Mohon tunggu...
Nesya Ahda Harfiani
Nesya Ahda Harfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Konten yang akan di bagikan mengenai pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Collaborative Learning

28 November 2022   19:35 Diperbarui: 28 November 2022   19:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama (Dillenbourg , 1999). Collaborative learning didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman dan mengambil peran asimetri (berbeda). Ken Bruffee mengidentifikasi dua kasus untuk perbedaan antara dua pendekatan itu. 

Pertama, belajar kolaboratif dan kooperatif dikembangkan secara murni untuk mendidik orang dari umur yang beragam, pengalaman dan level penguasaan dari keahlian saling bergantungan. Kedua, apabila menggunakan satu metode atau metode yang lain, guru cenderung membuat asumsi berbeda tentang ciri dan otoritas pengetahuan. (Bruffe, 1984).

Premis utama untuk belajar kooperatif dan kolaboratif didasarkan dalam teori konstruktivis. Pengetahuan ditemukan oleh siswa dan ditransformasikan ke dalam konsep siswa yang dapat berkaitan. Hal tersebut kemudian diperbaharui dan dikembangkan melalui pengalaman belajar yang baru. 

Belajar memuat partisipasi aktif siswa dalam menerima informasi pasif yang disajikan oleh seorang dosen pakar (expert lecturer) guru pakar (expert teacher). Belajar melalui interaksi dan dialog di antara siswa dan pendidik dalam suatu lingkup sosial akan memotivasi siswa agar mereka lebih aktif terlibat dalam suatu pembelajaran dan melatih siswa untuk menemukkan masalah dan memecahkan masalah tersebut dengan baik.
Di Indonesia sendiri, sistem belajar kolaboratif ini sudah mulai diimplementasikan sejak kurikulum 2013 hingga kurikulum merdeka. 

Pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyadari bahwa ketika siswa mengerjakan sesuatu secara kelompok dan diberikan ruang untuk saling bertukar pikiran dengan teman sebayanya, maka output yang dihasilkan akan lebih baik daripada saat mereka bekerja sendiri. Bahkan saat pandemi kemarin, praktik untuk pembelajaran kolaboratif ini masih diberlakukan dan mengasah siswa untuk lebih kreatif dalam mengadakan diskusi aktif, dengan memanfaatkan segala sarana sekaligus platform yang ada. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Indonesia tengah mengembangkan pendidikannya dengan campur tangan metode pembelajaran kolaboratif dan terus memperbaiki sistem yang ada.

Berpijak pada beberapa fenomena empiris yang teramati dalam pelaksanaaan pembelajaran di beberapa sekolah, secara umum sekolah menggunakan Collaborative Learning sebagai salah satu strategi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Secara rinci antara lain ; Persiapan yang dilakukan antara lain menyusun Prota/Promes, Menyusun Silabus dan menyusun RPP.

Strategi yang dikembangkan pada tahap persiapan ini tidak lagi terfokus pada kegiatan pendidik semata namun sudah berorientasi kepada kepentingan peserta didik. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik menjadi acuan atau standar dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan Collaborative Learning di beberapa sekolah mengharuskan adanya keaktifan peserta didik dan didukung oleh minat yang besar untuk mengikuti pembelajaran. 

Hal ini bukan berarti bahwa Collaborative Learning yang dilakukan tidak menemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaan. Hambatan terbesar yang dialami peserta didik dalam Collaborative Learning adalah kesulitan atau ketidakmauan peserta didik untuk berkomunikasi secara lisan dan mengemukakan pendapat kepada kelompok atau orang lain.

Maka dari itu,merancang dan menerapkan model pembelajaran Collaborative Learning membutuhkan waktu untuk belajar dan berlatih. Dan bagi siswa, penyesuaian belajar dalam sebuah kelompok tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Sebagian besar,guru memulai dengan upaya sederhana. Banyak yang bekerja dengan rekan kerja, merancang, mencoba, dan mengamati pendekatan satu sama lain.

Dalam cara yang paling otentik, proses Collaborative Learning memodelkan apa artinya mempertanyakan, belajar, dan memahami bersama dengan orang lain. Belajar secara kolaboratif menuntut tanggung jawab, ketekunan, dan kepekaan dengan hasil yang didapat berupa komunitas pembelajar di mana setiap orang yang dipersilakan untuk bergabung, berpartisipasi, dan tumbuh bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun