PENGARUH TEMPAT PENAMPUNGAN AIR TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MASYARAKAT
Neta Eka Aprilia
Jurusan Keperawatan STIKes Mitra Keluarga, Jalan Pengasinan Rawa Semut Margahayu Bekasi Timur
Salah satu penyakit yang paling tersebar luas di dunia, demam berdarah dengue (DBD)
menyerang hampir semua negara tropis dan subtropis, dan jumlah kasusnya meningkat tajam
secara global. Kasus demam berdarah naik drastis dari 2,4 juta pada thn 2010 menjadi 4,2 juta
pada thn 2019, peningkatan yang signifikan. 2,38 juta kasus DBD tercatat di Amerika Serikat
pada thn 2016, dan 584.263 kasus lebih sedikit dilaporkan pada thn 2017 dibandingkan thn
2016 (WHO, 2020).
Negara tropis Indonesia memiliki daerah endemik sejumlah penyakit menular, termasuk
demam berdarah. Nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue merupakan vektor
utama penyakit DBD. Vektor nyamuk Aedes aegypti betina merupakan pembawa utama virus
dengue ke manusia (Sari, 2018) .
Di Indonesia, terdapat 65.602 kasus DBD pada thn 2018, dengan 467 kasus meninggal
dunia dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,71%. Pada thn 2018, terdapat 24,75 kasus DBD
per 100.000 penduduk di Indonesia. Menurut angka kesakitan DBD, provinsi Sumatera Utara
memiliki angka kesakitan tertinggi ke-12 dari provinsi manapun, yaitu 39,01 per 100.000
penduduk. Dari sisi kasus DBD per provinsi, wilayah Sumatera Utara Indonesia memiliki
jumlah kasus terbanyak ketiga (5.623) dan kematian (26), dengan case fatality rate (CFR)
sebesar 0,46% (Kemenkes RI, 2019) .
Kasus DBD di Indonesia Tahun 2019 Menurut profil kesehatan Indonesia, terdapat
137.127 kasus DBD pada thn 2019, meningkat dari 65.602 kasus pada thn 2018. Jika
dibandingkan dengan angka kematian DBD thn 2018 sebanyak 467 kematian, angka kematian
DBD thn 2019 adalah 919 kematian (RI, 2020) . Penyakit DBD disebabkan oleh beberapa hal,
salah satunya adalah kebersihan lingkungan yang buruk.
Keterkaitan antara kebersihan lingkungan dengan proses tersebut telah ditunjukkan oleh
nyamuk Aedes aegypti yang berkembang dan berkembang biak di tangki berisi air hujan yang
terpapar (Suryanto, 2018) . Botol bekas, kaleng, dan wadah plastik, serta vas bunga dengan
genangan air, berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Ades aegypti. Sadar
akan sampah di habitatnya membantu menjaga kebersihan lingkungan. Perairan terdekat
mungkin dapat mendukung perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegyti. Meskipun
penggunaan tangki air minimal bila tersedia air yang cukup, namun dengan bertambahnya
populasi kandang, diperlukan lebih banyak tangki air untuk menambah jumlah tempat
perkembangbiakan larva.
Menurut data kajian yang dihimpun oleh Syamsul, (2018) , unsur-unsur lingkungan yang
meliputi fasilitas air dan sungai yang bersih atau kotor menjadi tempat berkembang biak
nyamuk Aedes yang berperan sebagai vektor penyakit dan merupakan faktor penting dalam
terjadinya atau berkembangnya penyakit DBD. Malaria di daerah Maros, Untuk mengurangi
risiko populasi nyamuk Aedes aegypti di wilayah penyebaran penyakit tersebut, vektor
prevalensi DBD sedang dikendalikan. Untuk membantu masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan dilakukan pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti (Asriwati and
Ns, 2021) . 3M mampu mengatasi demam berdarah dengan menutup tangki air, membersihkan
tangki air, dan mengubur benda-benda yang dibuang. Metode pencegahan dan pengendalian
yang dikembangkan oleh 3M dapat menghentikan penyebaran penyakit demam berdarah.
Kesalahpahaman tentang tindakan 3M oleh masyarakat umum ini dapat menyebabkan
peningkatan insiden DBD (Sari, 2017) .
Program pengendalian nyamuk Aedes aegypti meliputi Tarif Bebas Jentik (ABJ). Untuk
menghindari DBD, WHO menyarankan menjaga HI (Indeks Rumah) di bawah 5% dan ABJ
di 95%. Kepadatan jentik dipengaruhi oleh lokasi bersarang nyamuk Aedes aegtpi. Di tempat
pemijahan nyamuk Aedes aegypti bertelur di dalam toples berisi air tenang (Rosida, 2018).
Persentase yang disebut "Indeks Rumah" (HI) menunjukkan jika jentik nyamuk ada di lokasi
tertentu. Jumlah cahaya, jumlah kelembaban, dan suhu ruangan semuanya mempengaruhi
seberapa tinggi % indeks rumah. (Mulia dkk. 2019)
"Indeks Rumah" (HI) adalah proporsi dari semua rumah yang dinilai yang dinyatakan
positif jentik. Skor HI meningkat karena semakin banyak rumah yang dinyatakan positif
jentik nyamuk Aedes aegypti. Indeks rumah (HI) dan jumlah jentik (ABJ) memberikan
informasi sejauh mana pertumbuhan populasi nyamuk di suatu wilayah (Putri et.al, 2021) .
Tangki penampungan air yang ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti tidak dijadikan
pertimbangan indeks rumah. Suatu tempat berisiko tinggi terkena DBD jika nilai indeks
rumah tangganya 5%; selain itu, memiliki nilai indeks rumah tangga, yang mengurangi risiko
infeksi sebesar 5% dan memungkinkan penerapan tindakan pencegahan sejak dini.