Memasuki era society 5.0 ini, keunggulan teknologi digital semakin merambat dengan sangat cepat, kemudahan mengakses informasi sangat menguntungkan berbagai pihak yang memiliki jam terbang tinggi dan kesibukan pribadi. Namun dibalik pesatnya laju perkembangan. Tidak dapat dipungkiri juga, banyak pro kontra terkait kemajuan tersebut membuat begitu banyak kerugian terutama pada masalah lingkungan hidup.
Perkembangan digitalisasi seolah mengejar waktu, bahkan yang paling dekat dengan kita saat ini adalah internet yang menyajikan berbagai keunggulan, sehingga membuat banyak perubahan di era dewasa saat ini. Singkat cerita, dulunya televisi tabung banyak digemari dan dimiliki oleh berbagai kalangan. Namun, seiring berjalanya waktu semakin banyak televisi yang lebih praktis, efisien, Â jernih dan modern dengan harga terjangkau yang mudah didapatkan sehingga banyak yang mulai abai dan memutuskan untuk menjual televisi tabung miliknya.
Begitupun pada barang lain seperti Radio Mesin Cuci atau Handphone yang sudah rusak namun dibuang ke tempat yang tidak tepat  Menurut data dari UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) secara global e-waste tumbuh 40 juta ton setiap tahunnya. Sampah ponsel dan komputer personal sebagai penyumbang terbesar. Limbah emas dan perak 3%, palladium 13% dan kobalt 15%, setiap tahunnya dan akan terus bertambah seiring waktu berjalan
Menurut Laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), risiko kesehatan dapat terjadi akibat kontak langsung dengan bahan beracun yang terlepas dari limbah elektronik. Ini termasuk mineral seperti timbal, kadmium, kromium, penghambat api terbrominasi, atau bifenil poliklorin (PCB). Terlebih lagi jika barang elektronik yang sudah lama tertimbun itu sudah berkarat
Menyikapi segala simpang siur informasi diatas, saatnya bagi kita untuk sadar bahwa bukan hanya pemerintah saja yang harus bergerak, namun remaja sebagai agent of change  juga harus mampu melakukan sebuah tindakan dan terobosan kreatif dalam upaya mengintegrasi perubahan.
Sejalan dengan slogan "orientasi bergerak, remaja berdampak!" dalam esai ini kita akan menelusuri jejak yang melatar belakangi teknologi serta pemanfaatan e waste untuk solusi sebuah pencegahan penanggulangan  sisa limbah produksi yang dapat mengganggu keberlangsungan makhluk hidup untuk upaya menumbuhkan generasi sadar ekosistem lingkungan sekitar.
Misalnya dengan pengunaan alat khusus yang  menghacurkan barang hingga menjadi kepingan kecil. Seperti pada penerapan teknologi mesin shredder yang dapat meluluh lantakkan barang barang besar hanya dengan memasukan benda kedalam mesin. Tapi sebelum benar-benar dihancurkan, sampah lebih dulu melewati proses manufakturisasi
Beberapa langkah lainnya yang dapat menguatkan jati diri kita sebagai agent of change adalah  mendukung gerakan kampanye pengelolaan limbah elektronik misalnya dengan ikut serta bergabung dalam suatu komunitas pemuda sadar lingkungan seperti "Green Generation" yang kini terdapat di berbagai wilayah.
Green Generation merupakan induk dari Green Grid yang didirikan oleh founder dari peserta Jambore Nasional Generasi Hijau. Harapan dalam kegiatan ini, kita dapat sadar akan pentingnya lingkungan yang inklusif dan kegiatan yang bermanfaat seperti penanaman tumbuhan, mengelola sampah menjadi 3 bagian antar organik, elektronik dan anorganik serta inovasi yang mampu membuat bumi pulih melalui hal kecil bersama pemuda lainnya.