Mohon tunggu...
Nety Rusi
Nety Rusi Mohon Tunggu... Freelancer - Cinta Indonesia

Love Indonesia and You

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenapa Pelabuhan Marunda Tak Boleh Mandeg Apalagi Mangkrak?

18 Juni 2019   17:13 Diperbarui: 18 Juni 2019   23:11 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan Pelabuhan KCN Marunda dikabarkan sempat mandeg. Miris ketika mengetahui penyebabnya adalah hal klise: ego sekelompok orang. Banyak banget dampaknya kalau sampe akhirnya proyek strategis nasional itu mangkrak. 

Masih inget nawa cita 2014 ? Salah satunya adalah "memperkuat jati diri sebagai maritim terbesar di dunia", seperti yang sudah dijelaskan dalam video Pak Jokowi di laman Youtube bahwa "nenek moyang kita adalah pelaut". Harus merubah paradigma : laut bukan pemisah, tapi penghubung.

Salah satu persoalan pelik daya saing ekonomi Indonesia adalah mahalnya biaya pengangkutan logistik. Hal ini yang sebabkan produk (apapun) buatan Indonesia ketika dilempar ke pasar, kalah bersaing secara harga dibanding produk negara lain.

Padahal secara kemampuan, jangan ragukan sumber daya manusia Indonesia. Palugada. Apa yang lu minta, gw ada maksudnya Indonesia bisa bikin apa aja gitu yaa. Nah, soalnya adalah seringkali, produk-produk yang sudah dihasilkan Indonesia, meskipun secara kualitas sama dengan kualitas produk negara lain, ketika dilempar ke pasar, produk kita sering banget kalah saing. Kenapa ? Produk hasil Indonesia lebih mahal. Memangnya ini gara2 biaya angkut/logistik ? Iya banget.

tangkapan layar berita
tangkapan layar berita
Dulu banget, pernah diskusi dengan salah satu anggota Asosiasi Industri, beliau sampaikan bahwa sebenernya Indonesia mampu kok, minimal swasembada produk2 (termasuk produk olahan) yang biasa impor dengan produk Indonesia. Biaya produksinya juga murah. Teknologi pembuatan mampu.

Tapi sayangnya jalur angkut kita belum efektif dan efisien. Masih andalkan darat. Bersyukur saat ini Pak Jokowi sudah ada tol darat, tapi untuk produk2 skala besar, laut tetap jadi andalan. Lalu masalahnya apa ? Banyak. Salah duanya adalah kapal dan pelabuhan yang mumpuni.

Kapal laut yang mumpuni dalam tol laut sudah pasti haruslah yang bisa melintasi laut dalam jarak yang cukup jauh secara cepat. Ya iyyalah namanya juga tol. Kudu bisa melaju cepet. Kapal juga harus memiliki kapasitas angkut yang besar. Kemenhub sudah pernah memamerkan kapal contoh yang layak untuk tol laut. 

Lalu soal Dwelling Time. Dwelling time adalah waktu proses sejak bongkar muat barang di pelabuhan ke tempat penimbunan sementara hingga akhirnya keluar dari pelabuhan.

Dwelling time berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi arus keluar masuk barang pelabuhan di Indonesia. Harga barang jadi tidak terkendali di pasar, potensi kerugian negara dan persepsi negatif investor terhadap iklim usaha di Indonesia yang akan mengakibatkan menurunnya investasi dan daya saing ekonomi.

Lalu, berikutnya adalah pelabuhan yang mumpuni, yang bisa menampung bongkar muat logistik dalam jumlah sangat besar, dalam berbagai kapasitas.

Pemerintah pernah membuat target pelabuhan-pelabuhan yang akan jadi percontohan tol laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun