

5. Kepingan puzzle yang berantakan

Ketika media justru menyoroti konflik internal berkenaan dengan berita yang dimiliki Harian Korea, CEO Harian Korea masih memiliki waktu menyusun keping-keping puzzle di atas mejanya.

6. Sup rumput laut kelak

Beberapa tahun sebelumnya, suami Yoong Kyeong meninggalkan keluarganya di malam ulang tahun istriya. Sejak saat itu, anak perempuannya menolak makan sup rumput laut di hari ulang tahun ibunya, Yoon Kyung. 

Anaknya mengirimkan surat pada Yoon Kyung bahwa, kelak, ketika ingatan akan kepergian ayahnya dan sudah tidak marah lagi, anaknya akan makan sup rumput laut dan merayakan ulang tahun ibunya dengan pantas.

7. Brankas di balik lukisan

Ada brankas berada di balik lukisan besar di ruang CEO. Keberadaan brankas tersebut hanya diketahui oleh beberapa orang. Bukan uang, bukan dokumen yang menjadi isi brankas tersebut.

Brankas tersebut berisi 3 disk  yang berisi rahasia masing-masing CEO yang pernah dan sedang memimpin Harian Korea.

8. Lukisan tak biasa

Sebuah lukisan berukuran besar karya Rembrandt berjudul The Anatomy Lesson of Dr. Nicolaes Tulp berada di belakang meja besar milik CEO. Setiap tamu yang memasuki ruangan CEO akan segera terpaku pada lukisan tersebut.

Sungguh satire ketika CEO menyatakan betapa Harian Korea mengelola pikiran pembaca dengan menentukan bacaan apa yang tepat bagi para pembacanya. Serupa dengan dokter yang terdapat di lukisan memiliki kendali atas tubuh yang akan dibedahnya.

Sebaliknya, ada sebuah lukisan tak biasa juga di ruang rapat terbatas pak CEO Park. Lukisan sepasang kakek nenek bernuansa warna lembut yang memperlihatkan kerut pada wajah sejoli tersebut.

9. Jurnalistik jalanan

Ketika Koran dan berita online memberitakan berita yang nyaris sama, jurnalistik jalanan dalam bentuk demonstrasi  tetap menyuarakan kebenaran. Korban-korban dan keluarga korban biasanya yang berdiri di pinggir jalan sambil menggantungkan kertas besar yang menyuarakan keberatan mereka . Kertas tersebut dikalungkan di leher dengan tali.

Yang miris adalah ketika demo kecil ini justru menjadi tontonan orang-orang yang lalu lalang di jalan-jalan dan menjadi berita di media digital.

10. Makanan yang dibiarkan dingin

Ada beberapa kali adegan, makanan panas dibiarkan dingin tak tersentuh. Mulai dari ada kepulan asap tipis di bagian atasnya, sampai tidak ada sama sekali. Dibiarkan saja di atas meja. Hanya untuk dilihat.

Makanan yang menjadi dingin untuk menggambarkan betapa beratnya beban dalam hati. Aroma makanan, warna yang menerbitkan air liur, perut yang lapar, kadang kala tidak bisa menaklukkan hati yang gundah.

Kemungkinan masih ada lagi yang lain yang terlewatkan. Namun sinematografi yang indah tetap tertinggal di hati. (RS)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun