Data Film:
Nama pengarang: Fiersa Besari
Judul novel: Garis Waktu
Penerbit novel: Mediakita
Tebal novel: 218 halaman
Tahun terbit: 2016
Dapat merasakan jatuh cinta dengan lawan jenis merupakan suatu nikmat luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada umumnya seseorang yang sedang merasakan jatuh cinta akan jauh lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, serta jauh lebih bahagia dan ceria. Namun seperti pepatah mengatakan 'Cinta tak selamanya indah,' itu benar adanya. Tidak dapat dipungkiri jika dalam sebuah percintaan antara sepasang kekasih akan dihadapkan dengan momen yang tidak diinginkan atau dapat disebut dengan konflik yang dapat menyebabkan banyak hal, parahnya sampai ke tahap perpisahan.
Perpisahan merupakan kata yang sangat tidak diinginkan dan menakutkan bagi setiap orang. Dalam sebuah hubungan kata perpisahan tidak dapat dipungkiri sering kali terjadi. Satu perkenalan, dua pendekatan, tiga perpisahan, dan pada akhirnya kata pengikhlasan lah yang menjadi sebuah penutupan dalam suatu hubungan yang kandas.
Hal serupa juga terjadi pada seorang penyanyi, YouTuber, dan sekaligus penulis, yaitu Fiersa Besari. Kisah percintaan yang tidak berbuah manis membuat Fiersa memutuskan untuk membuat buku terkait hal tersebut yang bertajuk ‘Garis Waktu.’ Buku ini merupakan cetakan pertama yang terbitkan oleh penerbit Mediakita, Jakarta pada 2016 silam. Novel ini sukses mencetak rekor penjualan terbaik dan berhasil menduduki urutan ke-10 pada kategori best seller Gramedia. Novel ini juga telah diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar oleh MD Pictures.
Novel Garis Waktu ini menceritakan kisah jatuh bangun Fiersa Besari yang diperankan sebagai Aku,’ ketika merasakan jatuh cinta pada gadis cantik yang diperankan sebagai ‘Kamu.’ Cerita pada novel ini dikemas dalam beberapa sub bab mulai dari bab yang menceritakan tentang dimensi tentangmu, perjumpaan yang sederhana, hingga dimensi setelah mengikhlaskan sosok Kamu. Dari sisi alur cerita, novel ini sangat menarik dan tidak bosan untuk dibaca karena penggunaan pilihan kata yang mudah dipahami dan disertakan dengan beberapa kutipan berupa quotes yang relevan dengan cerita yang dituliskan.
Diceritakan pada novel tersebut, ‘Aku’ dan ‘Kamu’ merupakan dua orang teman akrab. Seiring berjalannya waktu keakraban tersebut membuat ‘Aku’ merasa semakin nyaman, hingga ‘Aku’ merasakan jatuh cinta kepada ‘Kamu’. ‘Aku’ tidak dapat membuat alasan hal apa yang membuat dirinya mencintai ‘Kamu’. Sosok Aku sudah terlanjur merasa nyaman dengan kehadiran ‘Kamu’ di setiap harinya. Selama bertahun-tahun sosok ‘Aku’ memendam perasaan tersebut karena dirinya belum memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya kepada ‘Kamu’ karena masih banyak keraguan dan tidak ingin merusak pertemanan mereka. Selain itu, ‘Aku’ juga takut dengan kata penolakan. Di sisi lain, tokoh Kamu tidak kunjung menyadari bahwa ‘Aku’ memiliki rasa yang lebih daripada arti pertemanan tersebut.
Tidak dapat menahan perasaan yang dipendam selama ini, akhirnya ‘Aku’ memutuskan untuk memberanikan diri mencoba mengungkapkan perasaan cintanya tersebut kepada wanita idamannya yaitu ‘Kamu’. Kabar baiknya perasaan cinta tersebut diterima baik oleh ‘Kamu’ sehingga sejak saat itu mereka resmi menjalin hubungan atau pacaran. Setelah kejadian tersebut tokoh Aku tampak lebih bersemangat, bahagia, dan ceria dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Hal-hal semacam itu benar-benar tergambar diraut muka sosok Aku. Banyak kenangan manis dan berkesan selama mereka menjalani hubungan tersebut.
Hingga tibalah pada suatu momen yang dapat merepresentasikan kata ‘Cinta Tak Selamanya Indah.’ Hal inilah yang dirasakan oleh dua sepasang kekasih tersebut. Perlahan tokoh Kamu menunjukkan sikap dan perilaku berbeda yang membuat ‘Aku’ curiga. Pada suatu waktu, ‘Kamu’ diketahui melakukan perselingkuhan di balik ‘Aku’ secara diam-diam dengan lelaki lain. Momen tersebut memuat hati ‘Aku’ terasa teriris-iris. Kejadian tersebut membuat ‘Aku’ dan ‘Kamu’ berdebat untuk mencari kebenaran satu sama lain, namun yang namanya perselingkuhan tidak dapat dibenarkan.
Dari kejadian tersebut ternyata hubungan ‘Aku’ dan ‘Kamu’ tidak dapat diperbaiki lagi. Namun, di satu sisi ‘Aku’ masih sangat mencintai ‘Kamu,’ sementara ‘Kamu’ secara terang-terangan lebih memiliki sosok lelaki yang menjadi selingkuhannya tersebut di depan hadapan ‘Kamu.’ Setelah kejadian tersebut waktu terus berjalan dan harus tetap menjalankan hidup sebagaimana mestinya. Sosok Aku butuh waktu yang sangat lama hingga bertahun-tahun untuk dapat melupakan segala kenangan indah sewaktu masih bersama ‘Kamu.’ Dan pada akhirnya, sosok Aku meyadari bahwa setiap orang berhak untuk merasakan jatuh cinta kepada siapa saja, namun cinta tersebut tidak bisa dipaksakan, dan cinta tidak selamanya harus dapat dimiliki terkadang kita juga butuh untuk melepaskan dan mengikhlaskannya agar orang yang kita cintai jauh lebih bahagia dengan pilihannya. Dan mengikhlaskan lah yang menjadi takdir ‘Aku’ pada episode percintaannya kala itu.
“Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kita bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya,” (Fiersa Besari, 2016). Entah hidup seperti apa yang merubah sosok Aku pada novel ini baik sebelum, saat, dan sesudah peristiwa hubungan tersebut. Serta bagaimana perjalanan ‘Aku’ dalam meraih dan mengikhlaskan cintanya yang tulus tersebut, mari temukan jawabannya dengan kamu membaca novel ‘Garis Waktu” yang dapat ditemukan di toko buku terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H