Mohon tunggu...
Nesya Febriyanti
Nesya Febriyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Siswa yang senang menggeluti dunia sastra dan menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kacamata Anak Muda: Digital Natives Gen Z Untuk Riset Bangsa

10 Agustus 2024   21:22 Diperbarui: 10 Agustus 2024   21:25 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang semua sudah serba teknologi, riset menjadi sesuatu yang penting bagi sebuah negara, termasuk Indonesia. Riset memiliki peran yang penting untuk mendorong sebuah negara menjadi negara yang penuh dengan inovasi. Dari kacamata anak muda sendiri, riset tak hanya sebatas aktivitas akademis tapi juga sebuah jembatan untuk menuju bangsa yang maju dengan memberikan pengetahuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya, Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan riset sebagai alat penggerak kemajuan negeri yang berkelanjutan.

Riset bagi sebuah negara juga merupakan aset. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksamana Tri Handoko pada INARI Expo 2024 menyebut "Dengan diperlihatkannya aktivitas riset dan inovasi, dan ada interaksi dengan berbagai stake holder sehingga hasil riset bisa dimanfaatkan masyarakat, mahasiswa, para pelaku usaha, dan lain-lain. Sehingga kita bisa memberikan kontribusi terbaik bagaimana memanfaatkan hasil riset dan inovasi ini." 

Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa riset berperan dalam menghasilkan inovasi serta menjadi jembatan yang memfasilitasi interaksi antara stake holder. Hasil riset juga bermanfaat untuk berbagai kalangan, yang menunjukkan bahwa riset memiliki dampak yang nyata.

Tanpa adanya riset, manusia mungkin akan kehilangan sesuatu yang menjadi sumber belajar mereka. Terutama bagi anak muda yang sedang menjalankan proses belajar, sudah dapat dipastikan bahwa sebuah riset sangat membantu. Sumbangsih sebuah riset sendiri tentu memberi dampak yang terasa pada berbagai aspek kehidupan. Contohnya riset pada bidang teknologi, dimana teknologi adalah aspek utama yang menjadi pendukung dari sebuah negara. Riset memberi dampak yang besar dan perannya sudah tidak perlu kita ragukan lagi. Namun ternyata Indonesia masih belum memprioritaskan riset.

Mengapa demikian?

Penasihat Senior CIPG Yanuar Nugroho mengatakan bahwa Indonesia belum memprioritaskan riset. Sehingga saat tibanya Indonesia membutuhkan penanganan pada persoalan tertentu, riset akan kesulitan dalam menanganinya. Contohnya dapat kita lihat sendiri pada saat Indonesia dilanda wabah covid-19 yang penanganannya belum optimal. Menurutnya, kita tidak perlu me-restart ekonomi, namun me-restart cara berpikir negara. Jika dilihat dari kacamata anak muda, pernyataan Yanuar Nugroho tentang me-restart cara berpikir cukup relevan dengan potensi digital natives Gen Z. Gen Z sebagai digital natives memiliki pola berpikir yang inovatif dan penuh dengan gebrakan baru yang tentunya dapat berpotensi membawa perspektif yang baru pula pada proses riset serta pemecahan persoalan.

Sebagai golongan anak muda Indonesia yang tumbuh berdampingan dengan teknologi, kami melihat bahwa riset adalah sebuah peluang untuk kami bersinar dan meraih perubahan. Gen Z yang dikenal digital natives memiliki potensi dalam memanfaatkan teknologi sebab mereka tumbuh di era turbulensi teknologi yang menciptakan berbagai metode pembelajaran dan memberikan mereka fasilitas baru untuk mengeksplor banyak hal yang pada akhirnya selalu memunculkan ide baru yang kreatif. Mereka pun bersifat terbuka pada berbagai teknologi dan fitur-fitur terbaru yang akhirnya menciptakan penelitian inovatif, kreatif dan dikemas dalam bentuk yang terbilang menyenangkan.

Gen Z pun terkenal karena kemampuannya dalam beradaptasi dengan teknologi baru, yang nantinya kemampuan adaptasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghadapi perubahan metode riset yang selalu bergerak cepat. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk selalu update mengenai hal-hal terbaru yang terjadi di dunia dan mengembangkan Teknik riset terbaru pula. Karena pada dasarnya, Gen Z dapat dikatakan memiliki perasaan Fear Of Missing Out atau FOMO, yang dimana mereka takut akan tertinggal oleh sesuatu. Terutama tertinggal update teknologi, sedangkan mereka adalah generasi yang dari kecil sudah diberi makan berbagai kecanggihan. Dengan kecepatan mereka mengakses informasi juga berguna dalam sebuah riset,  keahlian mereka mengulik sesuatu dan mengumpulkan informasi adalah hal yang penting serta memiliki pemahaman yag baik dalam trend digital.

Jadi, Gen Z yang sering kali diberi label pemalas ternyata juga memiliki potensi. Dibalik kekurangan mereka sebagai Generasi yang candu digital ternyata dapat mendukung proses riset lewat keterampilannya mengeksplor teknologi dan beradaptasi pada perubahan yang ada dalam melaksanakan riset itu sendiri. Namun perlu diingat juga bahwa kemampuan Gen Z dalam menghadapi perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam proses riset pun memerlukan dukungan dan lingkungan yang memungkinkan untuk mereka menunjukkan kemampuannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun