Mohon tunggu...
Hammad Rosyadi
Hammad Rosyadi Mohon Tunggu... -

Seorang penulis freelance yang baru terjun ke dunia maya bulan agustus lalu. Kunjungi: http://nettik.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kiat-kiat agar Anak Menjadi Shalih

14 Desember 2015   18:55 Diperbarui: 11 April 2016   21:17 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang shalih lagi penurut terhadap kedua ayah-ibunya. Namun sayangnya, kebanyakan dari orang tua hanya fokus pada yang lahir saja, seperti memerintahkan untuk ibadah dan sebagainya. Mereka terkadang terlupa untuk mendo'akan anaknya agar menjadi pribadi yang shalih.

Padahal, menurut ajaran agama Islam, do'a merupakan senjata bagi orang-orang beriman. Dalam hadits, disebutkan bahwa tidak ada yang dapat merubah taqdir melain do'a (yang dikabulkan oleh Allah). Oleh karena itu, mungkin kita mendapati sebagian dari anak-anak yang sudah nampak ke-bandel-annya sejak kecil, jangan langsung putus asa dan mengatakan, "dia pasti gedenya jadi baji**an". Jangan menyerah begitu saja, selain ikhtiar terus dijalankan, kita juga perlu mendo'akan mereka. Berikut ini beberapa tips yang (semoga) bisa membuat anak menjadi lebih shalih.

1. Pendidikan Karakter dan Ilmu Sejak Dini

Seorang anak yang shalih adalah anak yang memiliki akhlak, ibadah dan ilmu yang baik. Sehingga, sejak kecil, anak harus sudah dikenalkan dengan yang namanya rukun Islam, rukun Iman dan rukun Ihsan. Bagi balita, tentu saja tidak perlu diajarkan secara spesifik, cukup kenalkan saja. Seiring berjalannya waktu, baru ajarkan sedikit demi sedikit dari apa itu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

Selain itu, ajarkan juga kepada anak-anak mengenai pentingnya akhlak. Karena Rasulullah SAW saja diutus kepada umat manusia, selain mengajarkan keesaan Allah, untuk menyempurnakan akhlak manusia. Ceritakan kisah-kisah akhlak teladan dari Nabi Muhammad SAW terhadap keluarga beliau, teman-teman beliau, bahkan kepada musuh beliau. Sungguh apabila ingin mencari seseorang yang memiliki akhlak paling agung, maka beliaulah orang itu. Tumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah dalam diri orang tua dan anak.

Untuk pendidikan ibadah, tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang tua yang rajin beribadah juga. Setidaknya shalat 5 waktu dan puasa ramadhan. Dengan melihat orang tuanya mendirikan shalat dan berpuasa, anak akan menjadi lebih kenal terhadap ajaran agamanya. Apalagi jika ditambah dengan sedikit pengajaran mengenai ibadah tersebut. Insya Allah sejak kecil, ia sudah akan mencintai agama Islam.

Iklan: Studio Foto Surabaya

2. Didik dengan 3 Fase

Dalam sebuah perkataan yang dinisbatkan kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. dikatakan, bahwa usia dan pendidikan bagi anak harus dibagi menjadi 3 fase.

  1. Fase pertama: 1-7 tahun.

    Anak diperlakukan bak seorang raja. Segala permintaannya, selagi bisa dipenuhi dan tidak membahayakannya, hendaknya diusahakan dengan sekuat tenaga. Buat anak merasa nyaman dan enjoy di masa-masa keemasannya tersebut. Jangan terlalu sering membuatnya kecewa dengan membohonginya, membentaknya atau bahkan memukulnya. Pada fase inilah anak dididik alam bawah sadarnya dengan kisah-kisah teladan dari Nabi, Rasul dan para sahabatnya.

  2. Fase kedua: 7-14 tahun.

    Dalam 7 tahun kedua ini anak diperlakukan seperti seorang budak/pembantu. Namun hal ini perlu dirinci lagi, dengan dibagi menjadi dua yaitu fase 7-10 tahun dan 10-14 tahun. Pada fase 7-10 tahun, anak tetap diperlakukan sebagai pembantu, namun sebatas perintah-perintah saja. Biasakan anak terhadap kata-kata perintah dari orang tuanya. Nah, pada umur 10-14, baru berikan pukulan (tidak sakit) bagi anak apabila tidak menuruti perintah orang tua. Inilah mengapa Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk mulai menyuruh anak berusia 7 tahun untuk sholat dan pukul mereka jika menolak, apabila sudah berumur 10 tahun.

  3. Fase ketiga: 14-21 tahun.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
    Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun