Mohon tunggu...
Nethania Simanjuntak
Nethania Simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

welcomee!! saya hanyalah seorang perempuan yang iseng-iseng menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Homeless Media sebagai Perkembangan Jurnalisme Warga

8 Oktober 2023   19:38 Diperbarui: 8 Oktober 2023   19:57 6317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap masa pasti ada perubahannya, sama hal nya yang terjadi pada media saat ini. Diawali pada tahun 1744 mulai muncul surat kabar di Indonesia yang bernama Bataviasche Nouvellas. Surat kabar ini diterbitkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff (Kompas, 2021).

 Surat kabar ini dipakai sebagai media dalam menyampaikan informasi ke masyarakat luas. Setelah surat kabar muncul, disusul pula dengan munculnya televisi dan radio sebagai media dalam menyampaikan berita. Namun yang berbeda dari kedua media tersebut ialah tipe penyampaian berita yang memanfaatkan audiovisual. Tak hanya itu juga, seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, media pun ikut berkembang dan melakukan perubahan.

Perkembangan teknologi telah mendatangkan internet sebagai media baru yang menciptakan konsep baru di bidang penyampaian informasi terkhususnya di bidang jurnalisme. Media baru (new media) menjadikan semua orang dapat menjadi komunikator sekaligus komunikan dalam menyampaikan informasi. Diantaranya dengan munculnya jurnalisme warga atau biasa dikenal dengan citizen journalism. 

Hal ini dijadikan sebagai salah satu faktor munculnya jurnalisme warga. Jurnalisme warga merupakan praktik jurnalisme yang bisa dilakukan oleh masyarakat biasa tanpa mempunyai pendidikan di bidang jurnalisme. Istilahnya masyarakat biasa yang bukan jurnalis profesional bisa membuat, menyampaikan, dan menyebarluaskan informasi terkait peristiwa apapun ke khalayak luas (Lasica 2003, dalam Eddyono et al., 2019).

Berbeda halnya dengan jurnalisme profesional, perlu digarisbawahi bahwa jurnalisme warga bukanlah pers dikarenakan masyarakat biasa dapat menyampaikan informasi dengan mudah di beberapa kanal website maupun media sosial yang dipunya. 

Namun, terdapat kerugian dalam jurnalisme warga diantaranya keberadaannya yang tidak diakui oleh UU Pers sehingga jika terjadi masalah dalam menyampaikan informasi seperti layaknya informasi yang disampaikan hoax, playing victim, data yang disampaikan tidak valid, tidak kredibel dan lain sebagainya merupakan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri yang membuat beritanya. Masyarakat bisa dipidanakan ataupun dipenjara karena kelalaian informasi yang mereka sampaikan (Eddyono et al., 2019).

Salah satu perkembangan jurnalisme warga di Indonesia dengan memunculkan istilah "Homeless Media". Bisa dikatakan munculnya dipengaruhi karena adanya perubahan era. 

Adanya era digital menjadikan perubahan pola masyarakat dalam mendapatkan informasi. Sebelum era digital muncul, biasanya kita sulit mendapatkan informasi tapi dengan munculnya era digital saat ini kita dapat dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber. 

Salah satunya dengan maraknya pemakaian media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, Youtube, maupun TikTok. Hal ini dimanfaatkan oleh homeless media yang dikenal dengan media tanpa rumah. Lalu, apa sih itu homeless media?

Pengertian Homeless Media 

Photo by Social Media Examiner
Photo by Social Media Examiner

Homeless media adalah salah satu media yang berkembang di era digital dengan memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Media sosial yang dimaksud ini dijadikan sebagai "rumah" mereka dalam menyampaikan informasinya sehingga tidak bergantung pada situs website tradisional. Selain itu homeless media mengedepankan pada penyesuaian konten di berbagai platform media sosial. 

Dalam artian, tiap mengunggah informasi ke berbagai macam platform media sosial perlu adanya penyesuaian konten di tiap platform karena segmentasi audiens di platform media sosial berbeda-beda. 

Misalnya di platform media sosial Instagram, homeless media perlu menyesuaikan bentuk kontennya yang berupa tulisan dan foto. Berbeda hal nya di platform media sosial TikTok yang lebih cocok menyuguhkan informasinya lewat video dengan memanfaatkan audiovisual.

Cara homeless media dalam menyajikan informasinya dengan menunggu berita yang sedang viral di media sosial atau yang sedang diperbincangkan di media sosial pengguna. 

Berita yang disampaikan hanya diunggah di media sosial saja sehingga pengguna tidak perlu menunggu konten yang diinginkan di website maupun tidak usah mengklik link untuk mendapatkan informasi. 

Biasanya homeless media bersifat praktis dan interaktif, di mana pengguna media sosial dapat berkomentar, memberikan tanda suka, maupun ikut menyebarkan konten informasi tersebut kepada khalayak luas dengan mudah.

Keunggulan dan kerugian adanya homeless media 

Keunggulan dengan adanya homeless media dapat dilihat dari cara penyampaian informasinya yang lebih kreatif dan modern dalam mengolah beberapa konten yang nantinya akan diunggah ke platform media sosial. 

Selain itu juga, homeless media dikemas dengan tulisan yang sederhana dan digabungkan dengan adanya visual yang menarik sehingga mudah dikonsumsi secara ringan oleh khalayak luas. 

Kerugian dengan adanya homeless media dilihat dari cara penulisan dalam menyampaikan isi beritanya yang biasanya homeless media lebih memprioritaskan pada penulisan yang clickbait dan sensasional untuk menarik pembaca. Hal ini dapat menimbulkan penyebaran informasi yang salah sehingga menciptakan konten berita yang tidak kredibel dan valid.

Banyak yang beranggapan bahwa homeless media dianggap tidak sesuai disebut sebagai media jurnalistik. Namun, kenyataannya semakin berkembangnya internet dan teknologi membuat homeless media semakin berkembang dan banyak yang memanfaatkan homeless media untuk menyebarkan informasi ke khalayak luas dengan menggunakan media sosial. 

Salah satunya di Indonesia yang tingkat popularitas homeless media semakin tinggi sehingga adanya homeless media dijadikan sebagai pesaing bagi media konvensional.

Folkative, salah satu contoh dari homeless media 

Photo by Instagram @folkative
Photo by Instagram @folkative

Salah satu contoh homeless media di Indonesia yang memanfaatkan media sosial sebagai "rumah" dalam menyampaikan informasi kepada khalayak luas ialah Folkative. 

Folkative merupakan platform media online yang memanfaatkan media sosial Instagram untuk menyuguhkan informasi berupa konten yang akan diunggah ke media sosialnya kepada khalayak luas. 

Konten yang folkative tampilkan di media sosialnya biasanya berupa informasi yang sedang ramai diperbincangkan di internet ataupun bisa juga menyajikan informasi yang fokusnya pada dunia entertainment, kesenian, budaya dan lain sebagainya (Fadlan & Putri, 2021).

Folkative mempunyai cara tersendiri dalam membuat dan menyampaikan isi kontennya kepada pengikut di akun media sosialnya. Salah satunya dengan memanfaatkan visual yang simple yang fokusnya pada foto maupun video serta menampilkan tulisan yang tidak terlalu panjang tapi juga tidak terlalu pendek membuat para generasi millennial sampai generasi Z tertarik dan menyukai informasi yang disuguhkan oleh Folkative. Tak hanya itu saja, folkative juga menggunakan gaya komunikasi yang mudah diterima oleh semua orang terkhususnya bagi generasi millennial- generasi Z (Fadlan & Putri, 2021).

Terlihat di akun media sosial @folkative saat ini memiliki 5,1 juta pengikut dan sudah terverifikasi oleh Instagram. Meskipun terlihat sederhana, Folkative juga harus bisa memilah-milih informasi yang sekiranya cocok dan pantas untuk diunggah di akun media sosialnya. 

Mereka juga harus bisa menyampaikan informasinya secara akurat dan kredibel sehingga tidak menimbulkan informasi yang salah kepada pengikutnya. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Folkative tidak memiliki susunan redaksi yang menyunting atau mengedit tulisan yang akan dipublikasikan ke media sosialnya seperti layaknya media konvensional pada umumnya.

Maka dari itu, menjadi tantangan bagi citizen journalism terkhususnya bagi homeless media dalam membuat dan menyampaikan informasi kepada pengguna di media sosial dikarenakan mereka tidak berasal dari jurnalis yang profesional. 

Pada akhirnya, dengan era digital saat ini, homeless media diharapkan menjadi tempat bagi jurnalisme warga yang ingin menyampaikan informasi kepada khalayak luas dengan memanfaatkan media sosialnya. Namun perlu diingat, sebagai citizen journalism juga harus mempunyai esensi dan etika jurnalisme dengan memperlihatkan kualitas dari informasi yang disampaikan ke publik secara aktual dan kredibel.

Sumber: 

Eddyono, A. S., Faruk HT, & Budi Irawanto. (2019). Kajian Budaya dan Media Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta - Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, Jakarta. Menyoroti Jurnalisme Warga: Lintasan Sejarah, Konflik Kepentingan, dan Keterkaitannya dengan Jurnalisme Profesional, 03. http://jurnal.unpad.ac.id/kajian-jurnalisme/article/view/21762/11018

Fadlan, M. H., & Putri, K. Y.S. (2021). Komunikologi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi. PENGARUH GAYA KOMUNIKASI AKUN INSTAGRAM FOLKATIVE TERHADAP ONLINE ENGAGEMENT (STUDI KASUS MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA ANGKATAN 2019), 18. https://komunikologi.esaunggul.ac.id/index.php/KM/article/view/299/229

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun