Mohon tunggu...
Gianto Widianto
Gianto Widianto Mohon Tunggu... Editor - Mencoba memahami seluk beluk autisme dan neurodiversitas

Different, Not Less

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjembatani Kesalahpahaman: Dampak Double Empathy Problem pada Hubungan Antara Mereka yang Autistik dan Non-Autistik

30 Juni 2024   13:49 Diperbarui: 30 Juni 2024   13:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Double Empathy Problem: Definisi dan Penggagasnya

Double Empathy Problem (DEP) merupakan teori psikologis dan sosiologis yang digagas oleh Dr. Damian Milton, seorang peneliti autisme yang juga autistik, pada tahun 2012. 

Teori ini menjelaskan bahwa kesulitan komunikasi dan interaksi sosial yang dialami individu autistik dengan orang non-autistik tidak hanya disebabkan oleh kekurangan pada individu autistik, tetapi juga oleh kesulitan orang non-autistik dalam memahami dan berempati dengan mereka. Teori ini mengasumsikan bahwa dengan pengalaman dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda, orang kerap sulit untuk bisa saling memahami atau bahkan berempati.

Tantangan DEP terhadap Miskonsepsi Gaya Komunikasi Autistik

DEP mempertanyakan beberapa miskonsepsi umum tentang gaya komunikasi autistik. Salah satu miskonsepsi yang paling sering terjadi adalah anggapan bahwa individu autistik tidak mampu berempati. Kenyataannya, individu autistik memiliki kemampuan berempati, namun cara mereka mengekspresikan dan memahami empati mungkin berbeda dengan orang non-autistik.

Miskonsepsi lain adalah anggapan bahwa individu autistik tidak mampu memahami bahasa nonverbal dan isyarat sosial. Meskipun individu autistik mungkin memiliki kesulitan dalam memahami beberapa isyarat sosial, mereka tetap mampu belajar dan menggunakan bahasa nonverbal dengan cara mereka sendiri.

Dampak DEP dalam Kehidupan Sehari-hari dan Pekerjaan

DEP dapat memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari dan pekerjaan individu autistik dan non-autistik. Dalam kehidupan sehari-hari, DEP dapat menyebabkan miskomunikasi, frustrasi, dan isolasi sosial. Di tempat kerja, DEP dapat menyebabkan kesulitan dalam kolaborasi, kinerja yang rendah, dan bahkan diskriminasi.

Jalan Keluar dari Hambatan Komunikasi

Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan oleh DEP, diperlukan upaya dari kedua belah pihak, yaitu individu autistik dan non-autistik. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Bagi Individu Autistik:

  • Meningkatkan kesadaran diri: Memahami cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, serta memahami bagaimana cara mereka berbeda dari orang non-autistik.

  • Mengembangkan strategi komunikasi: Belajar menggunakan bahasa dan isyarat nonverbal dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh orang non-autistik.

  • Mencari dukungan: Bergabung dengan komunitas autistik dan mencari mentor atau terapis yang dapat membantu mereka dalam mengatasi hambatan komunikasi.

Bagi Individu Non-Autistik:

  • Meningkatkan pengetahuan tentang autisme: Mempelajari tentang DEP dan bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu autistik dengan lebih efektif.

  • Menyesuaikan gaya komunikasi: Menggunakan bahasa yang jelas dan langsung, menghindari asumsi, dan memberikan waktu yang cukup untuk memproses informasi.

  • Menunjukkan kesabaran dan empati: Memahami bahwa individu autistik mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi dan merespons pertanyaan.

DEP merupakan teori yang dapat membantu kita memahami kompleksitas komunikasi dan interaksi sosial antara individu autistik dan non-autistik. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang DEP, serta dengan menerapkan strategi komunikasi yang efektif, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan saling mendukung.

Sumber:

Double empathy problem Psychological theory regarding individuals on the autism spectrum

The Double Empathy Problem

Milton’s ‘double Empathy Problem’: A Summary for Non-academics

Differences not Deficits: The Double Empathy Problem

Autism and the Double Empathy Problem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun