Awal tahun 2020 dunia dibuat kaget dengan keberadaan suatu varian virus baru bernama Corona. Penyakitnya disebut sebagai COVID-19, sebagai virus yang menyerang Cina, yang ditemukan pada bulan November 2019 tepatnya di kota Wuhan. Corona yang semula dianggap virus biasa. Prediksi kemudian salah, dan virus ini dapat membunuh manusia sekaligus menyebar sangat cepat. Gejala yang muncul menyerupai flu, masuk angin, batuk, dan demam. Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti terkait penyebab virus corona, namun diketahui bahwa virus ini disebarkan oleh hewan. Virus ini juga mampu ditularkan dari satu spesies ke spesies lainnya, termasuk menularkan dan ditularkan manusia. Insiden kemudian meluas di Wuhan dan banyak korban, serta menyebar ke provinsi lain di Cina (Altuntas & Gok, 2021).
Seluruh segmen kehidupan manusia di bumi terganggu, tanpa kecuali pendidikan. Banyak negara memutuskan menutup sekolah, perguruan tinggi maupun universitas, termasuk Indonesia. Krisis benar-benar datang tiba-tiba, pemerintah di belahan bumi manapun termasuk Indonesia harus mengambil keputusan yang pahit menutup sekolah untuk mengurangi kontak orang-orang dan untuk menyelamatkan hidup atau tetap harus membuka sekolah dalam menjaga keberlangsungan ekonomi para pekerja.
Ada dua dampak bagi keberlangsungan pendidikan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pertama adalah dampak jangka pendek, yang dirasakan oleh banyak keluarga di Indonesia baik di kota maupun di desa. Di Indonesia banyak keluarga yang kurang familier melakukan sekolah di rumah. Bersekolah di rumah bagi keluarga Indonesia adalah kejutan besar khususnya bagi produktivitas orang tua yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah. Demikian juga dengan problem psikologis anak-anak peserta didik yang terbiasa belajar bertatap muka langsung dengan guru-guru mereka. Pandemi COVID19 menjadikan seseorang harus menjauh dari kerumunan. Karena itu, hampir seluruh negara melakukan kegiatan virtual untuk menggantikan kegiatan tatap muka. Namun, datangnya pandemi yang secara tiba-tiba ini tentu membawa problem baru yang tidak bisa diremehkan.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan skill. Selain itu banyak siswa menganggap bahwa sekolah adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, namun terkadang seringkali muncul masalah yang harus dihadapi oleh guru maupun siswa.
Banyak kendala bagi institusi pendidikan yang belum memiliki racangan sistem akademik berbasis daring, apalagi kalau sumber daya pengajarnya belum menguasai cara mengajar dengan menggunakan aplikasi daring. Dalam hal ini juga diperburuk lagi dengan permasalahan jaringan internet yang tidak terlalu bagus di setiap daerah maupun sekolah, dan fakta yang terjadi adalah bahwa tidak semua siswa memiliki smartphone dan laptop. Kendala lainnya yaitu seperti materi pelajaran yang kurang tersampaikan dengan jelas bahkan belum selesai tersampaikan, kemudian guru mengganti dengan tugas lain.
Terkadang hal ini menjadi keluhan bagi siswa karena tugas yang diberikan lebih banyak dibandingkan ketika sekolah tatap muka. Permasalahan lain dari adanya sistem pembelajaran secara online ini adalah akses informasi yang terkendala oleh sinyal yang menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi. Siswa terkadang tertinggal dengan informasi akibat dari sinyal yang kurang memadai. Akibatnya mereka kurang paham dengan apa yang disampaikan oleh guru dan seringkali terlambat dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Belum lagi bagi guru yang memeriksa banyak tugas yang telah diberikan kepada siswa, membuat ruang penyimpanan gadget semakin terbatas. Penerapan pembelajaran secara daring juga membuat para guru berpikir kembali, mengenai model dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Yang awalnya seorang guru sudah mempersiapkan model pembelajaran yang akan digunakan, kemudian harus mengubah model pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran ini berjalan pada skala yang belum pernah terukur dan teruji sebab belum pernah terjadi sebelumnya. Tak jarang di desa-desa terpencil yang berpenduduk usia sekolah sangat padat menjadi serba kebingungan, sebab infrastruktur informasi teknologi sangat terbatas. Dalam hal ini juga guru dituntut untuk mengajar dengan kreatif dan inovatif yang melibatkan siswa agar mereka tidak merasa bosan saat belajar. Berdasarkan beberapa kendala yang sudah disebutkan, solusi yang saat ini diterapkan adalah dengan adanya pendampingan psikologis dan peningkatan keterampilan kepada guru agar tidak merasa stress berkepanjangan, pemerintah pun harus memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana bagi siswa. Selain itu juga adanya alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh Intruksi Presiden No 4 Tahun 2020 tentang memfokuskan kembali kegiatan, kemudian relokasi anggaran, serta pertimbangan pengadaan barang dan jasa dalam rangka percpatan penanganan Covid-19 harus segera dilaksanakan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara daring ini sebagian besar dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan karena adanya kendala seperti adanya keterbatasan kemampuan adaptasi dan penguasaan dalam bidang teknologi infromasi oleh guru dan siswa, kemudian adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai , beberapa akses internet yang terbatas, dan kurangnya anggaran.
Untuk selanjutnya dukungan memberi dukungan dan edukasi kepada semua pihak baik siswa, guru, dan pihak lainnya yang berwenang agar tetap bersemangat melakukan pembelajaran dengan nyaman di tengah-tengah pandemi Covid-19. Dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi agar bisa lebih siap di masa yang akan datang. Selain itu peran orangtua disini sangat diperlukan untuk meningkatkan motivasi belajar pada anak.
Penulis: Nesya Nurul Fauziah_1805249
DPL Â Â : Pidi Mohamad Setiadi, M. Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H