Mohon tunggu...
Netti Anjelina
Netti Anjelina Mohon Tunggu... Lainnya - Communication Student at Pertamina University

Hi! I'm Netti Anjelina, you can call me Netti. I really like to explore new things and I'm a hard worker who has a passion for learning. I'm adaptable person who adore to sharing each other with new people and environment. I'm intersting to Content Writer and Public Relations.

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film Ketika Berhenti di Sini, Aku Ikhlas, tapi Aku Rindu

22 Januari 2024   02:14 Diperbarui: 22 Januari 2024   06:34 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa hubungan Ed dan Dita sudah memasuki usia ke 4 tahun. Pada dasarnya, perjalanan dalam sebuah hubungan tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Hal itulah yang terjadi dengan kisah kasih perjalanan mereka berdua. Di tahun ke 4 tersebut hubungan mereka tidak berjalan baik dan banyak konflik yang terjadi. Hingga pada akhirnya, Dita ditinggal oleh Ed karena dirinya mengalami kecelakaan mobil. Kematian yang dialami Ed membuat Dita semakin terpuruk. Di sinilah keluarga dan sahabat Dita memberikan dukungan untuk dirinya.

Disisi lain, Ed sebelumnya telah menyiapkan hadiah untuk Dita berupa kacamata yang dilengkapi dengan Artificial Intelligence (AI). Kacamata tersebut berfungsi untuk melihat sosok Ed yang seolah-olah hidup. Dengan menggunakan kacamata tersebut Dita merasa bahagia, karena hadirnya sosok Ed, namun sosok tersebut hanyalah rekayasa AI belaka.

Secara keseluruhan, film ini mendapat sambutan baik dari para penonton, karena berhasil menggambarkan perjuangan seorang gadis dalam proses penyembuhan luka batin yang ia alami, yang mana hal tersebut sangat relevan dengan kehidupan banyak orang terutama bagi yang kehilangan orang terkasihnya.

Selain itu, film ini juga mendapatkan banyak penghargaan dari acara awarding film, seperti pada ajang Indonesian Movie Actors Awards, film ini mrnjadi  film terfavorit, pemeran utama wanita terbaik dan pemeran utama wanita terfavorit didapatkan oleh Prilly Latuconsina, pemeran pasangan terfavorit diraih oleh Prilly Latuconsina dan Bryan Domani. 

Banyak film lain yang mengangkat isu serupa, seperti halnya Film Sleep Call, Film Hello Ghost, dan Film 172 Days. Namun baru film ini yang berhasil memadupadankan antara kisah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dengan keberhasilannya dalam mengadaptasi teknologi.

Kita dapat bandingkan Film Ketika Berhenti di Sini dengan Film 172 Days yang belakangan ini baru rilis di bioskop. Film tersebut menceritakan tentang hal serupa terkait kepedihan yang dirasakan oleh seorang perempuan yang ditinggal kematian oleh orang terkasihnya. 

172 Days merupakan film genre drama romantis yang diangkat dari novel karya Nadzira Shafa. Film ini diperankan oleh pemain utama yakni Yasmin Napper (sebagai Nadzira Shafa) dan Bryan Domani (sebagai Amer Azzikra). Film ini mencerita kisah nyata tentang perjalanan menemukan cinta sejati yang dialami oleh Zira dan Amer selama 172 hari.

Diceritakan, antara Zira dan Amer memiliki latar belakang kehidupan sosial yang berbanding terbalik. Zira memiliki gaya hidup yang sering menghabiskan waktunya atau mencari kesenangan dengan mengunjungi tempat malam seperti club, sedangkan Amer merupakan anak dari ulama ternama di Indonesia yang memiliki gaya hidup dekat dengan agama, ia juga merupakan seorang ustaz yang sering mengisi acara dakwah dan menjadi imam sholat di masjid.

Gaya hidup Zira seperti itu hanya diketahui oleh sang kakak, namun tidak dengan ibunya. Zira terjebak dengan dunia malamnya karena adanya pengaruh buruk dari pergaulannya. Dapat kita lihat, bahwa pergaulan sangat mempengaruhi kita dalam beraktivitas, berpikir, dan lain sebagainya. 

Seiring berjalannya waktu, Zira meninggalkan lingkungan pertemanan yang tidak sehat atau toxic tersebut dan berusaha berubah untuk menjadi pribadi yang lebih baik atau hijrah. Dalam proses hijrahnya, Zira dibimbing oleh sang kakak. Pada saat itu, rutinitas Zira disibukan dengan kegiatan yang mendekatkan dirinya dengan sang pencipta, Allah SWT. Zira mulai menggunakan hijab, pergi ke kajian, tadarus, dan berbuat baik lainnya.

Pada suatu momen, Amer mengisi materi di salah satu kajian dan pada saat yang bersamaan Zira menjadi salah satu pesertanya. Pada saat itulah menjadi titik awal pertemuan antara Zira dan Amer. Sempat beberapa kali mereka berdua mengobrol singkat. Seperti pepatah mengatakan 'Dari mata, turun ke hati,' yang artinya dari pandangan pertama bisa membuat seseorang jatuh hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun