Sejak Jakarta ditetapkan menjadi PSBB, beberapa proyek pengembangan gedung dan rumah terhenti seketika guna mencegah penyebaran covid19.Â
Dampak dari proyek ditutup sementara tersebut, sangat dirasakan oleh pekerja informal seperti tukang batu, tukang bangunan dan lainnya, faktanya banyak pekerja informal yang dirumahkan bahkan di putus kontrak mengingat proyek tidak berjalan.Â
Keputusan penutupan proyek , memang suatu keputusan yang berat, karena keputusan tersebut merugikan dua pihak baik pihak perusahaan dan pihak pekerja.
Akan tetapi, dampak dari proyek ditutup sangat berdampak besar bagi pekerja, khususnya pekerja informal yang datang dari luar Jakarta. Karena kebanyakan dari pekerja informal yang dari luar jakarta mereka tinggal di daerah proyek seperti tinggal di bedeng atau tempat sementara yang mereka bangun di daerah proyek. Â
Keputusans tinggal di proyek dilakukan oleh beberapa pekerja informal di kontruksi guna menghemat pendapatan dari mulai bayar kontrakan, transport, sampai biaya listrik dan biaya membeli kebutuhan hidup lainnya.
Hasil wawancara hari ini dengan salah satu pekerja informal, keputusan proyek ditutup dan memulangkan pegawai sangat membuat hati pekerja sedih dan kecewa karena kehilangan pekerjaan, dan yang membuat lebih kecewa karena mereka harus meninggalkan lokasi proyek dimana setiap harinya mereka tinggal.Â
Sedih, bingung dan gusar, mereka hadapi hari - hari ini ketika semua orang di Indonesia sedang sibuk dengan covid19. Tinggal di Jakarta, mencari kontrakan itu tidaklah mudah bagi mereka mengingat keterbatasan dana yang mereka punya saat ini.Â
Ketidakpastian kapan proyek jalan lagi itupun menjadi pertimbangan bagi mereka apakah mereka harus bertahan atau mudik ke kampung.
Untuk mudik ke kampung pun, bukanlah hal yang mudah mengingat kembali ke Jawa khususnya daerah-daerah yang tingkat paparan covid19 luas membuat mereka menjadi linglung untuk kembali atau bertahan.Â
Mereka juga bingung dengan kebijakan yang mereka tidak tahu pasti apa itu daerah karantina, daerah di lockdwon, harus di isolasi 14 hari ketika mereka sampai kampung.Â
Hal-hal itu tidak menjadi perhatian khusus bagi mereka. yang mereka pikirkan adalah bagaimana mereka bertahan hidup. Dengan KTP daerah, mereka merasa bahwa tidak ada jaringan sosial yang dapat menjamin mereka tetap bertahan di Jakarta, sedangkan kalau mereka mudik, mereka takut dikira membawa virus ke kampung jikalau ada warga yang positif virus korona saat mereka sampai.Â