Karena kurangnya sosialisasi, sehingga memiliki banyak persepsi simbol dari Tugu Maung Bandung. Awalnya tugu ini di anggap lebih mirip anjing laut atau beruang kutub daripada maung atau harimau karena secara fisik bentuk wajahnya terlalu manis seperti anjing laut dan dari samping tampak terlalu gemuk seperti beruang kutub, jauh dari citra Maung Bandung yang gagah berani dan gahar atau garang. Dari warnanya pun tidak terlihat seperti harimau tidak ada loreng hanya putih saja.
Ridwan Kamil pun yang saat itu masih menjabat Walikota Bandung non aktif menyatakan kekecewaannya karena bentuknya tidak mirip maung atau harimau yang menggambarkan filosofi semangat masyarakat Bandung yang senantiasa menjaga kota di empat penjuru mata angin.
Karena menuai banyak kritik maka digantilah patung maung tersebut menjadi terlihat lebih seperti maung dengan mulut patung terbuka mengaung dan bertaring, dengan otot nampak disekitar wajah dan bagian kaki depan sehingga benar-benar mengimplementasikan jiwa penjaga seperti permintaan Ridwan Kamil.
Setelah diganti tetap saja ada perbedaan pendapat di kalangan masyarakat, ada yang lebih suka dengan bentuk Maung Bandung sebelum diganti. Salah satunya seniman yang bernama Muhamad Rico Wicaksono di akun istagramnya @matjan_ningratz menilai bahwa patung Maung Bandung yang sekarang tidak menggambarkan citra masyarakat Sunda yang humoris dan lebih terlihat seperti black panther, memang lebih gagah tapi tidak seksi,"ujar Rico.
Walaupun pro kontra tetap ada tapi Tugu Maung Bandung sekarang menjadi salah satu landmark dari Kota Bandung yang harus di jaga dan di rawat. Kadangkala kesadaran masyarakat untuk menjaga masih kurang, seperti belum lama ini salah satu patung Maung Bandung di dekat Balai Kota Bandung roboh dan menurut Kabid Pertamanan Kota Bandung, Iwan Sugiono patung tersebut roboh pada Sabtu (11/5/2019) karena ulah anak-anak jalanan, patung tersebut di gelantungi. Menurut Iwan patung tersebut memang tidak kuat manahan berat badan manusia karena tidak dirancang untuk itu.
Memang di sekitar tugu tidak ada pagar pembatas sehingga rawan dari tangan-tangan jahil. Menurut Iwan pihak pemerintah tidak akan menambah pembatas pagar pengamanan, "kalau pakai pembatas atau pagar merusak estetika dan dia menghimbau kepada masyarakat bersama-sama menjaga dan merawat dan kalau melihat  ada yang melakukan pengrusakan dan naik ke atas tugu mohon dicegah atau dilaporkan saja,"jelas Iwan.
Sumber:
Kompas.com
Ayobandung.com
Cnnindonesia.com