Bersamaan itu lampu hijau pun menyala. Arka tertegun sejenak dan tersadar saat bunyi klakson kendaraan dibelakangnya berbunyi nyaring.
"Terima kasih, Om!" teriak Arka girang. Dia segera berlari ke pinggir jalan raya.
"Alhamdulillah, rejekinya Rena," gumamnya senang. Arka menghitung kembali uang hasil penjualan hari ini. Dia sisihkan uang pemberian pembeli tadi dan menggabungkan dengan keuntungannya hari ini. Total ada delapan belas ribu rupiah. Sementara uang setoran dia masukkan ke kantong plastik.
"Uang ini cukup untuk membeli nasi padang untuk Rena," ucap Arka lirih. Uang itu dia genggam erat.
Arka tersenyum bahagia, niatnya membelikan nasi padang untuk adik tercinta segera terlaksana. Dia segera menuju warung dan memesan sebungkus nasi padang lengkap dengan lauk ayam goreng. Terbayang wajah bahagia Rena mendapati makanan yang dia bawa. Â
Matahari beranjak ke barat saat Arka berjalan menuju arah pulang. Kaus lusuhnya bau keringat karena terik matahari. Seragam sekolah dia masukkan dalam tas.
Anak usia sepuluh tahun itu sudah sejak setahun ini berjualan tisu setiap pulang sekolah. Dia lakukan untuk membantu neneknya. Ayah Arka pergi meninggalkannya sejak Arka berusia tujuh tahun. Sementara ibunya, mengais rejeki ke negeri seberang sebagai asisten rumah tangga. Mereka hanya tinggal bertiga di gubuk kecil, di pemukiman padat yang kumuh.
Arka berjalan tergesa menuju rumah, tak sabar rasanya melihat Rena memakan nasi padang. Dia juga akan mengincip bagaimana rasanya nasi padang itu. Tampaknya lezat sekali. Sesekali dia bersenandung riang.
Braakkk!
Arka tersungkur dan sebungkus nasi padang terlempar, lepas dari tangannya. Sebuah sepeda motor yang melaju cepat menyerempetnya. Pengendara itu juga tak berhenti untuk  menolong Arka. Â
Arka mencoba bangun dan berjalan tertatih menuju bungkusan nasi tadi. Dia memungut ayam goreng yang terlempar dan membersihkannya. Sebagian nasi juga terhambur. Bulir air mata menetes dari kelopak matanya. Tangan mungilnya membungkus kembali sisa nasi dan ayam goreng tersebut.