Hela nafas yang panjang menyertai kabutku malam ini
Berulang kali aku melihat ke punggung telapak tanganku yang saling aku rapatkan
Ah,,, rasanya perih sekali
Bukan karena luka yang tergoreskan, namun karena hati yang terkhianati.
Sesekali mata melirik pada jam yang detaknya menguasai malam sepiku.
Sambil berkata-kata pada penguasa malam.
Seharusnya pada malam ini, bibirku tak henti-hentinya melekukkan senyuman
Memandangi indahnya lukisan mahendi pada kedua tangan dan kaki.
Seharusnya malam ini menjadi malam paling menegangkanÂ
yang kehadirannya sudah aku tunggu sejak tahun lalu
atau mungkin juga sejak bertahun-tahun lalu